Gara-gara lagi tiduran dikarenakan radang tenggorokan akut, saya jadi iseng-iseng baca koran online. Sebuah artikel di koran ternama tersebut menyatakan, kalau semua anak gadis yang normal, walaupun belum punya pacar, pasti sudah membayangkan pernikahan impiannya! Bener nggak sih? Saya coba berkaca juga sama diri saya, dan ternyata, bener juga. Kalau cowok, biasanya tidak terlalu mikir, apalagi kalau masih jomblo, boro2 mikirin dream wedding. Tapi yang namanya cewe, yang dari kecil sudah dibiasakan melihat kisah-kisah putri kerajaan yang berakhir indah di pelaminan, rasanya cukup wajar ya kalau sudah mulai memimpikan hal-hal yang romantis apalagi menyangkut pesta pernikahan.
Kalau kamu laki-laki, dan kamu nanya cewekmu pernikahan impiannya seperti apa, tapi terus dijawab "terserah kamu aja deh gimana", itu malah menurut saya nggak wajar, atau malah berkesan ditutup-tutupi. Terus pada akhirnya malah keki saat di tengah-tengah persiapan karena pasangannya seperti tidak mengerti apa yang dimaui oleh perempuannya. Seringkali perempuan juga suka malu atau ragu mengungkapkan pernikahan impiannya, karena... takut cowoknya kabur kalau impiannya kelebihan!
Kalau saya sendiri gimana? Apakah dulu sebelum nikah punya impian pernikahan saya harus seperti apa? Oh tentu! Apakah saya kemukakan hal tersebut ke pasangan saya? Tentu dong! Buat saya, soal pernikahan impian itu bukan hal yang tabu dibicarakan, apalagi kalau hubungannya sudah mendekati serius. Kalau baru 2 kali kencan terus ngomongin pernikahan idaman sih, agak serem juga. Hihihi. Itu mah ngebet euy! Walaupun upacara pernikahan seringkali dianggap hanya simbol, dan katanya yang lebih penting adalah hari-hari setelah pernikahan, biar bagaimanapun juga orang ingin merasakan hari bahagianya dengan cara yang istimewa.
Mungkin buat para pria yang mulai serius ingin meminang sang gadis, boleh juga ditanyakan ke pasangannya "How's your dream wedding?" Terkadang, dari cerita pernikahan impian yang diungkapkan seorang wanita, seorang pria juga jadi bisa tau tipe wanita yang dikencaninya ini seperti apa sih. Apakah dia seorang yang religius? Apakah dia adalah orang yang dekat dengan keluarganya? Apakah dia seorang yang happy go lucky? Apakah dia orang yang sangat detail terhadap printilan? Apakah dia orang yang cermat mengatur keuangan? Apakah dia orang yang artistik dan kreatif? Apakah dia orang yang kelewatan bermimpi sampai tidak memandang kesiapan finansial calon suami?
Ketika kita ungkapkan impian kita, dan ternyata kita nyambung banget dengan calon suami dan keluarganya, maka dijamin, lancar persiapannya. Pernikahan impian saya, waktu itu:
1. Lokasi pemberkatannya di Gereja Katedral, dengan diiringi lagu yang semuanya harus yang disetujui oleh gereja Katolik, tanpa lagu pop. Sumpah setia asli secara Katolik, tidak dilebihkan, tidak dikurangi, dan tidak pake sumpah-sumpah buatan pribadi.
2. Pakai mobil tua berwarna merah! Karena Papa dan Mama saya itu dulu menikah dengan naik Mercy Tiger berwarna merah cabe. Dan sebagai orang keturunan Tionghoa, warna merah melambangkan suka cita dan kebahagiaan.
3. Saya mau dijemputnya dari rumah. Bukan dari kamar hotel. Biarin rumah saya kecil dan pas-pasan, tapi di situlah saya dibesarkan oleh orang tua saya.
4. Saya kepingin pakai gaun cantik, yang tidak banyak bling-blingnya (dan bikin sakit mata), tapi pakai permainan bahan dan jahitan yang elegan.
5.Pas wedding entrance di resepsi, saya ngga mau biasa-biasa aja. Ngga mau pengantin cowo dari ujung satu, lalu pengantin cewe dari ujung lain, ketemu ditengah, wedding kiss bertabur confetti. (no offense buat yang pake cara ini masuknya ya hahaha). Saya mau masuknya joged, diiringi live music.
6. Kalau di resepsi, musicnya harus live dan asik. Soalnya saya mau nyanyi, saya mau joged sampe puas! Ada after party is a plus point!
7. Di tempat resepsi nikah, parkirannya harus gampang. Berkali-kali keki karena ke kawinan orang susah parkir, yang ada kaki udah lemes duluan dan muka asem gara-gara jalan jauh dari parkiran.
8. Makanan harus berlimpah ruah! Soalnya, ngapain pesta kalau makanan aja kurang. Kalau pesta itu artinya mau bagi2 bahagia sama orang, bukan nyusahin dan membiarkan orang yg datang jauh-jauh, pulang dengan perut lapar. Suasana pesta harus asik, nyaman, tamunya ngga kebanyakan. Soalnya penganten males salaman mulu.
9. THE MOST IMPORTANT: Nikahnya harus sama orang yang sudah saya YAKINI bisa menjadi pendamping saya seumur hidup, dan direstui oleh seluruh keluarga.
Kedengeran klise ya. Pas saya sampaikan ke calon suami saat itu, loh kok nyambung semua! Dia juga setuju banget sama poin-poin saya di atas, bahkan dia jadi ikut meyakinkan orang tuanya untuk mengijinkan kita menjalankan poin-poin tersebut. Inget ya, di Indonesia ini, orang tua itu pegang peranan penting loh dalam menyetujui printilan perkawinan. Kalau sampai ngga kesampean, ya ngga usah maksa. Tapi asik toh kita bisa menyampaikan saja apa yang kita mau? Kalau nanti pada akhirnya hasilnya gak sesuai impian, ya ga usah kecewa juga. Balik lagi ke pernyataan di atas, yang terpenting adalah kehidupan sesudah upacara perkawinan tersebut.
Did I get my dream wedding? I think so! Dalam dream wedding list itu, saya tidak pernah menyebutkan harus pakai vendor apa. Kalau dream wedding kita sudah menyangkut nama-nama vendor, itu namanya bukan dream lagi, tapi nuntut, dan kayaknya rada susah untuk kita bisa jadi fleksibel. Pikirkanlah suasananya, pikirkanlah kebahagiaan kita, keluarga kita, dan tamu-tamunya, jangan ambisi pribadi. Kalau soal vendor, itu balik lagi ke budgetnya. Inget ya, duit juga ada serinya, kecuali duitmu sudah tidak berseri lagi (sambil melirik sosialite Indonesia yang harga tasnya bisa buat beli rumah). Buat para pria, jangan takut menghadapi list dari wanita. Kalau kamu merasa tidak bisa mewujudkannya, jangan gentar. Toh ada pepatah, love conquers everything. Tapi bukankah merupakan kebahagiaan si pria juga kalau bisa mewujudkan impian si wanita?
Kalau boleh saya bagi cerita, persiapan perkawinan itu adalah ujian yang sangat seru buat pengantin pria dan wanita. Kita melatih kesabaran, komitmen, dan pemahaman satu sama lain. Makanya, berdasarkan pengalaman pribadi juga, kalau dalam persiapan perkawinan saja, tidak ada sedikitpun usaha dari pasanganmu untuk mewujudkan satu poin saja dari impianmu, pikirkan lagi. Kalau kalian sudah selisih paham terus menerus sepanjang persiapan, pikirkan lagi. Should I move forward, or should I start a new? It's true that time heals everything, tapi kalau sudah sumpah setia di hadapan Tuhan, harus siap seumur hidup.
Kok tumben, Leony nulis hal soal dream wedding? Bukannya weddingnya Leony udah lewat ya dari kapan tau? Ya gak apa-apa juga toh? Soalnya akhir-akhir ini, saya sering banget nemuin pihak wanita, yang saking takut kehilangan pasangannya, sampai gak bisa buka suara soal keinginan dia sendiri di saat acara pernikahan. Dan hal tersebut, biasanya berkelanjutan pada hidup rumah tangganya, jadi sulit untuk mengemukakan pendapat. Coba di test dulu di saat persiapan perkawinan ya. Kalau si calon suami belum apa-apa udah emosian, terus keluarganya kelewat ikut campur termasuk dalam hal printilan, bayangkan nanti pas sesudah nikah gimana jadinya. Serem ya? Iya banget!
Jadi inti tulisan ini apa sih? Don't be afraid to have a dream wedding, and let your partner knows about it! Itu aja sih. Mungkin hal sederhana, tapi gak ada salahnya dipraktekin buat para calon pengantin di luar sana. Sekian!