Saya ini paling nggak bisa nulis-nulis yang berbau-bau politik. Paling mentok, saya nulis brantakan kayak pas Pileg kemarin. Bisa dilihat di sini kalau mau nginget komen saya waktu itu. Ngasal kan? Ya iya lah, wong saya bukan penulis, jurnalis, ataupun pengamat (sekarang pada pake kata pengamat ye cuma buat jadi sumber berita haha). Mau nulis aja pake mikir dulu nih. Apalagi di masa tenang ini, kemarin sempet dibilang kagak boleh "kampanye". Tapi begitu tau kalau Banwaslu cakupannya gak sampe ke social media, saya akhirnya niatin nulis di sela-sela ngurusin unyil yang lagi rada demam dan uhuk-uhuk.
Eniwei buat yang milih Pak Prabowo, saya sih nggak masyalah sama sekali. Tapi sampai saat ini, buat kenalan saya yang menurut saya pinter (yang pinter nih ye, bukan yang emang tulalit) kalau ditanya kenapa milih No. 1, jawabannya itu rata-rata:
- ada unsur kepentingan (mostly business, atau kekeluargaan)
- gak suka aja sama Jokowi (capres boneka, melanggar janji, tukang tipu)
- gak suka sama koalisinya Jokowi
- takut dianggap kafir (ini yang paling ajaib... wth...)
Perhatiin deh, jawabannya rata-rata negative statement about Jokowi. Terus saya tanya, jadi keunggulan Prabowo apa? Soalnya kalau saya kan bisa nyebut keunggulan Jokowi dari kerja nyatanya. Jawabannya rata-rata: Tegas, membela negara sebagai anggota TNI. Terus saya sempet nanya lagi ke temen saya yang mati-matian bela Prabowo, kalau pribadinya bagus mana jadinya? Dia jawab, "Sebenernya sih Jokowi kalau pribadinya oke, tapi gak tegas, nanti disetir koalisi."Duh, cape, tegas mulu yang dibahas hahahaha.... Anyway, saya ngga mau jelek-jelekin Prabowo kok. Cuma mbok ya, reasonnya lebih cakepan dikit. Emangnya Pak Jokowi nggak punya bargaining power?
Biasanya ya, sampe Pileg kemarin, saya tuh masih nggak mau ngomong secara umum pilihan saya apa, soalnya kan rahasia gitu loh (padahal kata orang sih istilah LUBER itu cuma ciptaan Orba yang singkatannya Lubangi Beringin hahaha). Tapi kali ini, saya ngerasa BUTUH untuk menyuarakan pendapat. Kenapa? Soalnya walaupun menurut saya JELAS banget harus milih yang mana, tapi kok banyak juga orang yang masih bingung, dan seringkali memilih dengan alasan yang ngga masuk akal. Nanti saya jelasin ngga masuk akalnya gimana. Saya mau kasih tau pilihan saya, tapi inget ye, kalo beda jangan sensi (kata Slank dkk).
Saya dari dulu milih JOKOWI! Sebagai emak-emak yang ngga ngerti-ngerti amat sama omongan intrik-intrik politik, saya milih dia dengan alasan yang sederhana, dari kacamata saya sebagai seorang emak-emak juga, sebagai penduduk Jakarta yang merupakan ibukota negara. Ngga usah sampe jauh-jauh mikirin kepentingan, koalisi, agama, komunis, mafia apa lah... #puyeng.
1. Waktu saya ngurus KTP dan KK buat pindahan dari Jaktim ke Jakbar tahun 2013 lalu, prosesnya gampil banget! Waktu itu sistemnya masih pake loket (belum sempet di renovasi kayak sistem teller). Bapak-bapaknya baik dan jelasin dokumen-dokumennya yang dibutuhkan. KTP gratis, dan KK cukup bayar administrasi IDR 30,000. Cepat pula jadinya. Saya yang dulu suka apatis kalau udah nyangkut urusan ke kelurahan, sekarang jadi berani ngurusin apa-apa sendiri. Inget ye, konsep revolusi mental itu bukan omongan loh. Saya aja mentalnya jadi ikut ke-revolusi loh, lantaran sekarang saya jadi punya kepercayaan terhadap staff-staff di kelurahan. Saya jadi mau melangkah dan nggak usah nyuruh satpam kompleks untuk ngurus ini itu pakai persenan (walaupun ditawarin sama satpamnya). Dan hebringnya, saya telepon ke kelurahan eh DIANGKAT LOH! Meeennn...saya masih inget tahun-tahun sebelumnya kalau nelepon ke kelurahan itu ibarat nelepon ke nomer tak berujung (alias cuma tut...tut... tut.. sampe putus sendiri). Masih inget tulisan saya yang soal ngurusin KTP di tahun 2012? Kalau belum tau, baca di sini. Kejadiannya di Agustus 2012 saat Jokowi belum menjabat. Nggak sampai setahun setelah Jokowi menjabat, voila! BERUBAH! (muter ala Ksatria Baja Hitam RX).
2. Dari sejak saya pacaran dengan suami di tahun 2010, di daerah Puri Indah sebelah kantor Walikota, ada jalanan yang mestinya dua jalur, yang kebuka cuma ada satu jalur. Sudah bertahun seperti itu dari sebelum saya kenal suami, dan tidak ada yang bisa melakukan apa-apa. Jalur satunya ketutup, dengan konstruksi pipa yang tidak jelas kapan beresnya, sehingga jalanan yang ketutup itu malah digunakan oleh salah satu toko bangunan untuk naro bahan bangunan. Pasir, batako, semen, numpuk semua di jalan itu seakan-akan itu jalan punya dia. Kemudian jadi banyak angkot pada mangkal di situ. Jalanannya juga bolong hancur-hancuran. Deket sama Kantor Walikota loh, dan walikotanya aja rumahnya di deket-deket situ kok. Pembatas jalur juga jelek, gersang, pokoknya keliatan ngga enak dilihat. Gara-gara jalanan dipangkas itu, setiap pagi jadi bottleneck, macet! Bertahun-tahun! Tapi, tahun lalu, saya perlahan melihat perubahan. Pertama, dari pembatas jalur yang gersang, mulai ditanami dan ditata rapi sehingga jadi taman. Cantiknya bukan main! Kemudian jalanan hancurnya dan konstruksi pipa airnya diperbaiki, sehingga sekarang jalanan jadi full dua jalur dan tidak macet lagi. Mata kepala saya melihat progressnya every single freakin' day. Sekarang daerah situ jadi rapi, nggak ada lagi angkot yang mangkal sembarangan. Gak percaya? Tanyakan pada semua warga di sekitar sini yang jadi saksinya.
Mau lagi buktinya? Banyak banget! Taman Semanggi yang dulu agak rawan dan mengerikan untuk dilewati, sekarang ya ampun cakepnya! Saya aja kaget! Sudah lama saya nggak nyetir sendiri ke daerah pusat, tapi minggu lalu mata saya benar-benar dimanjakan. Bersih, terawat, indah, sampai saya terbengong-bengong. Waduk Pluit juga, sekarang kok bisa gitu ya? Saya aja baru tau ada Waduk Pluit! Abisnya sebelumnya ketutupan semua. Hahahaha...
3. Beberapa minggu lalu, saya balik lagi ke Kelurahan buat ngurus DPK karena nama saya tidak terdaftar di DPT. Saya kan semangat nyoblos dan nggak mau sampai suara saya nanti melayang. Waktu tiba di sana, saya kaget, sekarang loket di depan sudah tidak ada, berganti menjadi meja panjang seperti customer service di sebuah bank. Ada kursi untuk menunggu, ada mesin untuk mengambil nomer urut antrian, ada TV LED di dinding, ada papan elektrik untuk menunjukkan nomer antrian. Waktu saya ke sana, orang-orang sedang break makan siang. Loket buka kembali sekitar pukul 13.10 dan langsung disambut senyum ramah oleh petugas kelurahan, seorang ibu cantik berjilbab. Tidak ada lagi bapak-bapak rese yang sok tau ataupun berusaha mempersulit kita. Saya masih ingat ini adalah salah satu hal yang Jokowi janjikan saat dia berkampanye untuk jadi Gubernur Jakarta. Saya kira hal ini akan lama terwujud, eh ternyata, gak sampai 2 tahun! Luar biasa!
Btw, cerita saya kesannya cetek banget ya? Cuma jalanan di sekitar rumah dan kelurahan. Tapi ya itu yang saya rasakan sendiri sebagai emak-emak. Banyak hal yang mengganggu saya bertahun-tahun soal Indonesia sampai saya hampir tidak punya keyakinan terhadap nasib bangsa ini, perlahan-lahan diubah dengan kehadiran seorang Jokowi. Saya jadi punya HARAPAN! Harapan akan seorang pemimpin yang sejati. Kalau di agama saya, seorang pemimpin hebat itu bukan digambarkan dengan sosok yang gagah dan kaya, tetapi digambarkan sebagai seorang PELAYAN! Melayani dan bukan dilayani, itulah sosok pemimpin sejati. Dan baru kali ini, beneran baru kali, ini saya melihat ada pemimpin yang benar-benar ingin melayani di negara kita. Why shouldn't we give him a chance? Bayangkan kalau segala kebaikan dari revolusi mental itu bisa menyebar di seluruh Indonesia, negara ini majunya bakalan tidak terbendung.
Di sisi lain, kenapa sekarang banyak banget orang berani mengkritik Jokowi? Ya karena Jokowi BISA DIKRITIK! Jadi ini bukanlah suatu hal yang negatif kalau Jokowi dipertanyakan mengenai janji-janjinya. Ini adalah hal yang sangat positif, artinya kita punya pemimpin yang mau mendengar dan mau melaksanakan. Coba pemimpin yang jaman orde baru, kamu mau kritik? Maaf, nanti di dor, masuk penjara, atau hilang. Kemudian pemimpin sebelumnya, kamu mau kritik? Maaf, percuma soalnya kupingnya sudah kayak cantolan panci, alias apapun kritikmu tidak akan didengarkan dan akhirnya sia-sia sehingga ujung-ujungnya orang malas mengkritik. Yang dulu keliatan lebih adem pemerintahannya? Mungkin, tapi ademnya semu!
Eniwei buat yang milih Pak Prabowo, saya sih nggak masyalah sama sekali. Tapi sampai saat ini, buat kenalan saya yang menurut saya pinter (yang pinter nih ye, bukan yang emang tulalit) kalau ditanya kenapa milih No. 1, jawabannya itu rata-rata:
- ada unsur kepentingan (mostly business, atau kekeluargaan)
- gak suka aja sama Jokowi (capres boneka, melanggar janji, tukang tipu)
- gak suka sama koalisinya Jokowi
- takut dianggap kafir (ini yang paling ajaib... wth...)
Perhatiin deh, jawabannya rata-rata negative statement about Jokowi. Terus saya tanya, jadi keunggulan Prabowo apa? Soalnya kalau saya kan bisa nyebut keunggulan Jokowi dari kerja nyatanya. Jawabannya rata-rata: Tegas, membela negara sebagai anggota TNI. Terus saya sempet nanya lagi ke temen saya yang mati-matian bela Prabowo, kalau pribadinya bagus mana jadinya? Dia jawab, "Sebenernya sih Jokowi kalau pribadinya oke, tapi gak tegas, nanti disetir koalisi."Duh, cape, tegas mulu yang dibahas hahahaha.... Anyway, saya ngga mau jelek-jelekin Prabowo kok. Cuma mbok ya, reasonnya lebih cakepan dikit. Emangnya Pak Jokowi nggak punya bargaining power?
Selama 16 tahun sejak reformasi di 1998, saya belum melihat ada perubahan yang berarti. Yang saya lihat, cuma orang yang memanfaatkan momentum reformasi untuk kepentingan dirinya sendiri, memperkaya diri, dan makin membodohi bangsa. Tapi, bangsa ini tidak bodoh! Bangsa ini hanya menunggu sebuah kesempatan, untuk bisa bangkit kembali dan jadi bangsa yang besar. Suara kita berpengaruh, suara kita diperhitungkan. Gunakan suara itu di TPS nanti tanggal 9 Juli.
"Kalau nanti Jokowi mengecewakan gimana dong, Le?" Ya simpel, kalau dia mengecewakan, saya nggak akan pilih dia kalau dia maju lagi sebagai incumbent. Susah-susah amat. At one point, kita pasti bakalan kecewa kok. Sama pasangan yang sudah janji sehidup semati aja kita sering kecewa, padahal kita pikir kita mengenal orangnya luar dalam kan? Dijamin bohong kalo udah nikah tapi ga pernah brantem. Tetapi bukankah kekecewaan yang bisa dibicarakan itu nantinya akan membawa kita ke arah yang lebih baik? Pak Jokowi asalnya dari rakyat, dia maju karena rakyat. Pak Jokowi janji mendengar suara kita, kalau kita kecewa lontarkan saja, karena tidak ada seorang pemimpin baik yang ingin menghancurkan rakyatnya sendiri.
Yo wis, sekian dulu ocehan emak-emak. Kalau mau ocehan yang lebih berbobot, silakan baca di media lain ya. Khusus untuk warga Jakarta, kalau milih Pak Jokowi, dapet bonus gubernur super keren dan ganteng (kata emak-emak) --> Pak Ahok. Manteb!
#salamduajari
Extra:
Video ini karya temen saya, Toto, yang emang udah kreatif dari orok. Saya saksinya selama masa kuliah sampe sekarang.
Buat yang demam "Let it Go", semoga ikut demam "Bapakku" juga ya!