Tarik Nafas.... Buang Nafas... Phew.... Mari kita mulai!
24 Desember 2012, 06:30 WIB
Masih goler-goleran di ranjang, saya colek-colek suami...
"Eh, aku mules nih... mulesnya lain... Apa mules gara-gara makanan India yang kita makan kemarin?" (maklum, hari sebelumnya, kita habis makan Indian buffet, dan gara-gara itu, saya udah buang-buang air 3 kali dalam semalam...)
Terus saya ke wece dan nongkrong. Beneran aja, saya pup dengan lancar. Pas nyeka, saya lihat di tissue ada cairan merah muda, dan mulesnya nggak hilang. Saya langsung bangunin suami sambil teriak dari kamar mandi. "Kayaknya aku mau melahirkan deh. Coba telepon mami (mertua) dan mama."
Mami: "Itu mah kontraksi palsu lah... palingan masih lama melahirkannya."
Mama: "Buruan ke rumah sakit, dan telepon dokter! Pastiin dokternya ada!"
Ayo tebak? Yang mana yang saya ikutin?
Saya memutuskan untuk ngikutin: Mama. Tapi dikombo dengan mandi dulu dan keramas. Eh, iya, saya sempet-sempetnya loh, masukin baju ke mesin cuci buat di laundry. Saat itu sakit perutnya kok tambah kenceng aja! Terus saya ngerasa... Kayaknya beneran ini mau ngelahirin.... Waduh, kalo mau ngelahirin berarti mesti: CUKUR BULU DONK???
Langsung teriak-teriak ke suami: "AMBILIN CUKURANNNNN!!!"
Pas nyukur itu, perut mulai mulesnya gak nahan. Saya minta diambilin kursi plastik, kemudian lanjut nyukur dalam keadaan meringis. Hasilnya: tentulah acakadul, pitak sana sini.... BODO AMAT!
Habis mandi, keramas, dan nyukur, masih sempet-sempetnya saya ngeblow rambut! Padahal mulesnya gak terkira. Cuma, seperti yang dibilang oleh para pembaca dan pengkomentar yang budiman di postingan sebelumnya, tampil cantik itu perlu kan?? Ya toh? Ya toh? Tapi sungguh, saya nggak sempet dandan!! Perut saya makin melilit! Gilanya, saya masih sempet lagi buat mengecek list perlengkapan untuk dibawa ke rumah sakit. Jadi kayak absen gitu, saya sebut, suami ngecek.
Untungnya, saat itu baby sitter sudah mulai tinggal di rumah. Jadi pas kita memutuskan untuk ke rumah sakit, dia sempat mapah saya. Perjalanan dari rumah ke RS, ya tinggal ngesot doang benernya. Pas sampai itu, kira-kira pukul 8-an, langsung saya masuk dipapah dengan kursi roda, dan dibawa ke lantai 7 menuju: KAMAR BERSALIN! Absurd banget rasanya....
Pas sampai sana, dipasangin alat CTG, saya masih bisa tahan. Tapi baru beberapa menit, saya mulai uring-uringan. Suami diminta untuk ngurus admin ke lantai 1. Nggak berapa lama, bidan masuk dan ngecek bukaan. Masyaampun, ternyata ngecek bukaan itu sakit ya, Buibu! Dan hasilnya, saya sudah bukaan LIMA! Jedeng! Pantes aja itu kontraksi udah minta ampun bikin lemesnya. Alat CTG udah seperti nggak berfungsi karena posisi saya udah melintir sambil megangin pinggiran ranjang dan teriak-teriak. Pas saat itu juga, ditanyain, mau pakai epidural atau ngga... Suamipun ngga ada untuk dimintain opini, dan akhirnya saya menjawab: NGGAK USAH! *gaya banget ye Ibu yang satu ini...!*
Saat itu, rasanya saya kayak kesurupan! Mulai teriak-teriakan, dicampur sama cara nafas yang diambil pelajaran senam hamil... "HUH HUH HAH, HUH HUH HAH...." Namun karena sakit tak tertahankan... lebih kedengeran kayak "HUH HUH HUAAAAAAAAAA........ HUAAAAAAA" Ditambah lagi, saya teriak-teriak... "MAMAAAAHHHHHHH..... TUHAN YESUSSSSSS..... TOLONGIN SAYAAAAAA" Dan tau sendiri, kalau saya udah sakit/ marah, saya pasti meracau dalam Bahasa Inggris, " GOD, PLEASE HELPPPP!! HELP ME GOD, PLEASEEEE!!" Dan gak brapa lama bidannya nyamperin, "Kenapa Bu? Mau pipis?" "BUKAN SUSTERRRR... PLEASE! BUKAN PIPIS!" *Note: actual conversation*
Saya nggak tau itu sudah bukaan brapa, nggak brapa lama, saya beneran pipis... DHUERRR, banyak banget, dan blakangan diketahui kalau itu ternyata air ketuban yang pecah dan membanjiri ranjang. Suami nggak lama balik, dan mulai siap-siapin kamera. Kemudian rasa mulesnya semakin menggila, seperti mau BAB. "SUSTERRR..... MAU PUPPPP..... MAU PUP SUSTERRR...." Terus terang, itu bokong saya rasanya kayak mau pecah. Asli deh! Kira-kira hampir pukul 10, bidan kembali cek bukaan saya, dan ternyata: BUKAAN 10! Lengkap aje gitu loh.... Dari mules sampai bukaan 10, cuma 3.5 jam! Tapi dokternya tuh belum dateng! Masih on the way katanya. Saya sudah gak tahan, si bidan ngelipat dan tekan terus kaki saya supaya rapat.
Nggak lama dokternya datang, langsung deh acara ngongkong dimulai. Saat itu, walaupun sakitnya gak tertahankan, saya mendadak inget lagi cara ngepush yang diajarin pas senam hamil. Rasanya kok gimana gitu, nggak sabar banget nungguin keluarnya si kecil. Bidan dan suster mulai siram-siram bagian bawah dengan air mineral dingin, dan ngedenpun dilaksanakan. Ngeden yang pertama, masih belum, ngeden yang kedua, kata dokter rambutnya sudah keliatan. Lalu ngeden yang ketiga.....
24 Desember 2012, 10.13 WIB
Mari ucapkan selamat datang kepada:
Abigail Karnadi
2.785 kg, 46 cm, Nilai Apgar 9/10
![]() |
Hello World! |
![]() |
Ditaruh di atas dada mama untuk IMD, sambil ngintip-ngintip genit |
![]() |
Setelah dibersihkan lebih lanjut... Muontoookkkk! |
![]() |
Udah bersih, udah mandi, udah dibedong, udah sekamar sama mama |
Lahir dengan sehat, selamat, tanpa kekurangan suatu apapun di minggu ke 38, dan emaknya, dari mirip kesurupan mendadak sadar... dan BAHAGIA LUAR BIASAAAAA!!! Saya cuma ingat saya teriak-teriak lagi, "DEDEEEKKKK!!! ADA DEDEEKKKK!!" sambil terharu saat si bayi yang masih fresh from the oven diletakkan di perut saya. Bener-bener kayak mimpi, I'm a mother now! Abigail is our best Christmas present EVER!! Lahir di malam Natal, yang menyebabkan emak bapaknya absen ke Gereja. Tapi baby sitter saya yang manis itu bilang, "Ibu, Abby lahir malam Natal, sama seperti Yesus. Kita berdoa di sini saja ya."
Terima kasih kepada Bapa di Surga, Tuhan Yesus, dan Bunda Maria, yang dengan kuasanya yang sungguh besar, telah mengijinkan saya, si pemilik satu paru dan jantung bergeser, untuk menjalankan proses kehamilan dan persalinan secara normal tanpa epidural, dan terlebih lagi tanpa gangguan berarti. Mukjijat itu sungguh nyata asalkan kita percaya. Trust me, I've been there, done that!
Terima kasih kepada Dr. Calvin Tjong, SpOG yang telah menguatkan saya dari awal untuk memberanikan diri melahirkan secara normal, sampai pada akhirnya membantu mewujudkan hal tersebut menjadi nyata. Terima kasih kepada Bidan, Suster, dan Staff dari RS Pondok Indah, Puri Indah yang sangat membantu dan cekatan dalam menangani proses melahirkan ini.
Terima kasih juga kepada suamiku tercinta, yang dengan santai luar biasa, dengan ketenangannya yang dingin sedingin air es, mendampingi sang istri di saat-saat genting, dengan tangan kanan memegangi sang istri, dan tangan kiri merekam seluruh proses dengan kamera, tanpa adanya tremor! *Hadeh, ini aye ngomong ape sih*... Terima kasih sudah menjadi suami siaga, yang mensupport istrinya selama kehamilan, mendampingi di hampir setiap kunjungan dokter walaupun kadang harus kucing-kucingan dengan orang kantor, dan pada akhirnya, bertransformasi menjadi seorang ayah. Semoga kamu jadi ayah yang baik (dan keren) yah, Sayang!
Last but not least, terima kasih kepada: Mama dan Mami tercinta. Saya menulis posting ini special untuk kalian berdua. Setelah menjalani proses kelahiran kemarin, saya mengerti, kenapa mami atau mama begitu sedih kalau kita suka melawan atau kurang perhatian. Ternyata, melahirkan itu memang sakitttt... dan jaman dulu, mama dan mami melahirkan normal semua, nggak ada yang namanya epidural, kalaupun ada, mungkin nggak umum. Thank you for everything you've given for us, your children. Rasanya, seumur hidup nggak akan mampu buat membalas jasa kalian.
There you go! The very first story of Motherhood! Habis ini, harap maklum, kalau blog ini akan berubah jadi blog emak-emak. Lah, pemiliknya sudah jadi emak-emak toh?
Hampir lupa, Selamat Natal buat semuanya! Plus, Selamat Tahun Baru 2013! May God bless you with abundant joy, health, and prosperous year to come!
PS: Abigail = The Father's Joy.
BONUS:
Foto emak gragas kelaparan, ngemut risol smoked beef bikinan mamanya, update BB sambil pasang foto si kecil, dan bales-balesin ucapan selamat, MASIH DI RUANG BERSALIN! Rock On!
![]() |
Nom nom nom, enak nih risolnya.... |