Quantcast
Channel: Catatan Nyempil Kalau Lagi Ada Waktu
Viewing all articles
Browse latest Browse all 297

Ketika Semangat Memilih

$
0
0
Kira-kira sepuluh hari sebelum pemilihan, saya dititipkan oleh pak satpam undangan untuk pemilu. Saya lihat jumlahnya ada 4, punya mertua, ipar, dan suami saya. Terus punya saya mana? Eh iya, ngomong-ngomong saya sekarang tinggal di eks tempat mertua. Mertua sudah pindah tapi KTPnya masih di alamat itu. Sementara saya dan suami sebenarnya KTPnya sudah di rumah baru (sebenernya gak baru sih, udah dibeli dari sebelum nikah, tapi sekarang kebetulan lagi dikontrak orang. Ribet ye? Haha. Ya saya anggep aja itu rumah baru deh).

Karena saya bingung saya bakalan nyoblos di mana, akhirnya teleponlah saya ke sekretaris RT rumah baru. Nah kata dia, nama saya nggak terdaftar di situ walaupun KTPnya sudah di situ. Berarti kemungkinan masih di alamat lama saya alias rumah mama. Saya masih berpikir positif kalau nanti saya bakalan dapat undangan. Nah, beberapa hari sebelum pemilu pas nanya ke mama, mama sudah dapat undangan, tapi undangan saya ngga ada dong! Tetot banget deh! Gara-gara itu, saya cek ke website KPU dengan memasukkan NIK, dan ternyata nggak ada juga nama saya! Jadi saya ini ibarat anak yang hilang atau mungkin sudah jadi siluman. Padahal pas pemilihan gubernur kemarin, dapat undangan loh.

Tapi karena hasrat ingin memilih masih bergelora, saya cari-cari info lewat teman-teman. Ada yang bilang tinggal datang antara jam 7-9 bawa copy KTP dan KK, lalu nanti jam 12 balik lagi. Lalu ada yang bilang daftar ke kelurahan dulu, dan ada kolom tanya jawab KPU malah dibilang tinggal datang satu jam sebelum tutup alias jam 12-an dengan bawa copy KTP dan KK untuk memilih.

Daripada mabok-mabok, akhirnya saya memilih untuk telepon langsung ke kelurahan untuk mendapatkan jawaban pasti. Dan ternyata... orang kelurahan NGGA TAU AJE GITU! Malah bingung sendiri dan nanya-nanya temennya. Karena dia takut ngasih jawaban yang salah, akhirnya dia kasih saya nomer telepon ketua Panitia Pemungutan Suara (PPS) untuk nanya info lebih lanjut. Teleponlah saya ke ketua PPS, dan dijawabnya "Dateng aja bu jam 6-7 pagi ke TPS, lalu daftar dulu. Tar jam 12 balik lagi buat nyoblos." WHAT? JAM 6 PAGI? zzzzz..... Padahal kan saya lagi seneng-seneng Pemilu libur bisa bangun siangan dikit. Tapi kalo jam 6 pagi udah kudu nyampe sono mah = lebih ngantuk daripada hari kerja atuh!

Pas hari H, saya gambling aja deh. Saya mau dateng jam 11-an siang, biar urusan rumah udah beres dulu, suami udah nyoblos, baru datang ke TPS yang di rumah baru. Yang penting saya juga udah pegang forum tanya jawab KPU yang bilang pokoknya kudu milihnya 1 jam sebelum ditutup. Jadi ya seenggaknya saya punya alasan kenapa saya datangnya jam segitu. Saya dianter sama suami ke TPS, dan pas sampai sana, ternyata banyak orang-orang berkerumun di bagian pendaftaran, termasuk seorang emak-emak yang protes gara-gara dia ngga dapat undangan, padahal suaminya dapat undangan dan sudah tinggal di area yang sama selama puluhan tahun. Lalu ada juga yang suami istri sama-sama nggak dapat undangan padahal dapat undangan pas pemilihan gubernur kemarin. Ada juga yang beneran udah dateng dari jam 7 pagi buat daftar, tapi kudu nunggu sampe jam 12 siang baru bisa nyoblos, dan setia nunggu dari pagi. Sampai pas gilliran dia dipanggil, orang-orang pada tepuk tangan kasih selamat. Intinya sih, administrasi DPT kali ini kacau balau, Bo!

Terus saya gimana dong? Walaupun rada bejubelan di meja pendaftaran dengan banyak orang emosi tingkat tinggi demi memilih, akhirnya saya saya bisa daftar juga. Karena rada lama, suami sampai tinggal dulu buat beli bakmi dan bakso goreng di Pesanggrahan. Nah, pas nunggu lama itu, saya jadi ngobrol-ngobrol dan mendengar dari warga, bagaimana mereka, walaupun tidak terdaftar dan rada ribet, mereka tetap mau menggunakan hak pilih. Beberapa dari mereka bahkan ngaku, dulu rada nggak peduli sama pemilu karena merasa suara mereka ngga penting. Tapi gara-gara kena efek pemilihan gubernur kemarin, dan merasa suara mereka mulai memberikan pengaruh, mereka bela-belain untuk antri walaupun cuaca panas dan pake adu urat dulu dengan petugas admin. Saya rasa orang-orang berumur dan mapan seperti om-om dan tante-tante itu tidak terpengaruh oleh promosi diskon atau gratisan karena telah memilih, tetapi benar-benar menunjukkan kepeduliannya kepada negara ini. Salut! Demokrasi kita sepertinya dan mudah-mudahan menuju ke arah yang lebih baik.

Terus saya milih apa dong? KASIH TAU GAK YAAAA? Ya nggak lah hihihi... Kan Pemilu itu harus LUBER -> Langsung, Umum, BEbas, dan Rahasia. Jadi rahasia aja ya hihihihi... Yang jelas, saya juga bingung pas milih, apalagi sehari sebelum pemilihan, website-website rekomendasi itu pada hang semua. Tapi dibawa aja dalam doa sebelum nyoblos, supaya negara ini jadi lebih baik. Semoga nanti pas pemilihan presiden, saya ngga bingung lagi dan dengan yakin nyoblos orang yang figurnya bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik.

Eh iya, update dikit, tetangga saya yang tadinya mobilnya tiga biji dilapisin stiker partai dengan gambar mukanya segede apa tau itu, pagi ini resmi nyopot seluruh stickernya. Entahlah dia menang atau kalah hihihi.

Inti tulisan ini apa? Saya ingin, semua orang berusaha menggunakan hak pilihnya dengan baik dan semangat. Kita ini harus bangga dan bahagia, kita punya hak untuk memilih. Kita merdeka untuk memilih, dan itu berkat yang luar biasa dari Tuhan. Nah buat yang sudah punya KTP di daerah domisili tetapi belum terdaftar, gimana caranya? Kemarin ini saya ngobrol lagi sedikit dengan PPS, dan diterangkan.

1. Pergilah ke Kelurahan yang sesuai dengan KTP kita di daerah tersebut, lalu daftarkan diri kita. Jangan lupa minta tanda bukti kalau kita sudah mendaftar.

2. Seharusnya nanti kita akan menerima undangan. Kalau sampai tidak dapat undangan, kita bisa datang dan langsung bawa tanda buktinya, supaya tidak perlu antri dan nyoblos di atas jam 12 siang.

Gitu aja sih. Kali-kali berguna untuk memilih presiden kita nanti.

PS: Berdasarkan hasil quick count Kompas, Kamis, 10 April 2014 pukul 10 pagi, posisinya sebagai berikut (Plus komentar ga penting dr Jeng Lele).

1. PDI-P: 19.24% - As expected, tapi kayaknya rada kurang "tebal" menangnya dibandingkan harapan awal.
2. Golkar: 15.03% - Jujur aja saya kaget masih setinggi ini! Lapindo oh Lapindo.
3. Gerindra: 11.75% - Padahal kalau si Prabowo gak kebakaran jenggot pas Jokowi dijadiin ca-capres, mungkin bisa lebih tinggi nih.
4. Demokrat: 9.42% - Siap-siap pak EsBeYe, kasus Centurynya yuk mari!
5. PKB: 9.13% - Basisnya masih kuat. Moga-moga pak JK bisa berandil banyak untuk Indonesia ke depannya. And please, Bang Rhoma... sadarlah.
6.  PAN: 7.49% - Maaf ya Pak Hatta, walaupun nanti koalisi sama besan, tetep nggak bisa nyentuh 20 persen.
7. PKS: 6.99% - Salahkan semua pada Sapi dan poligami! Jujur, masih lumayan perolehan suaranya.
8. Nasdem: 6.7% - Lumayan buat partai baru, artinya ada harapan untuk generasi muda.
9. PPP: 6.7% - Kira-kira Angel Lelga kepilih gak ya? Ga kebayang bakalan ada Atut level KW.
10. Hanura: 5.1% - Kasian deh Pak Win dan terutama Pak HT, deklarasi duluan, gembar gembor abis-abisan pake media punya sendiri, kayaknya cukup mentok jadi PresDir stasiun TV aja.
11. PBB: 1.5% - Mayan lah pak Yusril, bisa rame-ramein.
12. PKPI: 0,94% - Makanya Pak Sutiyoso, lain kali kalo milih caleg jangan artis semua hihihi.

Viewing all articles
Browse latest Browse all 297

Trending Articles