Quantcast
Channel: Catatan Nyempil Kalau Lagi Ada Waktu
Viewing all 297 articles
Browse latest View live

2 Tahun Jadi Istri Orang

$
0
0
Terorejing torejing torejing... *ala PMR*... 19 November 2013 lalu, saya sudah jadi istri orang selama 2 tahun sodara-sodara! Prok prok prok prok prok! Ayo kasih saya selamat!

Kalau setahun pertama itu adalah masa-masa penyesuaian, kalau tahun kedua ini adalah MASIH TETEP masa penyesuaian. Beneran! Memang banyak orang bilang, sampai maut memisahkan pun, masih banyak misteri-misteri dan kelakuan pasangan yang baru kita ketahui. 

Tapi boleh dibilang, tahun kedua ini banyak diisi dengan peristiwa yang seru, dengan banyaknya lompatan-lompatan yang kami lakukan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
1. Kami pindah lokasi!

Kami pindah bukan karena baru beli rumah, tapi kami pindah karena sudah mau melahirkan! Hahahaha.... Rumah kami sebenarnya sudah dibeli sejak sebelum kami menikah, tapi akhirnya tidak jadi kami tempati karena saat itu belum sempat renovasi, dan berat juga meninggalkan mama saya yang saat itu rasanya "seneng-namun-nggak-rela" anaknya nikah. Kebetulan dokter kandungan yang sreg di hati, lokasinya ada di RSPI Puri Indah, jadilah awal Desember 2012 lalu, saya pindahan dari Jakarta Timur ke Jakarta Barat dalam keadaan perut usia hampir 9 bulan hahahaha... Untungnya cuma bawa koper doang, karena kami nggak pindah ke rumah kami, melainkan pindah ke ex tempat mertua yang saat itu sudah kosong. Jadi semua sudah furnished, dan kami tinggal gerek bawa koper pakaian dan juga crib serta perlengkapan Abby.

Siapa yang seneng pas kami pindah ke Jakarta Barat? Tentulah suami saya, karena itu berarti dia bisa sering-sering bersua dengan Bakmi Alok, Bakmi Asoi, Bakmi Aloi, dan bakmi-bakmian lainnya (dan babi-babian)... Welcome back, Darling! 

2. Kami dapat anugrah terindah - Abigail!

Cerita lahiran Abby sudah pada tau lah ya. Masa-masa membesarkan Abby, walaupun bahagianya tak terkira, juga merupakan masa-masa yang melelahkan dan kadang membuat hati down. Apalagi saat drama per-ASI-an di mana ASI saya jumlahnya nggak banyak, dan ada dorongan dari pihak sana sini untuk menyerah. Saat itu saya jadi belajar, kalau mau punya keteguhan hati, semuanya itu bisa dilalui dengan baik, tapi faktor utama yang juga penting adalah, dukungan dari SUAMI! Yes, dari suami. Apapun yang orang bilang, yang mengecilkan hati kita, asal suami selalu berada di sisi kita dan mendukung kita, rasanya kayak dapet tambahan support 1 juta orang!

Saya harus bersyukur punya suami yang kebo tidurnya, karena dia tidak pernah sekalipun mengeluh atas keberisikan aktifitas saya memompa ASI di sebelah dia saat subuh dan pagi hari. Saya bersyukur juga punya suami yang seneng sama anak kecil, walaupun seringkali dia sudah mau teler kecapekan pas pulang kantor, tapi kalau Abby masih bangun, pasti dia sempetin main. 

Bonus lagi, kami punya seorang anak yang mukanya seneng terus! She's a very happy baby! Sekarang di usia 11 bulan, hobinya lagi loncat-loncat gak karuan di crib, dan kayaknya gak sabar banget buat jalan sendiri. Being parents is tough, but it is rewarding. Having her in our life, have been the greatest joy so far. 

3. Saya pindah profesi!

Yang ini juga temen-temen juga pasti sudah tau, saya ganti profesi jadi guru. Terus terang, saya sempat stress saat awal-awal saya memulai pekerjaan ini. Seperti saya pernah cerita, memang ada faktor idealisme sebagai pendidik yang membuat saya justru kebanyakan merenung dan bertanya-tanya. Yang ada, saya sering banget nangis, sedih, gak bisa tidur, pokoknya segala hal berkecamuk di dalam otak saya. 

Saat saya mengalami yang namanya kegalauan super itu, saya sering banget gangguin suami saya yang lagi tidur pules tengah malem. Saya towel-towel, dan seringkali saya nangis sendiri sambil dia pelukin. Kedengeran lebay? IYA! GPP BIARIN hahahaha! Dalam kenyataannya, saya gak pernah kena baby blues, tapi kena teacher blues. Untungnya masa-masa itu pelan-pelan berlalu, dan saya menyadari, kuncinya adalah, saya cukup fokus di hal-hal yang memang menjadi tanggung jawab saya secara scope kecil dulu. Nanti setelah itu, baru kita menguasai dunia! *halah* Dan sekarang, lumayan saya sudah bisa tidur pulas dengan kadar stress berkurang (kecuali kalau nggak sengaja minum kopi atau teh kebanyakan, gak bisa tidur juga, haha). Thanks Pak Suami, you can get your sleep time back!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Last but not least, hal yang lumayan PENTING, yang saya rasakan di tahun kedua ini, yang merupakan perkembangan dari tahun pertama adalah: SAYA BISA TIDUR PULES WALAUPUN SUAMI SAYA NGOROK! Tralalalalala.... Hahahaha. Adaptasi akhirnya membuat kuping saya tebel dan ngorok suami berubah menjadi nyanyian merdu (gak deh, bohong, tetep aja ngga enak).

Terus, tahun ini rayainnya ngapain dong? Tahun ini bener-bener nggak ada perayaan. Kami lagi pada sakit semuanya! Udah gitu suami lagi lembur karena kantor pindah lantai, istri lagi gempor karena anak-anak mau ujian semester. Yang jelas, ketidakromantisan kali ini bukannya karena gak usaha kok! Hahaha. *melirik suami yang untungnya sudah lumayan menebus ketidak romantisannya pas Valentine tahun lalu di hari ultah saya*

Kesimpulannya, di tahun kedua ini, jauh lebih menantang dibandingkan tahun pertama, karena ada Abby. Kehadiran Abby di tengah-tengah keluarga, membuat kita makin memikirkan prioritas hidup, membuat kita bekerja lebih keras, dan membuat kita melakukan pilihan-pilihan yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Puji Syukur pada Tuhan atas 2 tahun yang luar biasa ini, Puji Syukur karena begitu banyak orang yang mencintai kami dan memberikan support yang besar. Tidak sabar untuk menantikan tahun-tahun selanjutnya yang makin seru dan penuh cerita indah. Doakan kami terus ya!

19 November 2011 - Katedral Jakarta
PS: Our wedding day Part 1 and Part 2



Motherhood Saga: Barang-Barang Esensial Mama dan Abby Bag. 2

$
0
0
Sekarang kita lanjut ke bagian kedua. Buat yang mau lihat bagian pertamanya, silakan klik di sini. 

Nah, barang-barang di bawah ini, sebenernya seringkali di salah kaprahkan orang sebagai kebutuhan utama, lantaran kalau ke toko bayi, barang-barang ini yang suka di deretan paling depan. Padahallll... yang di bagian satu itu yang jauh lebih penting.

Berhubung emak-emak jaman sekarang yang tinggal di Jakarta ini hobinya ngemol, jadi marilah kita menuju ke alat transportasi bayi.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

1. Car Seat

Masih ingat cerita saya soal pencarian car seat? Kalau lupa, silakan diintip lagi. Terus terang cerita itu bikin saya bengong, ngakak, dan nggak habis pikir hihihi. Nah, waktu di situ, saya belum nulis kan ya, akhirnya saya beli car seat apa? Jawabannya adalah: Combi Coccoro!

Abby punya persis warna ini :). Katanya kalau sekarang ada yang model baru ya?
Tadinya, saya mau beli yang bisa bolak balik. Sama-sama merek Combi, kalau nggak salah harganya sekitar IDR 5.8 juta, tapi gak ada barangnya! *makanya klik postingan lama tadi untuk tau kenapa nggak ada barangnya*. Pilihan akhirnya jatuh ke si Coccoro ini, yang ternyata harganya cuma 2 jutaan saja! *lupa blakangnya brapa*. Dan jujur saja, saya puas banget pakai ini, karena.... 

1. Enteng! Kan Abby gak selalu naik mobil saya, kadang-kadang naik mobil bapaknya, kadang-kadang juga naik mobil om-nya. Masak mau beli car seat berbiji-biji? Jadilah car seat ini pindah dari mobil satu ke mobil lain kalau memang dibutuhkan. Dan karena enteng, enak bawanya :). Pake 1 tangan juga bisa loh!

2. Gampang masangnya! Karena suka pindah-pindah itu, enak banget punya car seat yang tinggal ditemplok dan disilang safety beltnya. Juara banget deh soal pemasangannya itu.

3. Ukurannya! Combi Coccoro ini bisa mulai dari new born, dan sampai nanti anaknya beratnya 15 kg. Bayangin kalau misalnya beli yang new born sampai satu tahun, nanti beli lagi yang satu tahun sampai tiga tahun. Boros deh malah jadi beli dua kali. Selain itu, ukurannya sendiri tidak terlalu besar, sehingga tidak terlalu memakan tempat di mobil saya yang sekelas city-car alias imut-imut.

2. Stroller

Tadinya, saya punya keinginan beli stroller besar ala negara-negara Barat, dan sudah ngincer banget Quinny Moodd. Pokoknya naksir berat lah, mana warnanya cakep-cakep gitu. Sampai akhirnya, saya denger masukan dari orang-orang yang sudah pernah makai Quinny, katanya gede banget, berat, dan nggak sesuai sama suasana di Indonesia. Suasana apa maksudnya? Ayo ngaku, kita tuh pake stroller tuh kapan sih? Jawaban paling umum adalah: Saat Ke mall! Jarang banget orang Indonesia bawa stroller buat ke pasar atau jalan di luar rumah. Sayang bo! Soalnya jalanannya acakadul aspalnya brantakan, trotoarnya bompel-bompel. Pokoknya nggak banget deh ah. Beda banget sama di luar negeri, yang orang dorong-dorong stroller kemana-mana, bahkan jogging sambil dorong stroller. 

Terus kalau ke mal, pakai stroller gede-gede, kalau naik turun lantai gimana? Pake lift kan? Udah pernah liat lift-nya mall di Jakarta? Ya ampyun kecilnya! Dan ngantrinya saingan sama ngantri sembako. Terus, diakalin naik eskalator aja? NO NO NO! Bahaya bangetttt!! Kalau rodanya nyangkut, strollernya bisa kebalik dan anak kita kelempar! Jangan nekad ya. Makanya begitu nemu stroller yang satu ini, saya langsung hajar. Udah pada tau dong the most popular stroller of the year? Aprica Karoon! Alasannya:

Ini persis Abby punya, yang polkadot :). Sengaja biar kalo adeknya laki, masih bisa dipake haha. Ngirit donk!

1. Enteng! Beratnya cuma 3.6 kg! Lebih enteng dari sekantong beras, Bu! Terus karena enteng, keluar masukin dari bagasi mobilnya gampang banget. Kalau mau naik eskalator dan gendong anak, gak berat angkat strollernya.

2. Ukurannya! Lagi-lagi, walaupun strollernya ringan, bisa dipakai sampai anak kita beratnya 15 kg.

3. Cara lipatnya! Bener-bener tinggal one click away, dan simpel banget. Satu step saja! 

Kontranya: Suka lupa kalau enteng! Biasanya emak-emak kan suka nyantolin kantong belanjaan tuh di pegangan stroller. Kalau sama Aprica Karoon jangan ya! Tar yang ada pas anaknya diangkat, seluruh belanjaan bakalan ngejeblak semua saking entengnya tuh stroller hihihi. *lagian kayaknya cuma orang Indonesia doang yang hobi banget nyantolin segambreng belanjaan di pegangan stroller. Apalagi kalo lagi jalan-jalan di singaparna, stroller itu jadi kereta belanja haha*

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Oh iya, sebenernya saya sempat beli gendonganAprica Fitta. Bagus sih, cuma ujung-ujungnya nggak sering dipakai karena Abby saya biasakan untuk tidak minta gendong. Jadinya dia betah banget duduk di stroller dan di car seat. Kalau tidur juga gitu, ditaruh di crib, paling dia loncat-loncat, terus nggak lama tidur sendiri. Jadi saya nggak bisa review gendongannya ya, soalnya beneran gak terlalu sering dipakai. Jadi bapak ibu, sebenernya, nggak usah beli terlalu banyak ya untuk alat transport. Kayak tas bayi, gak usah pakai yang fancy-fancy, karena ujung-ujungnya bakalan sering kotor juga dan malah lebih enak pakai yang parasut biasa atau ransel, yang bisa dicuci. 

Semoga walapun sedikit, reviewnya bisa membantu ya.  Intinya adalah, semua barang-barang yang saya tulis, worth the money spent. Nanti kalau ada kepikiran lagi barang-barangnya, bakalan saya tulis juga. Atau silakan tanya juga di comment soal barang-barang saya yang lain, nanti akan saya jelaskan dengan senang hati. 

Sponsored Video: Gondappa ~ Lifebuoy

$
0
0
Sebelum kita makan, Dik
Cuci tanganmu dulu
Menjaga kebersihan, Dik
Untuk kesehatanmu.

Banyak-Banyak makan, jangan ada sisa 
Makan jangan bersuara, ayo makan bersama.

Masih ingat penggalan lirik lagu di atas? Sekarang, ayo kita nonton video ini, untuk mengingatkan kita betapa pentingnya cuci tangan sebelum makan.



Terharu nggak? Bayangin si Gondappa, bisa ngerayain ulang tahun ke-5 anaknya aja, senengnya minta ampun lantaran anak-anak dia sebelumnya meninggal semua sebelum usia lima! Huks. Bagi mereka, bisa mencapai usia lima adalah sebuah prestasi yang luar biasa. Bener yang orang tua bilang, kalau demi anak, "kaki buat kepala, kepala buat kaki." Literally loh di video tersebut! Hahaha.

Kalau kita lihat video tadi, memang benar, bukan hanya soal cuci tangan yang menjadi isu utama, melainkan hidup bersih secara keseluruhan. Tetapi melihat bagaimana kuman masuk ke dalam diri kita dan diare menjadi salah satu penyebab utama kematian anak, berarti kita harus menjaga kebersihan makanan kita, dan juga kebersihan tangan kita. Betapa hal kecil seperti mencuci tangan dengan sabun, mampu mempertahankan hidup seseorang! 

Kalau saya dengar kata Lifebuoy, saya pasti ingat sabun antiseptik, dan saya tau banget, betapa Lifebuoy gencar sekali mengkampanyekan cuci tangan sebelum makan sejak tahunan yang lalu, dan juga mandi yang bersih dengan sabun. Kampanye yang sama seperti video di atas, sebenarnya juga sudah mulai terlaksana di Indonesia. Kalau di India tadi sasarannya adalah di Thesgora, di Indonesia sasarannya adalah desa Bitobe di NTT, di mana angka kematian anak tinggi, sebagian besar disebabkan oleh diare. Mungkin sudah pada lihat ya iklan yang dibintangi oleh Pandji Pragiwaksono yang temanya "5 Tahun Bisa untuk NTT".

Sayangnya, beberapa waktu lalu, saya membaca artikel di salah satu surat kabar di Indonesia, yang isinya adalah (perwakilan) masyarakat NTT protes keras karena iklan tersebut dianggap melecehkan warga NTT, dan mengeksploitasi warga NTT. Saya sendiri terus terang kaget dengan protes tersebut, karena menurut saya, walaupun ini adalah bentuk Corporate Social Responsibility dari Lifebuoy, setidaknya ini merupakan bentuk kepedulian dibandingkan dengan eksploitasi. Dalam kenyataannya, memang kehidupan di beberapa kampung di Indonesia sungguhlah memprihatinkan, dan mungkin ini merupakan sedikit "tamparan" untuk beberapa pihak *terutama pemerintah* untuk lebih memperhatikan warganya sebelum ada pihak luar yang justru lebih memperhatikan. Saya tau banget bagaimana masyarakat NTT ini justru banyak mendapatkan bantuan dari pihak-pihak lain di luar pemerintah termasuk pihak asing dan banyak institusi. Lifebuoy ini hanyalah salah satu pihak yang turut berpartisipasi.

Dibalik berbagai kontroversi yang diciptakan oleh kampanye ini, inti yang harus diambil adalah, bahwa mencuci tangan harus menjadi suatu kebiasaan, Lifebuoy membantu kita mengingatkan mengenai pentingnya hal tersebut. Jangan sampai ada desa-desa lain yang juga mengalami nasib yang sama. Marilah kita mencuci tangan, untuk Indonesia dan generasi mendatang yang lebih sehat.

Postingan ini disponsori oleh Lifebuoy.

Tutorial Sok Kreatif - Dekorasi Kelas

$
0
0
Ini sih sebenernya postingan super duper telat banget dah! Acaranya sendiri sudah berlangsung di bulan Oktober dalam menyambut English Festival di sekolah. Tapi berhubung hari ini saya lagi tewas di rumah, dan tidur melulu gara-gara minum obat herbal dan nenggak Panadol, sekarang malah jadi agak semangat buat berbagi cerita. Apalagi pas Jeng Meta kemarin nanya ide buat dekorasi kelas, jadinya saya pikir, eh kali aja berguna yak buat di share ke temen-temen.

Saat itu di seluruh kelas secondary diumumkan, kalau bakalan ada lomba dekorasi kelas yang temanya harus sesuai dengan buku literatur! Wadoh! Saya sendiri berhubung tidak terlalu akrab dengan literatur bahasa Inggris, memberikan kebebasan ke murid yang saya walikan di kelas 7 untuk memilih sendiri tema tersebut. Jadi dengan brainstorming selama 5 menit (beneran 5 menit, kagak boong), akhirnya terpilihlah tema "ALICE IN WONDERLAND"! Idenya murni dari anak-anak, dan (kampretnya) modalnya juga dari anak-anak, alias nggak disponsorin oleh sekolah. Jadi kita harus putar otak, gimana caranya supaya kita bisa mendapatkan hasil yang memuaskan dengan biaya yang semurah-murahnya, tapi temanya dapet.

Murid-murid saya tadinya hampir putus asa karena menurut mereka, sulit dengan modal seadanya, mereka bisa membuat karya yang bagus. Apalagi mereka melihat kakak-kakak kelasnya lumayan keluar modal banyak, bahkan (gossipnya) ada yang sampai keluar di atas 1 juta rupiah untuk membeli properti. Sementara di kelas kami, saya tidak mau anak-anak sampai membebankan orang tua mereka untuk mengeluarkan uang banyak, jadi kami berusaha memakai uang kas yang kami miliki yang jumlahnya 300 ribuan saja, ditambah dengan sumbangan dari beberapa anak. Dan ternyata dengan modal sederhana.... kami bisa menghasilkan seperti ini loh!

Pintu kelas yang dilapis karton sewarna dinding kelas, rumput dari kertas krep, cetakan judul dan hiasan kartu (serta kelinci yang lagi nyelip)

Balon-balon, jamur dari karton, rumput dari kertas krep, dan lantai hitam putih yang kami buat dari karton hitam

Print besar Alice in Wonderland, lengkap dengan kartu-kartu tersebar di kelas
Prinsip "do it yourself" tanpa buang uang untuk membeli kostum ini juga saya terapkan ke anak-anak. Kalau seandainya mereka harus beli, belilah properti yang mendukung saja, tidak perlu beli kostum khusus. Walaupun sederhana, saya bangga sama kreatifitas mereka. Kelas kita ini satu-satunya kelas yang seluruh muridnya memakai kostum bertemakan Alice in Wonderland, sementara kelas lain, anak-anaknya bebas pakai kostum apapun. Lumayan kan?

Murid-murid saya sedang story-telling. 
Ada Card Soldiers (yang bajunya dibikin dari papan fiber), ada Jabberwocky (yang sayapnya dibikin dari kardus hitam), ada Catshire Cat (yang pakai bando dan bajunya dilapis pita-pita ungu), ada Rabbit (yang bikin bando sendiri dari kawat), ada Knave of Hearts (yang bikin steel jacket dari kertas perak yang dipotong-potong dan tempel2), ada Red Queen (yang bikin mahkota dari kertas kilap), ada Mathatter (yang bikin tongkat dari gagang sapu), ada Alice (yang demi sepatu biru, melapisi kakinya pakai double tape dan ngelibetin pita biru), dan ada White Queen (satu-satunya yang beli wig untuk mendukung penampilan). Saya sendiri lebih menghargai yang seperti ini, dibandingkan dengan penampilan keren tapi tinggal beli kostum jadi.

Lalu, gurunya pake baju apaan dong? Tadinya, para guru diencourage untuk beli kostum karakter literatur, dan sudah dikasih tau toko untuk beli kostumnya. Harganya di kisaran 300-400 ribu. Rata-rata guru males juga sih beli kostum, dan akhirnya pada pakai yang ada di rumah, kebanyakan jadi tokoh Indonesia (misalnya Bang Jampang, atau Nyai Dasima, atau apa saja deh yang pakai kebaya dan sarung, atau pakai jas hahahaha). Tapi berhubung saya ingin sekali turut mensupport kelas saya, saya juga mau bikin kostum dong! Kan gurunya harus jadi teladan untuk kreatifitas hihi (gaya lo! sok jadi teladan). Akhirnya saya memutuskan untuk jadi Humpty Dumpty.

Dalam karya sastra aslinya, Humpty Dumpty ini duduk di atas dinding bata. Dialah yang memberikan teka-teki dalam bentuk puisi yang judulnya "Jabberwocky". Nah, karena terlalu suram, tokoh ini dihilangkan dari versi film Disneynya. Tapi kan ini English Literature week toh? Bukan Disney week? Dan ide buat jadi Humpty Dumpty ini benernya dateng dari Meta pas lagi ngobrol di WA. Tapi pelaksanaannya gimana? Karena saya (sok) kreatif, inilah langkah-langkah pembuatan kostum Humpty Dumpty ala Leony.

Saya beli 2 fiber board warna merah, dan 1 fiber board warna putih. Yang merah itu saya kasih spidol permanen warna hitam dan dibentuk seperti bata, lalu yang putih itu saya bagi dua lalu bentuk seperti telur.

Untuk si telur, saya warnai dengan spidol permanen. Modalnya cuma tiga warna. Hitam, merah dan biru. Lalu saya ambil lengging punya Abby untuk kakinya si Humpty.

Leggingnya diisi dengan kertas koran, lalu saya kasih sepatu kets Abby. 

Saya juga membuat topi, lagi-lagi cuma modal sisa potongan fiber dan spidol permanen. Dan saya juga warnai bagian blakang si Humpty.
Jadi bagaimana hasilnyaaaaa?

Ini lohhhh...kostum saya! hahahaha... Ini pas saya test drive aja sih, yang motoin si ipar yang kebetulan lagi mampir ke rumah. Besoknya saya pakai baju hitam-hitam. 
Modalnya itu, nggak sampai 70 ribu loh! Udah gitu, spidolnya masih bisa dipakai lagi. Dan tali hitamnya itu juga masih sisa banyak banget.

Nah, jadi saat lomba itu.... kan diadu antara tujuh kelas ya. Ternyata, dengan modal minimalis, kelas saya dapet juara 3! Dan jujur saja, dengan modal segitu, mestinya bisa kali dapet juara 1 hahahaha... *ini kan kata wali kelasnya, yang pastilah subjektif wahahahah* Anak-anak tadinya malah ngerasa mereka  memang deserve jadi juara 1, karena yang juara 1-nya memang sudah nyolong start dari awal semester, dan juara 2-nya modalnya besar banget. Tapi mereka cukup senang karena mereka yang tadinya sudah putus asa, ternyata masih bisa membawa hasil yang memuaskan. Menang itu memang penting, tapi bukan segalanya. Proses ini membuat kelas kita semakin kompak, dan saya bisa melihat semangat kebersamaan anak-anak di dalamnya.

Oke, demikianlah tutorial sok kreatif dari bu guru abal-abal di tahun pertamanya mengajar. Semoga berguna!

PS: berhubung ada yang nanya kenapa kaki Bu Guru keliatan kayak abis digigit drakula gitu, nih jawabannya. Itu karena pas lagi ngajar di kelas 12, kaki Bu Guru digigit beberapa ekor semut api yang bersarang di tembok, sampai kakinya bengkak, dan akhirnya meletus berair huks. Tragedi di awal tahun pelajaran, tapi bekasnya nggak hilang-hilang.

Refleksi Setahun Menjadi Ibu

$
0
0
It's been a year! Yes, my baby is one now. Soal ulang tahun Abby, biarlah nanti saya posting sendiri yah. Saat ini saya mau cerita soal diri saya sendiri dulu. Bagaimana rasanya selama setahun ini menjadi seorang ibu.

Seneng gak? Seneng dong. Ada tapinya gak? BANYAK! Kalau jadi seorang ibu isinya cuma seneng doang, pasti semua orang berebutan kepingin jadi ibu. Tetapi saya tau kok, di luar sana, banyak juga orang yang nggak kepingin jadi seorang ibu. Bukan karena nggak bisa, tapi karena nggak mau aja. Contoh terkenal adalah, si Carrie Bradshaw di Sex and The City yang menyatakan sama pasangannya kalau dia memilih untuk tidak punya anak. It's totally personal choice. Yang suka nonton acaranya Rachel Zoe, ada episode saat suaminya terus bertanya kapan dia siap punya anak, sementara mereka sudah bertahun-tahun menikah, tapi Rachel masih merasa karir dia lebih penting. Saya bisa melihat ketidaksiapan dia. Hey, in the end, as you (might) know, they're having two kids! Setelah menaklukan ketakutannya, ternyata di usia 40-an, Rachel adalah seorang ibu yang super. Seperti yang pernah saya utarakan sebelumnya, saat saya memilih untuk menikah, (terutama dalam agama yang saya anut) itu tandanya saya siap untuk menjadi seorang ibu. Or else, I will not get married. Period!

Setelah saya melahirkan Abby, perjuangan awal dimulai. ASI saya yang keluarnya setetes demi setetes itu, tekanan dari orang-orang yang merasa kalau Abby kurang gemuk, membuat keyakinan saya sempat goyah untuk memberikan dia ASI exclusive. Tapi mungkin saya ini bintang Leo yang keras kepala, makin saya ditekan, makin saya berusaha keras dan rela menyusui sejam sekali supaya Abby dapat asupan yang cukup. Yes, bukan dua jam atau tiga jam sekali, tetapi satu jam sekali. Saya hampir tidak punya waktu untuk diri saya sendiri. Belum lagi, saya harus makan gila-gilaan supaya ASI saya cukup. Selamat tinggal impian punya badan kembali singset setelah melahirkan seperti yang orang-orang bilang. Soal merawat diri jadi nomer sekian, sampai saat ini pun, saya belum potong rambut lagi! Tapi hey, Abby lulus ASIX, dan sampai saat ini, dia masih ASIX. Siapa sangka?

Kalau sudah niat habis mau ngasih ASI terus, kalau kondisi pas-pasan kayak saya, sudah pasti yang namanya kebebasan untuk jalan-jalan itu jadi hal yang spesial banget. Mau pergi aja mikirin dulu, apakah stok susunya cukup atau ngga, di mana saya bisa nyusuin, di mana saya bisa mompa, dan banyak lagi pertanyaan lainnya. Bukannya saya mau menyiksa diri, tapi ujung-ujungnya prioritas itu harus dijaga betul-betul. Seringkali saya kangen kehidupan di masa Abby belum lahir, dan menurut saya pribadi, ini MANUSIAWI banget. Jaman dulu, kalau mau nonton ke bioskop bisa spontan, mau makan di kaki lima ya hayuk. Bahkan mau traveling ke luar negeri pun bisa spontan dilakukan. Sekarang?? Kalau mau cari jalan gampang ya bisa titip sana titip sini. Tapi kok ujung-ujungnya nggak tega ninggalin. 

Pas awal liburan kemarin, tadinya kita rencana mau ke Bali. Tapi ngebayangin bawaannya aja, udah bikin keder. Apalagi si Abby ini ternyata gak doyan makanan instant. Kita udah pernah coba kasih, dan dimuntahin dengan sukses. Yang dia suka itu adalah makanan sehari-hari dia yang isinya bubur sayur n daging. Akhirnya kita ke Bandung aja deh, cukup 2 malam, dan semua makanan dia dibekukan dan dititip di kulkas hotel, serta diangetin setiap kali dia mau makan. Pas kita berangkat itu, bawaannya Abby ada kali sekoper 25 inch, sementara bawaan emaknya nyempil dikit di antara bawaan dia. Beda banget sama saya yang jaman dulu, yang mau pergi jauh aja, packing cukup sehari sebelumnya, nggak mikirin apa-apaan yang penting ada cukup uang saku buat makan. Lah kalau ada anak gini, ada uangpun kalau di perjalanan dia gak bisa makan yang dijual umum ya sama juga boong. 

Tapi, ditengah kerempongan itu, ternyata perjalanan kita sangat menyenangkan. Sungguh merasa perjuangan saya tidak sia-sia: melihat Abby yang tidak rewel sepanjang perjalanan, karena dari kecil dia sudah dibiasakan duduk di car seat; melihat Abby yang tidur nyenyak di baby cot hotel karena dsudah dibiasakan tidur sendiri; melihat Abby yang tidak harus selalu digendong karena dibiasakan duduk di stroller. Anaknya pun selalu ketawa dan senyum, sehingga semua orang yang melihat dia ikut merasakan kesenangan yang dia rasakan. Bahagia saat travel itu bukan lagi shopping atau makan enak lagi, tetapi melihat anak kita senang dan menikmati sepanjang perjalanan. Itulah kadar kesuksesan jalan-jalannya.

Melihat Abby sekarang, kok kayaknya saya hampir lupa loh, bagaimana rasanya awal-awal mengurus dia. Saya hampir lupa capek dan telernya di awal-awal lahirnya, dan gara-gara nulis ini saya malah jadi mengingat-ngingat lagi peristiwa "melelahkan" setahun kemarin. Mungkin harus saya tulis sebagai pengingat. Saya hampir lupa saat itu payudara saya sempet sakit dan kata dokter kena mastitis, sampai setiap hari harus kompres rivanol. Saya masih ingat kata dokter saat itu, kalau sampai parah, harus disuntik atau dioperasi, dan artinya saya harus stop menyusui. Tapi tiap hari saya berdoa, semoga dengan kompres rivanol saja, semuanya beres, dan puji Tuhan, semua beres sampai sekarang. Dua kali Abby saya sempat bawa ke UGD, pertama karena muntah-muntah sembelit pisang di usia 6 bulan, dan kedua  muntah-muntah rupanya karena mau tumbuh gigi. Saya jadi tau, bagaimana perasaan ibu saya di saat saya sakit berat, kayaknya memang lebih sedih ibunya dibandingkan dengan yang sakit.

Kalau yang menyenangkan dan lucunya, justru saya lebih banyak ingat. Malam tahun baru 2013, Abby dengan sukses pup besar banyaaakkk banget, sampai mengotori satu badannya. Bukannya kita panik, kita malah ngakak gila-gilaan karena satu badan pup semua. Masih inget juga wajah bengongnya saat pertama kali kita taruh dia di bouncer yang bergetar-getar, lalu kemampuan motorik dia yang semakin meningkat mulai dari bicara, mengingat, sampai sekarang dia mulai belajar berjalan. Kalau saya atau papanya pulang, dia bisa berjingkrakan senang dan melompat-lompat sambil ketawa-ketawa. Sekarang kalau ditanya Abby mana, dia pasti sudah bisa menunjuk dirinya sendiri. Lalu kalau diminta sayang mama, dia akan mengelus pipi saya. Ahhh.... senengnya minta ampun!

Syukur luar biasa pada Tuhan, telah dikasih kesempatan, telah dipercaya untuk menjadi seorang ibu. Ini tugas yang sangat tidak gampang. Ini baru satu tahun, masih ada lagi tahun-tahun selanjutnya, dan peran seorang ibu tidak akan pernah berakhir. Tapi saya tahu, kalau saya akan selalu dikuatkan oleh Tuhan, karena dengan Dia memberikan anak ke saya, itu tandanya saya mampu, dan pasti Tuhan kasih yang terbaik, asal kita mengusahakannya.

Special thanks to the people that have helped me a lot through the first year successfully: my husband, my mom, my in laws, and last but not least, my nanny! *cup cup mwah*

"Parenting is not for sissies. You have to sacrifice and grow up."
~Jillian Michaels
Manyun dulu hahaha....
Sebelum lupa, untuk yang merayakan Natal, Selamat Hari Natal! Damai di bumi, damai di hati.

Abby Tamasya Ke Bandung

$
0
0
Selamat Tahun Baru 2014!!

Untuk awal tahun ini, marilah kita buka dengan postingan penuh foto, supaya hawa-hawanya jadi pada ceria. Sebenernya saya ini emak-emak yang telat banget bawa anak ke luar kota. Bayangin, saat temen-temen sudah bawa anak-anaknya jalan-jalan jauh bahkan ke Eropa segala, saya baru aja mau bawa dia nginep ke Bandung! Ya beneran itu Abby nginep pertama kali (selain di rumah sakit abis lahiran) ya ke Bandung itu! Reputasi saya sebagai seorang yang demen jalan-jalan buyar sudah sejak ada anak. Cucian deh lu, Le!

Sebelumnya, saya udah niat mau bawa Abby ke Bali. Tapi akhirnya kagak jadi, lantaran perubahan rencana soal perayaan ultah dia (maklumi ibu-ibu ababil nan galau ini). Ditambah lagi, dapat info dari temen-temen bapaknya Abby yang markasnya di Bali sono, katanya Bali itu kurang nyaman untuk liburan kalau masa-masa high season gini karena kemane-mane macet adanya, diakibatkan oleh turis-turis yang segambreng plus anak-anak sekolahan yang melakukan karyawisata pake bus berendeng parkir di Kuta --> Panjang bener nih kalimat.

Eh ternyata walaupun gak janjian, kok bisa-bisaan ke Bandung jadualnya barengan sama Meta, terus booking hotel yang sama pula! Naluri emak-emak anti macet kayaknya haha. Hal lain lagi yang bikin saya agak nimbang-nimbang soal short trip ini adalah, si Abby yang nggak bisa sama sekali makan-makanan instant. Jadi kalau saya mesti masak pas sampai tujuan liburan, apa kata dunia? Kapan liburannya dong? Mendingan pergi yang deket dulu deh buat 'test the water', itupun dengan membawa kantongan-kantongan makanan Abby yang sudah dibekukan, pompa asi, dan segunung peralatan lainnya termasuk ban renang. Sebelum berangkat, sudah pesan sama pihak hotel supaya kulkas minibar dikosongkan dulu. Let's do it! BEWARE OF LONG POST!

Minggu, 15 Desember 2013

Trip 3 hari 2 malam ini berlangsung tanggal 15-17 Desember 2013. Kita berangkat Minggu dan pulang Selasa dengan pertimbangan jalanan pasti lebih lancar, dan di Bandungnya sendiri lalu lintasnya tidak akan begitu parah. Ternyata bener loh! Perginya dari Jakbar pukul 8.15 pagi, sampai ke tengah kota Bandung nggak sampai 2.5 jam! Hebring bener! Akibatnya kami jadi kepagian, mau check-in hotel pun pasti belum siap karena kami bilang mau check in pukul 2-an sehabis makan siang. Terus makan siang di mana? Pilih yang deket hotel aja deh di Paskal Hyper Square. Nyampe sono, kedai-kedai belum banyak yang buka cuy! Gak apa-apa dah, asal tukang bola obi buka (cetek bener, demi bola obi). Kita makan cepet aja, nasi bakar, sekedar buat isi perut (Ngakunya sekedar isi perut, tapi pas mau pulang laper mata, beli lagi semangkok Soto Madura). Dan namanya bawa bayi itu, ada aje gitu... dengan santainya si Abby nampol piring kecil isi sambel yang bikin tangannya ketumpahan dan strollernya kotor dikit. Hahahaha... Mau marah gak bisa. Mukanya kelewat innocent.

Nasi Bakar yang rasanya sih benernya biasa aja, tapi lumayan buat ngisi perut lapar di cuaca adem.

Cakwe yang warnanya bersih banget, rasanya pun sebersih warnanya, kurang jorok dan nendang kayak di pinggir jalan.

Bola obi tujuan utama. Yang lain ngga ada juga gak apa-apa deh asal ada bola obi. 

Kami menginap dua malam di Hilton Bandung, karena tujuan kami ke Bandung buat santai-santai, tapi kami juga pengen gampang cari makan. Sebelumnya kami sempat consider Hotel Padma yang terkenal dengan pemandangannya. Kami prefer Hilton Bandung dibandingkan dengan Hotel Padma, karena Hilton Bandung ini dari dulu terkenal family friendly dan kamarnya lebih luas. Pas kami nyampe hotel baru jam 12 siang, dan kamar masih diberesin. Kamar kami diupgrade dua level menjadi tipe Executive Plus di lantai 11 dengan access ke executive lounge. Jadi lumayan saat nunggu kami bisa duduk2 manis di situ sambil ngeteh atau ngejuice. Info sedikit, buat bapak ibu yang mau nginap di hotel di Indonesia, walaupun group international sekaligus, mendingan telepon langsung saja ke hotelnya untuk mendapatkan best rate, jangan book via websitenya. Saya yang kebiasaan booking via website hotelnya jadi rada kecele. Untungnya pihak Hilton Bandung mengkompensasinya dengan baik (walaupun prosesnya ribet, dengan melibatkan Hilton pusat segala, dan lumayan gemesin buat saya yang males sama birokrasi).

Sambil nunggu, mari kita foto2 alay dulu. *pas ABG gak kesampean*

Lihat siapa yang mukanya seneng!

Kamarnya luas, 52m2, dengan kamar mandi transparan. Cocok deh buat yang lagi honeymoon. 

Kamar mandi transparan ini bikin si Sus sempet bingung, apakah nanti dia bakalan mandi sambil ditontonin sama saya hahahaha. Yang bener aje ente, Sus. Bisa ditutup kali ada blind-nya getuh!

Mama dan anak sama-sama main HP -_- Abby seneng banget di sini bisa gegulingan dengan puaaassshhhh. 

Hmmmppphhh... Mamaku kenapa meluknya kenceng bener sih!
Untuk makan malam hari pertama, kami pergi ke Tizi. Saya nggak tau apakah orang Jakarta familiar dengan resto ini. Tizi ini kalau di Jakarta ibaratnya Gandy Steak House. Restaurant ini lumayan tua dari tahun 70-an, berlokasi di daerah Dago, yang terkenal dengan hidangan Western dan suasana romantisnya. Romantis karena lokasinya di pojok, hijau-hijau karena tengahnya ada taman (dan nyamuk). Eh iya, bakerynya juga terkenal loh. Kami juga sempet bawa pulang roti isi lidah sapinya, dan beberapa roti lain. Harga rotinya berkisar 15 ribuan/pc. Buat orang Bandung, restaurant ini dulu terkenal mahal dan elit, buat kencannya anak-anak kampus yang ada duit haha. Padahal menurut standard sekarang, harganya terjangkau loh, masih di bawah IDR 100-ribu seporsi.

Suasana remeng-remeng di Tizi, ditambah cuaca adem, pas banget buat yang pacaran....

Goulash, cocok dimakan pas cuaca dingin dan hujan rintik-rintik kayak malam itu. 

T-Bone Steak yang saosnya seabrek, ciri khas steak house Indonesia banget deh ah. 

Christmas Chicken, menunya si Suster yang keluarnya Spesial cuma tiap menjelang Natal

Menu Special dari Tizi, Shaslik (1 mixed and 1 beef only). Enak!
Soal rasa, lumayan enak, ciri khas steakhouse jaman dulu yang semuanya mateng alias well-done aja gitu, dengan saus BBQ yang banyak. Tapi saya nggak keberatan, karena ya memang itu ciri khasnya. Kelemahannya Tizi ini, servicenya slowwww.... zzzz... Habis kita makan yang di atas itu, kita nambah lagi menu Bratwurst, tapi keluarnya lama banget. Tapi berhubung Bratwustnya endang bambang, jadi kita lupakan sedikit kedongkolan kita. Kelemahan yang kedua adalah...tidak ada area non-smoking sama sekali. Untung pas saya dateng masih pukul 6 sore jadi masih belum ramai. Tapi pas mulai malam, kita sampai galau pindah-pindah tempat duduk lantaran sana sini ngepul. Nah, saya sih nggak tau ini bener atau ngga, tapi kata sodara saya yang kuliah di Bandung, orang Bandung itu ngga tahan kalau liat resto yang adem-adem kebuka dikit pasti ngepulnya membahana. Jadi beware buat yang bawa anak-anak bayi. Kelemahan yang ketiga, lantaran tamannya gede, jangan heran kalau mendadak ada tikus gede lewat hwahahahaha...

Senin, 16 Desember 2013

Habis sarapan pagi di bawah, nggak sabar banget buat segera turun ke kolam. Apalagi matahari pagi itu lagi keluar dengan indahnya.

Pemandangan kolam dari kamar kita.

Berkat lensa zoom, kita jadi liat ada emak-emak pake daster, tapi tetep eksis di tepi kolam sambil motretin anaknya. 

Asik berendeeemmm!!

Si montok girang bener!
Pagi itu sempet ketemuan semenit sama Meta di tempat breakfast buat nganterin titipan, itupun nyempetin pas saya nemenin Abby renang. Maklum usia anak-anak yang berbeda membuat jadual kita juga berbeda. Kalau saya pagi-pagi udah bangun dan sarapan lalu renang, kalau Meta dan keluarga pagi-pagi masih leyeh-leyeh baru siangan dikit sarapan. Jadinya gak bisa klop deh. Next time kita ketemuan lagi ya Met.

Habis renang, kita lanjut berangkat buat makan siang di Kampung Daun. Kita pikir hari senin ini mestinya gak rame. Ternyata eh ternyata, mau makan aje kudu waiting list dulu setengah jam. Huks!

Ini si Suster girang bukan kepalang, soalnya suasana Kampung Daun mengingatkan dia sama pegunungan di NTT sana. Pokoknya dia bahagia banget deh. 
Santa Claus jadi-jadian naik kereta rusa jadi-jadian di air terjun jadi-jadian juga.

Dua porsi Nasi Campur buat saya dan suami

Satu Porsi Nasi Timbel Komplit buat si Suster

Karedok, wajib!
Large Poffertjes (Large kok segini doang -_-)

Lumayan lah ye fotonya serasa winter di luar negeri gitu... (maksa)
Perasaan di Kampung Daun tadi, lamaan nunggunya daripada makannya. Tapi nggak masalah, soalnya kita juga mengejar waktu untuk mampir di Gua Maria Karmel, Lembang. Lagi-lagi Suster saya seneng banget mampir di situ. Tapi ada juga yang super hepi, liat aja nih di bawah.

Girang minta ampun sampe loncat-loncat, padahal disitu tulisannya "Harap Tenang"

Seneng ya, Sayang? Ketemu sama Bunda Maria ya?

Suasana hari itu, tenang dan damai. Plus adem karena hujan rintik-rintik. Cocok banget untuk berdoa.

Pulang dari Gua Maria, ada yang langsung blek!
Bonus Photo:
Posisi kamar kita yang menghadap kolam, memungkinkan kita untuk jadi paparazzi. Di bawah ini adalah foto SeleBlog Serpong yang berhasil diabadikan pake henpon saya sore itu.

Sang Seleb lagi santai di tepi kolam sambil ngapdet status
Malamnya, kita nanya-nanya orang dan direkomendasi untuk ke The Valley. Saya sendiri walaupun udah sering denger soal The Valley, belum pernah ke sana. Ketinggalan maksimal deh saya ini. Semua pada bilang pemandangannya bagus, dan makanannya enak. Oke deh... mariii....

Sampai di sana, suasana lumayan meyakinkan, walaupun gelap banget, jadi susah buat ambil foto. Tapi terus terang, saya KECEWA BERAT (pake huruf kapital) sama kualitas makanannya. Dengan harga makanan yang mereka charge (hampir gak ada makanan di bawah IDR 100-ribu, bahkan mereka berani charge steak seharga IDR 800-ribu), kualitasnya jempol menghadap bawah banget. Misalnya: Beef tenderloin yang kering dan kebanyakan bumbu, seafood semuanya di deep-fried dan terasa sudah di deep-fried for a while sehingga kesegarannya hilang, pasta yang dingin dan cuma ditumpahkan saus, fruit salad yang isinya buah kalengan, sampai side salad yang isinya secumit sayur sangat memprihatinkan. Teh yang mereka charge seharga teh celup bermerek di kafe pun cuma teh oplosan (alias bukan teh celup atau teh baru yang di-press). Selain itu, tidak ada kefleksibelan untuk mengganti side dish. Bagi mereka, mengganti side dish (dari nasi goreng jadi mashed potato) itu udah kayak hal super besar yang sampai harus melibatkan manager segala. Ditambah lagi setelah penggantian side dish, pas makanannya datang, salah pula pesanannya. Bener-bener capek hati dan bikin mood saya drop banget malam itu. Yang saya syukuri cuma satu, saya nggak mesen steak seharga IDR 800-ribu itu. Kalau nggak sih saya bisa mencak-mencak kali. Phew... Maaf ya The Valley, you truly need to improve your dishes. Satu-satunya hal yang positive adalah, pemandangannya yang lumayan (dan air putih gratis).

Nih, satu-satunya foto lumayan dari suasana The Valley
Selasa, 17 Desember, 2013

Kembali lagi breakfast di bawah, kali ini sempet bawa kamera. Hilton ini memang hampir tidak pernah mengecewakan kalau soal breakfastnya. Di Bandung ini juga termasuk enak, dan yang penting suasananya juga nyaman. Yang lucunya, pagi-pagi di sini udah ada eskrim. Anak-anak seneng banget deh! Ice cream during breakfast, mana ada anak kecil yang nolak hahaha.

Mengembalikan mood yang drop gara-gara the Valley semalam hihihi.

Abis motret ini saya mikir... ngapain motret ya. FB gak diupdate, instagram juga gak punya, twitter  apalagi, gak punya juga. 
Hari itu cuaca tidak secerah hari sebelumnya. Jadi kita tidak bisa berenang deh. Padahal Abby tuh seneng banget kalau ketemu air. Jadinya kita ganti haluan untuk bikin kolam renang di bathub!

Biarpun di bathub yang penting asik.
Habis gitu udah deh, siap-siap pulang. Huks kok sebentar amat! Eh iya, satu plus poin gara-gara kita diupgrade di kamar yang selantai dengan executive lounge adalah, kalau mau nitip ice-pack untuk ASI jadi gampang, dan kalau mau minta tolong angetin makanannya Abby juga lumayan gampang.

Guling-gulingan terakhir di ranjang sebelum check-out. 

Wajah Innocent yang suka bikin mamanya gak tega.
Habis check-out, kita lanjut ke Cafe Bali buat makan siang cepet. Nggak ada foto-foto lantaran udah pengen sikat makanannya. So far, tiap kali ke Bandung ini resto yang sama sekali gak pernah mengecewakan! Cuma kadang heran aja pas bayar di kasir, perasaan ambilnya dikit2 doang kok bayarnya banyak sih? Bentuk boleh kayak display warteg nasi rames, tapi harganya resto. Kelar makan, lanjut ke setopan wajib Prima Rasa, plus beli Batagor Burangrang di depan pintu masuknya. Kalo udah nyoba si Burangrang, batagor2 laen yang lebih punya nama, rasanya lewat aje gitu! Bener deh!! Yang lucu, batagor Burangrang ini kan punya daftar harga ya. Di mana-mana daftar harga itu, kalau beli banyak kudunya lebih murah kan ya? Tapi di Burangrang tulisannya: 1 buah = 9rb, 10 buah = 90rb, 20 buah = 180rb, 30 buah = 270rb. Lah mana diskonnya? -_-

Kelar beli batagor, langsung capcus ke Jakarta. Eh baliknye MACET DONG pas masuk Jakartanye... Jakarta, masak kamu gak macetnya cuma kalo jam 2 pagi sih??

Dinner malem itu? Ya Batagor Burangrang dong!

Silakan Batagornyaaa... slurp!
Demikianlah cerita liburan singkat kami, yang ternyata lancar jaya! Abby senengnya minta ampun jalan-jalan. Gak ada rewel-rewel drama sepanjang perjalanan. Makannya gampang, tidurnya gampang, asik lah.

Oke, jadi setelah Paris van Java, siap dong ya ke Paris beneran? Ya kan, Pa? (sambil lirik suami habis gitu diplototin balik).

Abigail's First Birthday - The D Day

$
0
0
Eh, Penontonnnnn! *ala lenong* Masih ada yang penasaran nggak sih soal ulang tahun pertamanya si Abby? Atau ngga? Hahahahah. Berhubung para pembaca setia di sini udah banyak yang ngikutin kisah hidup saya mulai dari nikah sampe punya anak, rasanya ngga afdol ya kalau saya nggak cerita soal perayaan ultahnya si Abby. Sebenernya saya ada rasa malas yang melanda nih. Pertama, karena sekolah udah mulai, itu artinya saya mulai bersibuk-sibuk ria. Kemudian, banjirpun melanda, yang bikin hati ini rasanya sendu.... (diiringi lagu Antara Benci dan Rindu-nya Ratih Purwasih.... Yang, hujan turun lagi...). Ketiga, mobil saya nyerempet tiang gara-gara parkiran penuh banget dan saya kepaksa maju mundur saat mau ngeluarin mobil (tambah sendu). Last but not least, komputer saya yang nyimpen seluruh kerjaan saya selama 1 semester di sekolah crash!! (super senduuuuuu). Tapi kemarin suami saya tercinta, sepulang dari tugas luar kota langsung ngoprek komputer saya, dan akhirnya data-data berhasil diselamatkan, walaupun si leptop harus diserpis. Dan sebagai ungkapan suka cita, akhirnya saya ngalahin rasa males ini, dan mulai membuka halaman untuk update blog.

Psstt.... ini prolognya panjang bener sih?

Oke, langsung ke intinya ya. Tadinya, saya ngga mau ngadain acara ulang tahun Abby yang jatuhnya pas malam Natal itu. Alesannya sederhana. Saya ngerasa capek, lelah, dan ngga punya energi sama sekali untuk ngurusin printilan acara anak setahunan, dan saya cuma kepingin leyeh-leyeh saat liburan semester. Saya berpikir, "Hey, I deserve a nice holiday, because I've spent so much energy during the last 5 months. Why should I bother to prepare a first birthday while my baby knows nothing about it?" Sampai bulan November, saya masih meyakinkan diri, kalau saya cuma mau makan keluarga kecil, kemudian kabur ke Bali untuk nyante sambil gegulingan dan menikmati udara pantai, sambil makan-makan sampe puas. Dan di pertengahan November itu, it hit me. SAYA EGOIS! Yes, saya manusia paling egois! Walaupun temen-temen saya meyakini kalau sebenernya rencana saya untuk kabur santai itu sama sekali tidak salah, tapi saya kok ngerasa bersalah banget. Saya ingat foto-foto ulang tahun saya yang pertama. Saat itu mama saya masak-masak banyak sekali dan ngundang seluruh keluarga besar untuk merayakan ulang tahun pertama. Acaranya meriah, tamunya banyak, dan mama saya masak semuanya sendiri! Dan saya??? Ya ampun, kok saya gini amat sih?? Terus...saya nangis dong, saya kecewa sama diri sendiri yang nggak punya spirit itu. 

Di akhir November, dimulailah gerilya persiapan ulang tahun Abby. Eh ngga gerilya sih, cuma nyari tempat doang! Habisnya kan saya masih mesti ngurusin ujian akhir semester. Habis kelar terima rapor di pertengahan Desember, saya liburan dulu sebentar ke Bandung, dan setelah itu baru dimulai gerilya persiapan ultahnya. Itupun masih belum intense karena saya masih kepingin ngerasain suasana liburan beberapa hari lagi. Tanggal 23 Desember, baru deh mulain gerilya habis. Soal perayaan ultah yang agak besarnya, saya ceritakan di postingan selanjutnya aja ya, biar tambah penasaran! HUAHAHAHAHA *kejam dan keji sekali saya ini. Udah preambule panjang-panjang, acara ultahnya gak dikasih liat pula huahahaha*

Jadi di postingan ini, saya mau menceritakan acara  yang diadakan tanggal 24 Desember 2013, tepat saat ulang tahun pertama Abby. Karena ultahnya yang jatuh malam Natal itu, kami sepakat cuma makan sederhana saja di rumah, karena sorenya harus ikut Misa Malam Natal. Jadilah hari itu saya masak beberapa macam yang gak susah2, dan mama saya juga datang bawain beberapa masakan dia. Kita kumpul keluarga kecil saja, yang penting dirayain. 

Yang atas: Bakmi Goreng, Asinan Betawi, Galantine - buatan Emaknya Leony
Yang bawah: Sup Baso Ikan dan Sapi, Mapo Tofu, Ayam Asem Manis (gak kefoto sausnya) - buatan Emaknya Abby 

Pose sama Papa ganteng (ganteng loh, menurut saya)

Pose sama Mama cantik (tentulah cantik, menurut saya juga)
Sama Tantenya Abby dan sepupu-sepupu
Setelah acara makan-makan, rencananya kan mau potong kue. Tapi apa yang terjadi? Anaknya molor dong! Ditungguin nggak bangun-bangun, sampai akhirnya tamunya pulang semua, tinggal nyisa mama saya, adik saya, dan adiknya suami hahaha. 

Sleep in heavenly peeeeaaaceee *sambil ngenyot*

Untungnya anaknya akhirnya bangun juga, dan dimulailah acara potong kue. Eh iya, kali ini kuenya kecil banget, soalnya memang tujuannya buat simbol aja, dan nanti kuenya akan dipakai untuk di-smash *bukan boyband* alias dihancurkan, sebagai tanda Abby sudah berhasil melewati tahun pertamanya dengan kejayaan! Hey, my baby had conquered her first year! YEAH! (Dan emaknya juga masih hepi dan nggak gila... YIPPIEEEE!!)

Kue kecil, buat simbol acara tiup lilin dan nanti bakalan dihancurin sama Abby

The Birthday Girl with her Birthday Cake, Birthday Pudding, and Red Eggs

Acara Tiup Lilin dimulai, dan anaknya bengong....

Lalu mulai mewek.... 

Dan SUPER MEWEEEEKKKK!!! Mamaaahhh Abby ga suka sendirian!

Habis gitu, dipaksa2 buat smash the cake, padahal kan Abby gak suka kotor.

Karena tampangnya melas gini, akhirnya acara smash the cake pun diselesaikan. Kuenya gak ke smash, cuma kecowel-cowel doang. 

Yak, beginilah kalau punya anak yang resik, begitu dikasih "arena" buat dia kotor-kotoran, malah ngga mau dan akhirnya bete sendiri. Dipikir-pikir, gak apa-apa juga sih ya, By, mungkin kamu sudah paham kalau butter cream itu berlemak, dan baguslah kamu gak suka butter cream, biar gak gendut kayak mama ya. Hihi.

Pose dulu sama Papa dan Mama
Demikianlah acara ultah Abby yang pertama, yang dilanjutkan sorenya dengan Misa Malam Natal. Dan hari itu Abby kasih hadiah yang indah buat Papa dan Mama, karena Abby gak rewel sepanjang misa yang super ramai itu. 

Terima kasih Tuhan, telah memberi kami kepercayaan untuk merawat titipan-Mu selama setahun ini. Terima kasih Kau beri anak kami kekuatan, kesehatan, dan hari-hari yang penuh kebahagiaan. Semoga Abby tumbuh besar menjadi seseorang yang bisa menjadi pewarta kasih-Mu, dan menjadi kebanggaan kami. 

Abby, Papa dan Mama sangat sayang sama kamu. Cup cup mwah! 

Abigail's 1st Birthday - The Celebration!

$
0
0
Dari post sebelumnya, tentunya udah pada tau kalau perayaan ulang tahun Abby ini sebenernya dipersiapkan secara lumayan mendadak. Saya dan suami sepakat, ulang tahun pertama ini bukan acara yang gede-gedean dengan banyak permainan dan mengundang seabrek-abrek orang, melainkan acara makan siang bersama yang intim bersama anggota keluarga dan teman yang dekat dengan kita. Alasannya sederhana. Pertama, anaknya belum ngerti apa-apa, jadi kalau pakai games heboh, yang ada dia cuma jadi penonton. Kedua, hitung-hitung ini akan jadi acara gathering keluarga saat liburan sekalian merayakan Natal. Jadi kami berharap suasana nyaman, sehingga para anggota keluarga bisa mengobrol enak dan santai. Ketiga, acara ini lebih merupakan ucapan syukur kita karena Abby telah mampu melewati tahun pertamanya dengan penuh berkat dari Tuhan. Dia tumbuh sehat, semangat, ceria, semua hal yang orang tuanya dambakan ada pada dirinya.

Setelah emaknya Abby dihantui perasaan bersalah karena tadinya ngga mau ngerayain ultah Abby, mulailah menjelang akhir November, kita mulai berburu tempat. Kalau dibilang berburu banget juga nggak, intinya cuma nelepon, dan nunggu siapa yang responsnya bagus. Syaratnya tempat kalau buat saya: 1. Lokasinya harus ditengah-tengah. 2. Makanannya harus enak. 3. Suasananya nyaman. 4. Parkiran gampang. Syarat yang ke 4 itu sebenernya lumayan ultimate buat saya, karena saya gak mau mood tamu jelek duluan gara-gara susah cari parkir. Mirip2 deh sama syarat nyari tempat pas kawinan. 

Hari pertama kita berburu itu hari Sabtu, malamnya langsung cek tempat. Di tempat pertama yang kita kunjungi, tadinya kita lumayan optimis, sampai akhirnya kita ketemu sama salespersonnya. Saya berharap kalau ulang tahun anak di siang hari itu, kita bakalan menikmati ruangan yang terang dengan jendela-jendela. Tetapi salesnya ini aneh, begitu tau tamu kita setidaknya 50 orang, dia malah mau taruh kita di bar area yang tak berjendela. Alasannya karena private function. Ngek! Saat kita bilang kalau kita kepingin area yang berjendela karena ini ultah anak yang pertama, dia malah bilang, "Boleh deh Bu, nanti kita taruh di main areanya, tapi di pojok ya bu." Tambah ilfeel banget. Yang ultimate itu saat salesnya bilang gini, "Kalau di sini enak Bu, kalau tamu-tamu ibu suka merokok, tinggal keluar lewat pintu samping dan boleh merokok."Langsung deh, saya dan suami kehilangan selera. Malam itu kita pulang kecewa banget, padahal kan mestinya gampang toh ya nyari tempat makan-makan aja. 

Besoknya saya iseng telepon beberapa tempat lain, dan sorenya ada satu tempat yang responsenya bagus sekali, dan langsung minta kita datang cek tempat. Begitu sampai tempat ini, ngga tau kenapa hati kok rasanya enak banget. Kemudian ketemu salespersonnya, hati tambah enak lagi karena sangat mengerti apa yang dibutuhkan saat anak ulang tahun pertama, dan terakhir pas nyoba makanannya, langsung mutusin: this is it! Malam itu saya langsung kasih down payment haha. Ngebut ya? Iya, ngebut booking tempatnya doang, abis gitu emaknya ngga sempet ngapa-ngapain sama sekali sampai akhirnya hari H-nya sudah deket hahahaha. Ngundang orang aja cuma pakai telepon sama Whatsapp, minimalis banget deh ah persiapannya. 

Lagi-lagi preambulenya kepanjangan hihi. Terus gimana pas hari H-nya? 

Di bawah ini bakalan ada rentetan foto-foto perayaan ulang tahun Abby. Acara perayaan ulang tahunnya di RaSa, Intercontinental Midplaza, hari Sabtu, 28 Desember 2013. Temanya: Abigail's Christmas Birthday Party. Kan Abby lahirnya malam Natal, dirayain bareng sama Yesus hihihi. Foto-fotonya diabadikan oleh Lisa dari Edward Suhadi Production.  Selamat menikmati!!

Sambil nunggu mama beberes, Abby santai-santai dulu ya!

Eh iya, masih lama mama beberesnya, jadi Abby mau tamasya dulu berkliling-kliling kota naik becak *kayak lagu aje*

Waiternya lagi nyiapin table setting.

Mama Abby lagi sibuk nyiapin dessert table. Kue-kuenya homemade loh! *lap keringet*
Ini elcair yang dibikin penuh perhatian dan kasih sayang.

Susu merek Abby hihihihi...

Toples-toples  yang Mama Abby iket satu-satu

Cupcakes percobaan pertama, untung kagak gagal. Kalo gagal, sudahlah gak pake cupcakes!

Rumball bulat bulat
Goodie bags yang logonya dibikin kayak christmas ornament.

Birthday banner hasil karya kreatif Tantenya Abby. Eh iya, semua printworks di sini, didesign dengan penuh cinta oleh Tantenya Abby loh! (dan digunting2 dengan gahar oleh Mamanya Abby)
Birthday Cakenya Abby hasil karya Tante Dessy dari Bake and Cake. Itu kuenya lapis surabaya. Enak banget!

Yay! Akhirnya dessert tablenya Abby kelar deh!
Balon-balon gas merah dan ijo melayang-layang di udara.

Tantenya Abby lagi kasih finishing touch.
Papa mamanya juga siap-siap dong ya! *serasa kawinan kembali*

Foto dulu bertiga sebelum tamu-tamunya dateng.

Ciuman sayang buat Abby
Tantenya Abby yang bantuin design Birthday Stationeries :)

Halo Koko Alden!

Abby latihan "Kiss Bye"

Anak dan Papa sama-sama seneng
Abby bengong ngeliatin Opo-nya

Dua cowok potensial (yang kanan tapi udah ada gandengan haha)

Makan-makan-makannnn!

Thank you RaSa for the superb food and service
Oma yang bawa cucu

Oma yang bawa cucu juga!

Pas tamu lagi makan-makan, Abby ngapain dong?? TIDUR LAGI AJE! Udah gitu ngga mau bangun-bangun, pula saking nyenyaknya. Tapi akhirnya dibangunin juga soalnya kan kudu acara potong kue gitu loh!

Hore... Abby akhirnya bangun, langsung digantiin bajunya biar segeran hihi.

Happy Birthday to yoouuuuu.... Happy Birthday to youuuuu.....

Lihatlah barisan penggembira dan paparazzi!

Mau tiup lilin, Abby malah bingung ngeliatin papa mamanya monyong.

Mau potong kue, anaknya malah jumpalitan!

Giliran posisi bener, anaknya malah liatin kamera!
Ini Koko Ethan, sama goodie bagnya gedean bagnya ya hihihi...

Koko Alden kepergok ngambil susu sampe 3! (Abis gitu dibalikin sama emaknya huahahahah...)
Abby and Ethan, 8 months apart, very cuteeee!! 

Abby nyengir, Ethan bengong

Yak yak.... ini pemaksaan! Hahahaha...
Nggak lupa, foto-foto dulu ya sama tamu-tamunya! Sampe pegel loh gendongin Abby selama foto-foto keluarga. Tapi di bawah ini beberapa aja, soalnya kalo ditaroh semuanya, kalian juga gak kenal toh? Hwhaahahaha....

Keluarga inti Papanya Abby

Keluarga inti Mamanya Abby

Cowok gaul yang kiri itu, matchmaker saya dan suami loh!!! Bentar lagi dia bakalan nikah juga hihi. Happiness overdose! Liat aja Abby senyumnya manis di situ.

LAST BUT NOT LEAST!! Readers' Favorite Nanny!!

Suster ngakak, Abby bengong ngeliatin!
Abis acara kelar, itu semua makanan di dessert table langsung ludes kandas dibawain pulang sama tamu-tamu. Saya seneng banget akhirnya acara berjalan lancar dan lumayan sukses lah ya. Perut kenyang, hati senang, semua girang!! Terima kasih banget untuk saudara-saudara dan teman-teman yang datang hari itu. Makasih untuk Tantenya Abby untuk designnya, Pak Wisnu dari RaSa, dan Lisa dan Mas Wiji dari ESP. Ada satu orang yang bener-bener ingin saya ucapin terima kasih spesial, yaitu, MAMA SAYA! Mama, selain bantu secara fisik, juga bantu kasih saya semangat sampai akhirnya acaranya bisa berjalan lancar. Dari Mama juga, saya belajar kalau segala sesuatu dilakukan dengan rasa sayang pada anak, nggak ada yang namanya sia-sia. Rasa cinta yang saya dapat dari Mama itu, sekarang saya salurkan juga ke Abby. 

Gimana? Udah puas kaaaannn??? Hihihihihi... Semoga bandwidth temen-temen semua nggak ludes gara-gara fotonya kebanyakan. Sekian dan terima kasih :D

Murid Saya... Oh Murid Saya...

$
0
0
Udah lama kan ya nggak cerita-cerita soal murid-murid di sekolah? Murid yang saya walikan itu jumlahnya ada 13. Wajah-wajah mereka bisa dilihat pada postingan ultah saya tahun lalu. Semuanya kelas 7. Yang cowok-cowok umumnya masih pada kayak anak kecil, dan yang cewek-cewek sudah mulai genit-genit. Kalau boleh dibilang, yang cewek-cewek ini memang lebih cepat dewasanya. Kelas 7 itu ada dua kelas, dan saya mewalikan kelas 7A.

Apa yang terkenal dari kelas saya? Semua guru hampir semua setuju, anak-anaknya buandel2! Tantangan yang luar biasa sekali buat saya, apalagi saya adalah seorang guru baru. Semua guru yang mengajar kelas 7, tidak tahan kalau tidak membandingkan kelas saya dengan kelas sebelahnya, alias kelas 7B. Kelas 7B anak-anaknya (katanya) manis-manis, sopan, pokoknya hampir nggak pernah membuat tingkah laku yang sampai bikin gurunya melotot naik darah. Kalau soal otak, tentulah di setiap kelas ada yang pintar, ada yang sedang-sedang, dan ada yang kurang. Tetapi kalau soal behaviour, kelas saya ini juara deh! Juara badungnya! 

Coba bayangkan, di kelas saya itu, yang kena lunch detention (hukuman gak boleh makan siang) itu kayaknya tiap hari adaaaaa aja. Belum lagi pas semester 1, sudah ada 3 anak yang kena in-school suspension (diskors di sekolah), dan puncaknya hampir di akhir semester, ada anak yang kena home suspension (diskors di rumah) sebulan penuh karena perbuatan yang kelewat batas. Gimana saya sebagai wali kelas nggak urut-urut dada? Saya sampai bertanya-tanya, apakah saya ini wali kelas yang error sehingga anak-anaknya kok minta ampyuuuunnn!! Selidik punya selidik, akhirnya pihak sekolah agak mengakui, kalau memang anak-anak yang bermasalah dari jaman primary (SD) semuanya diamprokin di kelas saya. Jadi memang saya kena "sial"-nya. Hihihi. Katanya sih mereka janji tahun depan akan mempertimbangkan masukan dari guru-guru untuk placement kelas, supaya lebih "rata".

Tapi apakah sebenarnya "kesialan" itu hal yang buruk? Nggak! Saya ini orang yang suka tantangan. Saya harus cari cara supaya energi mereka yang super berlebihan itu, bisa disalurkan lewat hal-hal yang positif. Saya tuh percaya, semua anak-anak ini punya potensi, tinggal bagaimana caranya untuk mengarahkan. Misalnya, ya pas English Festival class decoration kemarin, dengan saya kasih mereka kebebasan yang terarah, hasilnya ternyata lumayan, dan kemarin di awal semester, assembly (performance) dari kelas kami sampai dipuji oleh principal sebagai salah satu yang terbaik sepanjang tahun ini. Anak-anak senengnya minta ampun, dan saya lumayan bangga akan perubahan sikap mereka. Bahkan beberapa guru juga melontarkan komentar positif soal perubahan yang terjadi.

Dasar namanya anak-anak, Jumat minggu lalu ada yang kembali berulah. Korbannya adalah salah satu guru Science, si Miss R. Puncaknya si Miss R itu sampai walk-out dari kelas saya, karena nggak tahan sama salah satu anak yang suka melawan, menantang, dan memasang muka cembetut. Ujung-ujungnya menyebabkan satu kelas kena hukuman kolektif karena Miss R sudah capek hati. WHY OH WHY it happened to my class again!! Senin kemarin, saya sampai pakai 1 jam pelajaran untuk mengajarkan anak-anak di kelas soal menghormati guru, menghormati sesama, dan tidak melawan serta komplain terus menerus. Untungnya, sebandel-bandelnya anak-anak itu, kalau sama saya mereka nggak berani macam-macam. Sepanjang minggu ini, sudah tidak ada lagi hal jelek yang saya dengar dari semua guru. Phewww.....

Sampai Jumat kemarin, yang seharusnya Valentine's Day, hari berbagi kasih sayang, di periode terakhir, Miss R walkout lagi dari kelas, dan menuju ke ruang guru. Dia panggil saya, dan bilang murid-murid saya berulah lagi. Dia minta saya masuk ke kelas, karena dia sudah tidak mampu lagi menghadapi ulah anak-anak.  CAPEK DEHHHHH.....  why oh why (jilid 2). 

Pas sampai di kelas, anak-anak semua cengengesan. Hal yang cukup biasa terjadi tiap kali mereka melakukan kesalahan. Selalu cengengesan dan tidak merasa bersalah. Saya minta mereka cerita, apa yang terjadi sehingga menyebabkan Miss R marah. Saya kesal, apa tidak bosan-bosannya mereka bikin Miss R walk out? Saya tunggu, tidak ada satupun yang mau cerita. Akhirnya, saya keluarkan ultimatum. Saya akan hitung sampai 10, kalau sampai hitungan 10 tidak ada yang mau cerita apa yang terjadi, saya akan kasih satu kelas after school detention (hukuman distrap di sekolah) hari itu juga.

Saya lihat salah satu anak mulai panik, dan lempar-lemparan tas. Saya langsung menduga, pasti ada kertas bertuliskan hal-hal yang tidak baik (seperti pernah kejadian sebelumnya). Saya mulai hitung...

"One... Two... Three..." 

Tiba-tiba:

"HAPPY VALENTINE'S DAY, MISS!!!!!"

Salah satu murid saya mengeluarkan dari tas yang dilempar itu sebuket bunga! 

YA AMPUNNNN!!! They got me, they totally got me!!! Saya sampai shock berat, I was speechless!

Kemudian mereka bilang, "We love you!"

Saya cuma bisa bilang, "I love you too! Thank you for combining Valentine's Day with April Mop!" 

Sebenernya, saya terharu banget... Tapi namanya seorang guru, saya harus jaga sikap juga (a.k.a jaim dikit dong ah). Saya juga mengucapkan terima kasih kepada anak-anak, selain karena perhatian mereka, juga karena mereka beli bunga ini dari anak-anak grade 12 yang menjual bunga untuk fund-raising graduation mereka. I love how they support each other while made me happy at the same time. Yes, I was truly happy and proud of them. 

Saat saya tiba kembali di ruang guru, semua ikut tertawa. Rupanya ketika saya lagi marah-marahin anak di kelas itu, Miss R menceritakan kejahilan murid-murid saya ke guru-guru lain. Bayangin, anak-anak itu hebat sekali, mereka tau kalau mereka paling bermasalah dengan Miss R, dan kali ini mereka gunakan Miss R untuk membuat prank ke saya. Kurang kreatif apa coba?? 

Thank you, Kids!

Saat saya kembali duduk di meja, saya hitung jumlah rosenya, ternyata ada 13, berarti masing-masing murid memberikan saya 1 batang. I think I should pat myself on the back, I am not a bad homeroom teacher after all. Hihihi...

Dan nggak lengkap rasanya untuk menutup cerita hari ini dengan Valentine-an saya di rumah. Saya nggak kemana-mana kok. Suami aja pulang malem. Tapi dia bawain ini nih.

Pot isinya cemilan hihihi...

Tau aja nih si suami, mending dapet ginian kayaknya, bisa dicemil bareng, termasuk oleh yang ngasih huahahahah...

The two that make my world complete

I guess, this Valentine is one of the most memorable ones. 

Happy Valentine's Day, everyone! Spread the love!

Dream Wedding

$
0
0
Gara-gara lagi tiduran dikarenakan radang tenggorokan akut, saya jadi iseng-iseng baca koran online. Sebuah artikel di koran ternama tersebut menyatakan, kalau semua anak gadis yang normal, walaupun belum punya pacar, pasti sudah membayangkan pernikahan impiannya! Bener nggak sih? Saya coba berkaca juga sama diri saya, dan ternyata, bener juga. Kalau cowok, biasanya tidak terlalu mikir, apalagi kalau masih jomblo, boro2 mikirin dream wedding. Tapi yang namanya cewe, yang dari kecil sudah dibiasakan melihat kisah-kisah putri kerajaan yang berakhir indah di pelaminan, rasanya cukup wajar ya kalau sudah mulai memimpikan hal-hal yang romantis apalagi menyangkut pesta pernikahan.

Kalau kamu laki-laki, dan kamu nanya cewekmu pernikahan impiannya seperti apa, tapi terus dijawab "terserah kamu aja deh gimana", itu malah menurut saya nggak wajar, atau malah berkesan ditutup-tutupi. Terus pada akhirnya malah keki saat di tengah-tengah persiapan karena pasangannya seperti tidak mengerti apa yang dimaui oleh perempuannya. Seringkali perempuan juga suka malu atau ragu mengungkapkan pernikahan impiannya, karena... takut cowoknya kabur kalau impiannya kelebihan! 

Kalau saya sendiri gimana? Apakah dulu sebelum nikah punya impian pernikahan saya harus seperti apa? Oh tentu! Apakah saya kemukakan hal tersebut ke pasangan saya? Tentu dong! Buat saya, soal pernikahan impian itu bukan hal yang tabu dibicarakan, apalagi kalau hubungannya sudah mendekati serius. Kalau baru 2 kali kencan terus ngomongin pernikahan idaman sih, agak serem juga. Hihihi. Itu mah ngebet euy! Walaupun upacara pernikahan seringkali dianggap hanya simbol, dan katanya yang lebih penting adalah hari-hari setelah pernikahan, biar bagaimanapun juga orang ingin merasakan hari bahagianya dengan cara yang istimewa. 

Mungkin buat para pria yang mulai serius ingin meminang sang gadis, boleh juga ditanyakan ke pasangannya "How's your dream wedding?" Terkadang, dari cerita pernikahan impian yang diungkapkan seorang wanita, seorang pria juga jadi bisa tau tipe wanita yang dikencaninya ini seperti apa sih. Apakah dia seorang yang religius? Apakah dia adalah orang yang dekat dengan keluarganya? Apakah dia seorang yang happy go lucky? Apakah dia orang yang sangat detail terhadap printilan? Apakah dia orang yang cermat mengatur keuangan? Apakah dia orang yang artistik dan kreatif? Apakah dia orang yang kelewatan bermimpi sampai tidak memandang kesiapan finansial calon suami? 

Ketika kita ungkapkan impian kita, dan ternyata kita nyambung banget dengan calon suami dan keluarganya, maka dijamin, lancar persiapannya. Pernikahan impian saya, waktu itu:

1. Lokasi pemberkatannya di Gereja Katedral, dengan diiringi lagu yang semuanya harus yang disetujui oleh gereja Katolik, tanpa lagu pop. Sumpah setia asli secara Katolik, tidak dilebihkan, tidak dikurangi, dan tidak pake sumpah-sumpah buatan pribadi. 

2. Pakai mobil tua berwarna merah! Karena Papa dan Mama saya itu dulu menikah dengan naik Mercy Tiger berwarna merah cabe. Dan sebagai orang keturunan Tionghoa, warna merah melambangkan suka cita dan kebahagiaan.

3. Saya mau dijemputnya dari rumah. Bukan dari kamar hotel. Biarin rumah saya kecil dan pas-pasan, tapi di situlah saya dibesarkan oleh orang tua saya. 

4. Saya kepingin pakai gaun cantik, yang tidak banyak bling-blingnya (dan bikin sakit mata), tapi pakai permainan bahan dan jahitan yang elegan.

5.Pas wedding entrance di resepsi, saya ngga mau biasa-biasa aja. Ngga mau pengantin cowo dari ujung satu, lalu pengantin cewe dari ujung lain, ketemu ditengah, wedding kiss bertabur confetti. (no offense buat yang pake cara ini masuknya ya hahaha). Saya mau masuknya joged, diiringi live music.

6. Kalau di resepsi, musicnya harus live dan asik. Soalnya saya mau nyanyi, saya mau joged sampe puas! Ada after party is a plus point! 

7. Di tempat resepsi nikah, parkirannya harus gampang. Berkali-kali keki karena ke kawinan orang susah parkir, yang ada kaki udah lemes duluan dan muka asem gara-gara jalan jauh dari parkiran.

8. Makanan harus berlimpah ruah! Soalnya, ngapain pesta kalau makanan aja kurang. Kalau pesta itu artinya mau bagi2 bahagia sama orang, bukan nyusahin dan membiarkan orang yg datang jauh-jauh, pulang dengan perut lapar. Suasana pesta harus asik, nyaman, tamunya ngga kebanyakan. Soalnya penganten males salaman mulu. 

9. THE MOST IMPORTANT: Nikahnya harus sama orang yang sudah saya YAKINI bisa menjadi pendamping saya seumur hidup, dan direstui oleh seluruh keluarga.

Kedengeran klise ya. Pas saya sampaikan ke calon suami saat itu, loh kok nyambung semua! Dia juga setuju banget sama poin-poin saya di atas, bahkan dia jadi ikut meyakinkan orang tuanya untuk mengijinkan kita menjalankan poin-poin tersebut. Inget ya, di Indonesia ini, orang tua itu pegang peranan penting loh dalam menyetujui printilan perkawinan. Kalau sampai ngga kesampean, ya ngga usah maksa. Tapi asik toh kita bisa menyampaikan saja apa yang kita mau? Kalau nanti pada akhirnya hasilnya gak sesuai impian, ya ga usah kecewa juga. Balik lagi ke pernyataan di atas, yang terpenting adalah kehidupan sesudah upacara perkawinan tersebut.

Did I get my dream wedding? I think so! Dalam dream wedding list itu, saya tidak pernah menyebutkan harus pakai vendor apa. Kalau dream wedding kita sudah menyangkut nama-nama vendor, itu namanya bukan dream lagi, tapi nuntut, dan kayaknya rada susah untuk kita bisa jadi fleksibel. Pikirkanlah suasananya, pikirkanlah kebahagiaan kita, keluarga kita, dan tamu-tamunya, jangan ambisi pribadi. Kalau soal vendor, itu balik lagi ke budgetnya. Inget ya, duit juga ada serinya, kecuali duitmu sudah tidak berseri lagi (sambil melirik sosialite Indonesia yang harga tasnya bisa buat beli rumah). Buat para pria, jangan takut menghadapi list dari wanita. Kalau kamu merasa tidak bisa mewujudkannya, jangan gentar. Toh ada pepatah, love conquers everything. Tapi bukankah merupakan kebahagiaan si pria juga kalau bisa mewujudkan impian si wanita? 

Kalau boleh saya bagi cerita, persiapan perkawinan itu adalah ujian yang sangat seru buat pengantin pria dan wanita. Kita melatih kesabaran, komitmen, dan pemahaman satu sama lain. Makanya, berdasarkan pengalaman pribadi juga, kalau dalam persiapan perkawinan saja, tidak ada sedikitpun usaha dari pasanganmu untuk mewujudkan satu poin saja dari impianmu, pikirkan lagi. Kalau kalian sudah selisih paham terus menerus sepanjang persiapan, pikirkan lagi. Should I move forward, or should I start a new?  It's true that time heals everything, tapi kalau sudah sumpah setia di hadapan Tuhan, harus siap seumur hidup. 

Kok tumben, Leony nulis hal soal dream wedding? Bukannya weddingnya Leony udah lewat ya dari kapan tau? Ya gak apa-apa juga toh? Soalnya akhir-akhir ini, saya sering banget nemuin pihak wanita, yang saking takut kehilangan pasangannya, sampai gak bisa buka suara soal keinginan dia sendiri di saat acara pernikahan. Dan hal tersebut, biasanya berkelanjutan pada hidup rumah tangganya, jadi sulit untuk mengemukakan pendapat. Coba di test dulu di saat persiapan perkawinan ya. Kalau si calon suami belum apa-apa udah emosian, terus keluarganya kelewat ikut campur termasuk dalam hal printilan, bayangkan nanti pas sesudah nikah gimana jadinya. Serem ya? Iya banget! 

Jadi inti tulisan ini apa sih? Don't be afraid to have a dream wedding, and let your partner knows about it! Itu aja sih. Mungkin hal sederhana, tapi gak ada salahnya dipraktekin buat para calon pengantin di luar sana. Sekian!

Pagi Yang Sedih...

$
0
0
Cuma mau share. Tadi pagi... pas mau masukin ASI ke dalam freezer, ternyata...

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

FREEZER ASINYA PINTUNYA KEBUKA!!! ASI YANG DI WINDOWNYA MENCAIR. YANG BAGIAN DALAM TUTUPNYA PADA MELETUP, DAN SEPERTI BANJIR DI DALAM KULKAS!!!

NANGISSSSSSSSSSSSSSSSSS.......

Ini gara-gara si sus iseng numpukin kardus di atas kulkas, dan karena gaya gravitasi, kardusnya melebar karena tumpukannya tinggi dan berat dan mendorong pintunya.

Buat saya yang berjuang habis-habisan dengan ASI setetes demi setetes, ini adalah tamparan besar banget. Mana pagi ini mau siap-siap ngajar di hari Senin, di mana Senin itu salah satu hari terpadat di sekolah. Masih ada kira-kira 40-an botol masing-masing 100ml, yang dikumpulkan selama beberapa bulan. Hati ini langsung remuk redam. Saya nahan diri supaya ngga nangis, karena kalau saya nangis, akan menambah hancurnya hati ini. Bisa-bisa saya ngga semangat ngajar. Tetapi sebagai profesional, harus bisa memisahkan yang terjadi di rumah dengan kegiatan di sekolah.

Kemarin ini saya sempat 2 minggu membuang ASI (perah langsung buang) karena operasi gigi bungsu, dan karena flu parah sehingga harus minum antibiotik. Jadi stok ASI saya makin menipis, dan produksi ASI juga menurun drastis. Sepertinya saya memang harus mulai merelakan Abby minum UHT yang baru dimulai 3 hari lalu, dan ngga full ASI lagi setelah lebih dari 14 bulan. Mungkin ini jalan Tuhan supaya pelan-pelan saya bisa lebih santai.  --> Berusaha positive thinking.

Udah, saya cuma mau curhat segitu aja... biar hati legaan sedikit :(

Note to self: Jangan nyerah!

Atas Nama Cinta

$
0
0
Tentunya semua orang kira-kira dua minggu lalu dikejutkan dengan kasus si Ade Sara. Sara dibunuh oleh mantan pacarnya yang bernama Hafidz dan pacar barunya Hafidz yang namanya si Syifa. Kalau saya ceritanya jadi seorang analis, dan menganalisa kasus ini, menurut saya penyebab utamanya, yaitu rasa cinta Hafidz yang kelewat batas kepada Sara, sehingga menyebabkan dirinya jadi gila sendiri, dan rasa cinta Syifa kepada Hafidz yang menyebabkan Syifa gila sendiri. Get it? Nggak ya? Huahaha...

Nih analisa kesotoyan saya. Jadi gini, walaupun sudah putus dengan Sara, Hafidz itu masih cinta mati. Makanya Hafidz itu terus berusaha menghubungi Sara dan berharap mereka bisa menjadi teman baik, tapi Sara itu tidak menggubris, karena Hafidz sudah dianggap menjadi masa lalunya. Sementara si Hafidz, demi bisa meyakinkan Sara kalau dirinya cuma ingin sekedar "berteman" saja dan tidak akan memaksa Sara balik jadi pacar, maka Hafidz memacari Syifa yang kebetulan juga teman Sara. Selama pacaran dengan Syifa, Hafidz tetap mencari cara untuk mengontak Sara, padahal statusnya kan sudah menjadi pacar Syifa toh? Bayangkan, gimana Syifa gak cemburu dengan Sara? Syifa ini juga cinta banget sama Hafidz, tapi why oh why Hafidz tidak bisa move on dari Sara. 

Jadilah, Hafidz membunuh Sara, karena dia cinta sekali dengan Sara, dan tidak rela kalau sampai Sara jatuh ke tangan orang lain. Dan Syifa ikut membantu membunuh Sara untuk memastikan supaya Hafidz tidak akan kembali lagi ke Sara. Mengapa Syifa masih ketawa-tawa saja saat akhirnya dia ditangkap polisi? Karena dia bahagia, bisa menjalankan "penderitaan" ini bersama dengan Hafidz, laki-laki yang dia cintai. Sekian analisa sotoy dari saya. 

Kalau dari cerita di atas, kita jadi bisa melihat, kalau orang sering kali melakukan hal-hal bodoh, semuanya atas nama cinta. Saya peringatkan, posting kali ini akan menjadi posting yang cukup panjang. Saya akan menceritakan sedikit pengalaman saya di masa lalu. Bukan ingin mengorek luka lama, ataupun menyinggung perasaan orang-orang yang terlibat di dalamnya, tetapi untuk sekedar mengingatkan, supaya jangan melakukan hal-hal yang bodoh cuma karena cinta yang belum pasti, terutama saat kita di usia yang masih muda. Kisah ini adalah kisah nyata, tapi akan saya samarkan sedikit-sedikit, inisial pun bukan berarti nama orang tersebut. Mohon maaf jika ada yang membaca ini dan merasa "oh itu kan si anu", ya biarkan ini menjadi pelajaran saja. Ini juga merupakan alasan, kenapa akhirnya blognya-Leony itu jadi blog publik.

Alkisah di awal tahun 2005, saya baru beberapa bulan pindah ke kota baru tempat saya bekerja. Saat itu saya pacaran dengan A yang kebetulan berasal dari kota itu. Saya berpacaran dengan dia dari tahun 2004 akhir, dan status kita saat itu long distance. Nggak long banget, tapi sekitar 1.5 jam naik mobil. Itu termasuk lumayan jauh kalau untuk ukuran Amerika. Kenapa saya akhirnya bisa pacaran dengan si A adalah, karena di akhir 2004 itu, tepat sebelum saya wisuda, saya mendapatkan pekerjaan di kota baru. Saya yang tadinya tidak percaya dengan LDR, akhirnya menerima si A karena nantinya kita akan bersama di satu kota. Saat itu, si A ulang tahun, dan kami bersepakat mengundang seluruh teman-teman Indonesia kami di kota itu untuk pesta BBQ di rumah A. Dari sekian banyak yang diundang, ternyata sebagian tidak datang, ada yang alasannya karena sakit, dan sore-sore banyak yang sudah pamit untuk pulang.

Malam harinya, karena saya dan si A itu terbiasa ngajak teman-teman untuk dinner bareng, kami telepon salah satu teman, kali-kali mau join kami makan, dan dijawab tidak bisa karena ada meeting. Kami telepon lagi teman yang lain, dijawab tidak bisa, ada meeting juga. Kami bingung, ada meeting apa. Besoknya, kami ketemu dengan salah satu teman lain, dan teman tersebut bilang, "Eh, lu kok ga dateng di acara semalem?"Lah, kita bingung itu acara apa. Ternyata ada satu teman yang ulang tahun, ngundang beberapa temen di pesta ultahnya di sebuah restaurant yang agak fancy, dan tidak mengundang kita. Lucunya, ada orang yang kemarinnya tidak datang ke acara ultah si A karena alasan sakit, ternyata malamnya malah ikutan juga makan-makan.

Jujur, saya saat itu sebagai seorang yang baru pindah ke kota baru sangat kecewa. Kenapa harus ditutup-tutupi kalau memang ada undangan dari teman lain, lalu kenapa kami undang tidak datang, tapi bisa datang ke pesta orang lain di tempat yang lebih fancy. Saya sedih kenapa anak di kota baru ini tidak sesolider di kota lama saya. Saya tidak membagi cerita itu kemana-mana. Hanya kepada sebuah diary online alias blog, tempat saya berbagi cerita kepada mama dan adik saya di Indonesia. Saat itu sayapun belum mengenal blogspot, masih pakai xanga. Kuno ya? Namanya pun bukan leonyleony yang jelas kayak sekarang. Diary online itu murni tujuannya untuk curhat kepada keluarga saya.

Mendadak, beberapa hari kemudian, ada satu anak, sebut saja si B, seorang cewek Indonesia, teman kami di kota baru, menulis email di mailing list Permias (Persatuan Mahasiswa Indonesia Amerika) di kota tersebut. Si B ini mengcopy-paste isi dari postingan curhatan kekecewaan saya, dan di bawahnya saya dikatain ANJ*NG, B*BI, B*NGSAT, dan kata-kata kasar lainnya yang sungguh sangat tidak pantas diucapkan oleh seorang perempuan yang berpendidikan, dan diakhiri dengan, kalau tidak suka tinggal di kota ini, pulang saja ke kota lama.  Kemudian dia juga memprovokasi teman-teman Indonesia di kota itu untuk membenci saya dengan mengatasnamakan kesolidaritasan karena menurut si B saya menjelek-jelekan seluruh orang Indonesia di kota baru. Sedihnya lagi, anggota mailing list itu, ikut-ikutan mengatai saya, bahkan para alumni yang tidak mengenal saya sama sekali ikut-ikutan mengatai saya juga. Lebih gilanya, saya saja tidak tergabung di dalam mailing list tersebut! Saya mengetahui hal tersebut dari si A.

Saya shock berat, bukan cuma shock karena saya dikata-katain lalu "diusir" seperti itu, tetapi saya shock, darimana si B bisa mendapatkan link dari blog tersebut? Setau saya, mama dan adik saya yang tau mengenai saya mempunyai diary online tersebut, dan satu sahabat saya yang sangat dekat. YA AMPUN! SATU SAHABAT SAYA YANG SANGAT DEKAT! Saya baru ingat, saya punya seorang sahabat yang luar biasa dekat dengan saya, dari sejak kita kecil, sampai sempat sekolah bareng, dan akhirnya kita kuliah pun cuma terpisah jarak 1.5 jam! Saya di kota lama, dia di kota baru. Sebut saja dia si X. Hampir tidak ada rahasia yang saya tutupi dari si X, karena kami dekat sekali! Sudah hampir seperti saudara kandung. Si X sudah pulang ke Indonesia dari sejak 2004, sebelum saya pindah ke kota baru.

Benar-benar saya tak habis pikir. Apa yang mendasari si X melakukan hal itu terhadap saya. Lalu pacar saya saat itu, A, berinisiatif mereply email tersebut, dengan meminta kalau yang menyebarkan link tersebut untuk mengaku di mailing list, karena dia sudah tau siapa yang menyebarkan diary online tersebut yang seharusnya merupakan hal pribadi. Kasus ini menjadi melebar, karena si X saat itu juga dalam keadaan tertekan, dia tidak tau kalau karena perbuatannya tersebut yang memberitaukan link saya ke si B, membuat si B mengata-ngatai saya seperti itu. Si X akhirnya menelepon saya, dalam teleponnya itu, dia awalnya masih defensif dengan bilang kalau itu bisa dilihat siapa saja, kemudian akhirnya dia meminta maaf, karena tidak menyangka masalahnya jadi seperti itu. Saya bilang kepadanya, "X, sebelum kamu meminta maaf, saya sudah memaafkan kamu. Tidak ada masalah besar di antara kita, saya lebih menghargai persahabatan kita, saya lebih tidak mau kehilangan kamu. Tapi saya mohon, tolong kamu bilang kalau kamu yang menyebarkan hal pribadi saya, supaya setidaknya orang-orang tau kalau itu adalah personal dan tidak sepantasnya diberitahukan ke orang lain."

Beberapa waktu kemudian, akhirnya X mengaku di mailing list, kalau dia yang menyebarkan link itu. Nasi sudah menjadi bubur. Yang membingungkan saya adalah, kenapa X melakukan hal tersebut. Akhirnya tekuaklah alasannya. Ternyata X, sahabat saya itu sangat-sangat menyukai A. Tetapi sayangnya A tidak memberikan balasan yang diharapkan. Saya juga baru tau, ternyata selama beberapa bulan terakhir sebelum X meninggalkan Amerika, X sering memberikan hadiah-hadiah yang personal kepada A, memberikan perhatian yang lebih, namun tidak ditanggapi. Saya sendiri baru pindah ke kota itu belakangan, setelah X kembali ke Indonesia, jadi saya tidak tau sudah begitu dalamnya perasaan X kepada A. Saat A menceritakan semuanya itu ke saya, saya lemas.

Yes, love can make a person become a fool. Saat X menyebarkan diary online saya ke B, saat itu yang ada hanyalah perasaan kesal dan benci pada saya. Dia anggap saya sebagai perebut si A dari dirinya. Dia sempat melupakan persahabatan kita yang sudah berjalan selama lebih dari 20 tahun. Saat itu, saya bisa memilih, untuk marah dan sebal, atau untuk memaafkan dia. Dan Puji Tuhan, untungnya saya memilih memaafkan. Waktupun berlalu. Kami saat ini sama-sama sudah menikah. X menikah duluan sebelum saya, dan saya ada di situ menyaksikan kebagaiaan dia. Dan sebaliknya dia juga ada saat saya menikah. Our friendship and sisterhood doesn't change. It was broken once, but we managed to fix it.Ada yang dapat si A nggak akhirnya? NGGAK ADA! A pun sudah menikah, punya anak yang lucu, dan kita sudah memilih jalan hidup kita masing-masing. 

Memang selalu ada hikmah di balik kejadian ini. Sekarang saya dan si X bisa mentertawakan kejadian ini sebagai masa lalu kita di masa muda. Buat para perempuan di luar sana, terutama yang masih muda dan masih mencari cinta, biarkanlah cinta mendatangimu. Usaha tentu harus ada, tapi jangan sampai kita menjadi bodoh karenanya. Buat pembaca blog ini, mungkin bisa "berterimakasih". Karena sejak kejadian itu, blog ini saya nyatakan publik, dan saya pindahkan semuanya ke blogspot. Cerita lama, bahkan postingan yang bocor tersebut masih ada di blog ini kalau kalian iseng mencari. Hihi.

Dipilih Dipilih Dipilih

$
0
0
Sekarang ini di mana-mana lagi rame ngomongin soal Pemilu. Apalagi itu poster-poster dan spanduk bikin sakit mata semua. Apalagi yang ditancep di pohon dan ditempel di dinding-dinding alias ngotorin, gak bakalan saya coblos! Cuih merusak lingkungan. Gimana saya mau nyoblos? Kenal aja kagak. Sepak terjangnya buat lingkungan di sekitar saya juga nggak.

Kemarin sama temen-temen di WA sempet membahas, trend website-website yang memberikan rujukan siapa kandidat yang bersih untuk kita coblos sebagai anggota legislatif. Tapi  semakin lama kok semakin banyak saja jenis websitenya. Pagi ini saja saya membuka halaman Facebook, sudah tambah lagi jenis website pemberi rujukan itu. Apakah isinya sama? Ya tentu tidak. Bisa saja kan website-website tersebut juga merupakan website pesanan. Jujur sampai sekarang saya masih bingung harus memilih yang mana dan belum ada satupun calon yang menurut saya benar-benar bisa membuat hati saya tergugah.

Yang menarik itu, justru bagaimana para caleg-caleg ini berkampanye dadakan selama masa pemilihan. Sebelumnya, kemane aje Bang? Kemane aje Neng? Contoh tetangga saya, dia terdaftar jadi caleg di salah satu partai besar yang namanya lagi gadang gara-gara pemimpinnya ngaku turunan Pangeran Diponegoro. Tiap hari saya melihat 3 mobilnya diparkir, lengkap ditempeli sticker sebodi mobil dengan tampang dirinya dan tulisan coblos nomer sekian dari partai sekian. Tetapi sesungguhnya, saya penasaran, apa kontribusi dia di lingkungan tempat tinggal saya? NOL! Sebelum ini bahkan sayapun tidak mengenal namanya. Apa pernah dia peduli untuk mengaspali jalanan atau memperbaiki trotoar, atau apa lah, yang memajukan lingkungan sekitarnya? Rasanya nggak tuh.

Nah, itu baru yang dapilnya sama dengan tempat tinggalnya. Bagaimana dengan yang dapilnya itu jauh banget dari tempat tinggalnya? Contoh, saya punya teman, kaya buanget, sekarang jadi caleg di dapil di Sumatera sana, di bawah sebuah partai baru yang katanya nomer satu. Padahal, orangnya mah kerjaannya eksis di Jakarta. Hidupnya gaya sosialite tingkat wahid dan kemana-mana pake barang branded dari ujung rambut sampai ujung kaki, belum lagi ada pesawat pribadi. Terus kita berharap, dia mau tinggal di Sumatera dan mewakili masyarakat sana?

Contoh anyar lagi si artis seksi Angel Lelga, dapilnya di Jawa Tengah. Sekarang mendadak berpenampilan Islami dengan atribut hijau. Tapi ya tuh orang apa bener mau eksis di Jawa Tengah? Apa mau meninggalkan keglamoran dan kelap kelip lampu di kota Jakarta? Mana janji-janjinya, ya ampunnn... bilangnya mau memajukan perekonomian daerah? Emangnya dia ada pengetahuan ekonomi dari mana? (Wong katanya jadi caleg cuma lantaran kenal dan nyambung sama ketua partai...).

Jadi gimana dong cara kita memilih caleg? Berdasarkan diskusi dengan teman-teman dan juga pendapat pribadi, mendingan kita cari yang:

1. Orangnya bener-bener berpengaruh di lingkungan kita dan memberikan dampak positif pada lingkungan sekitar kita. Kalau dia adalah RT atau RW kamu yang selama ini MELAYANI masyarakat dengan sungguh-sungguh, pilihlah dia.

2. Selama ini terkenal lurus, nggak kawin melulu (lirik para anggota partai kasus sapi itu tuh...), ataupun punya simpanan, bisa membimbing keluarganya menjadi sakinah, mawadah, warokmah. Kalau bimbing keluarga aja gak becus, gimana mau mewakili rakyat toh?

3. Hidupnya nggak berlebihan dan suka pameran. Kalau gayanya berlebihan tapi masih bisa kasih yang berlebih lagi buat rakyat ya ngga apa-apa, toh memang banyak caleg yang dari sananya sudah kaya karena punya usaha. Tetapi kalau jadi caleg cuma supaya lebih kaya, ya itu yang ribet --> justru ini motif utamanya. Cape deh.

4. Keluarganya nggak serakah dan ikut campur urusan si caleg. Kalau mau jadi caleg cuma buat jadi preman sih, mending pergi aja deh. (lirik anggota partai kuning yang berani-beraninya nyalonin sekian banyak anggota keluarganya untuk kesekian kalinya demi mempertahankan dinasti di daerah Banten)

5. Orangnya bener-bener berada di dapilnya! Jangan cuma pasang nama dan atribut keartisan cuma supaya partai tersebut bisa berkuasa yah. Udah BASI! Belum lagi ada caleg yang sampai ngasih tau kalau dia bapaknya atau saudaranya artis cuma supaya kepilih. Lebih basi lagi!

Ada yang mau nambah lagi kriterianya? Terus coba kalo menurut kamu siapa yang bagus buat Dapil Jakarta Barat dan Jakarta Timur (soalnya pas saya nanya Pak RT, kemungkinan saya masih nyoblos di tempat lama), boleh dong kasih tau saya di kolom komen, beserta alasan-alasannya. Mumpung masih ada semingguan buat berkontemplasi nih!

Ketika Semangat Memilih

$
0
0
Kira-kira sepuluh hari sebelum pemilihan, saya dititipkan oleh pak satpam undangan untuk pemilu. Saya lihat jumlahnya ada 4, punya mertua, ipar, dan suami saya. Terus punya saya mana? Eh iya, ngomong-ngomong saya sekarang tinggal di eks tempat mertua. Mertua sudah pindah tapi KTPnya masih di alamat itu. Sementara saya dan suami sebenarnya KTPnya sudah di rumah baru (sebenernya gak baru sih, udah dibeli dari sebelum nikah, tapi sekarang kebetulan lagi dikontrak orang. Ribet ye? Haha. Ya saya anggep aja itu rumah baru deh).

Karena saya bingung saya bakalan nyoblos di mana, akhirnya teleponlah saya ke sekretaris RT rumah baru. Nah kata dia, nama saya nggak terdaftar di situ walaupun KTPnya sudah di situ. Berarti kemungkinan masih di alamat lama saya alias rumah mama. Saya masih berpikir positif kalau nanti saya bakalan dapat undangan. Nah, beberapa hari sebelum pemilu pas nanya ke mama, mama sudah dapat undangan, tapi undangan saya ngga ada dong! Tetot banget deh! Gara-gara itu, saya cek ke website KPU dengan memasukkan NIK, dan ternyata nggak ada juga nama saya! Jadi saya ini ibarat anak yang hilang atau mungkin sudah jadi siluman. Padahal pas pemilihan gubernur kemarin, dapat undangan loh.

Tapi karena hasrat ingin memilih masih bergelora, saya cari-cari info lewat teman-teman. Ada yang bilang tinggal datang antara jam 7-9 bawa copy KTP dan KK, lalu nanti jam 12 balik lagi. Lalu ada yang bilang daftar ke kelurahan dulu, dan ada kolom tanya jawab KPU malah dibilang tinggal datang satu jam sebelum tutup alias jam 12-an dengan bawa copy KTP dan KK untuk memilih.

Daripada mabok-mabok, akhirnya saya memilih untuk telepon langsung ke kelurahan untuk mendapatkan jawaban pasti. Dan ternyata... orang kelurahan NGGA TAU AJE GITU! Malah bingung sendiri dan nanya-nanya temennya. Karena dia takut ngasih jawaban yang salah, akhirnya dia kasih saya nomer telepon ketua Panitia Pemungutan Suara (PPS) untuk nanya info lebih lanjut. Teleponlah saya ke ketua PPS, dan dijawabnya "Dateng aja bu jam 6-7 pagi ke TPS, lalu daftar dulu. Tar jam 12 balik lagi buat nyoblos." WHAT? JAM 6 PAGI? zzzzz..... Padahal kan saya lagi seneng-seneng Pemilu libur bisa bangun siangan dikit. Tapi kalo jam 6 pagi udah kudu nyampe sono mah = lebih ngantuk daripada hari kerja atuh!

Pas hari H, saya gambling aja deh. Saya mau dateng jam 11-an siang, biar urusan rumah udah beres dulu, suami udah nyoblos, baru datang ke TPS yang di rumah baru. Yang penting saya juga udah pegang forum tanya jawab KPU yang bilang pokoknya kudu milihnya 1 jam sebelum ditutup. Jadi ya seenggaknya saya punya alasan kenapa saya datangnya jam segitu. Saya dianter sama suami ke TPS, dan pas sampai sana, ternyata banyak orang-orang berkerumun di bagian pendaftaran, termasuk seorang emak-emak yang protes gara-gara dia ngga dapat undangan, padahal suaminya dapat undangan dan sudah tinggal di area yang sama selama puluhan tahun. Lalu ada juga yang suami istri sama-sama nggak dapat undangan padahal dapat undangan pas pemilihan gubernur kemarin. Ada juga yang beneran udah dateng dari jam 7 pagi buat daftar, tapi kudu nunggu sampe jam 12 siang baru bisa nyoblos, dan setia nunggu dari pagi. Sampai pas gilliran dia dipanggil, orang-orang pada tepuk tangan kasih selamat. Intinya sih, administrasi DPT kali ini kacau balau, Bo!

Terus saya gimana dong? Walaupun rada bejubelan di meja pendaftaran dengan banyak orang emosi tingkat tinggi demi memilih, akhirnya saya saya bisa daftar juga. Karena rada lama, suami sampai tinggal dulu buat beli bakmi dan bakso goreng di Pesanggrahan. Nah, pas nunggu lama itu, saya jadi ngobrol-ngobrol dan mendengar dari warga, bagaimana mereka, walaupun tidak terdaftar dan rada ribet, mereka tetap mau menggunakan hak pilih. Beberapa dari mereka bahkan ngaku, dulu rada nggak peduli sama pemilu karena merasa suara mereka ngga penting. Tapi gara-gara kena efek pemilihan gubernur kemarin, dan merasa suara mereka mulai memberikan pengaruh, mereka bela-belain untuk antri walaupun cuaca panas dan pake adu urat dulu dengan petugas admin. Saya rasa orang-orang berumur dan mapan seperti om-om dan tante-tante itu tidak terpengaruh oleh promosi diskon atau gratisan karena telah memilih, tetapi benar-benar menunjukkan kepeduliannya kepada negara ini. Salut! Demokrasi kita sepertinya dan mudah-mudahan menuju ke arah yang lebih baik.

Terus saya milih apa dong? KASIH TAU GAK YAAAA? Ya nggak lah hihihi... Kan Pemilu itu harus LUBER -> Langsung, Umum, BEbas, dan Rahasia. Jadi rahasia aja ya hihihihi... Yang jelas, saya juga bingung pas milih, apalagi sehari sebelum pemilihan, website-website rekomendasi itu pada hang semua. Tapi dibawa aja dalam doa sebelum nyoblos, supaya negara ini jadi lebih baik. Semoga nanti pas pemilihan presiden, saya ngga bingung lagi dan dengan yakin nyoblos orang yang figurnya bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik.

Eh iya, update dikit, tetangga saya yang tadinya mobilnya tiga biji dilapisin stiker partai dengan gambar mukanya segede apa tau itu, pagi ini resmi nyopot seluruh stickernya. Entahlah dia menang atau kalah hihihi.

Inti tulisan ini apa? Saya ingin, semua orang berusaha menggunakan hak pilihnya dengan baik dan semangat. Kita ini harus bangga dan bahagia, kita punya hak untuk memilih. Kita merdeka untuk memilih, dan itu berkat yang luar biasa dari Tuhan. Nah buat yang sudah punya KTP di daerah domisili tetapi belum terdaftar, gimana caranya? Kemarin ini saya ngobrol lagi sedikit dengan PPS, dan diterangkan.

1. Pergilah ke Kelurahan yang sesuai dengan KTP kita di daerah tersebut, lalu daftarkan diri kita. Jangan lupa minta tanda bukti kalau kita sudah mendaftar.

2. Seharusnya nanti kita akan menerima undangan. Kalau sampai tidak dapat undangan, kita bisa datang dan langsung bawa tanda buktinya, supaya tidak perlu antri dan nyoblos di atas jam 12 siang.

Gitu aja sih. Kali-kali berguna untuk memilih presiden kita nanti.

PS: Berdasarkan hasil quick count Kompas, Kamis, 10 April 2014 pukul 10 pagi, posisinya sebagai berikut (Plus komentar ga penting dr Jeng Lele).

1. PDI-P: 19.24% - As expected, tapi kayaknya rada kurang "tebal" menangnya dibandingkan harapan awal.
2. Golkar: 15.03% - Jujur aja saya kaget masih setinggi ini! Lapindo oh Lapindo.
3. Gerindra: 11.75% - Padahal kalau si Prabowo gak kebakaran jenggot pas Jokowi dijadiin ca-capres, mungkin bisa lebih tinggi nih.
4. Demokrat: 9.42% - Siap-siap pak EsBeYe, kasus Centurynya yuk mari!
5. PKB: 9.13% - Basisnya masih kuat. Moga-moga pak JK bisa berandil banyak untuk Indonesia ke depannya. And please, Bang Rhoma... sadarlah.
6.  PAN: 7.49% - Maaf ya Pak Hatta, walaupun nanti koalisi sama besan, tetep nggak bisa nyentuh 20 persen.
7. PKS: 6.99% - Salahkan semua pada Sapi dan poligami! Jujur, masih lumayan perolehan suaranya.
8. Nasdem: 6.7% - Lumayan buat partai baru, artinya ada harapan untuk generasi muda.
9. PPP: 6.7% - Kira-kira Angel Lelga kepilih gak ya? Ga kebayang bakalan ada Atut level KW.
10. Hanura: 5.1% - Kasian deh Pak Win dan terutama Pak HT, deklarasi duluan, gembar gembor abis-abisan pake media punya sendiri, kayaknya cukup mentok jadi PresDir stasiun TV aja.
11. PBB: 1.5% - Mayan lah pak Yusril, bisa rame-ramein.
12. PKPI: 0,94% - Makanya Pak Sutiyoso, lain kali kalo milih caleg jangan artis semua hihihi.

Pengalaman Kurang Enak di Swiss Belhotel Cirebon

$
0
0
Waktu long weekend akhir Maret lalu (28-30 Maret, 2014), kami sekeluarga besar (saya, suami, Abby, papa dan mama mertua, adik ipar, mama saya, adik saya, dan si suster) jalan-jalan ke Cirebon, naik kereta api, tut tut tut. Sebelum saya menceritakan pengalaman jalan-jalan ke Cirebon itu, saya mau mengkhususkan postingan ini untuk menggambarkan kekesalan saya dengan pihak hotel. Saya tidak ada maksud menghancurkan nama hotel tersebut. Ini blog saya sendiri, bukan website review macam Trip Advisor, jadi saya mau berbagi sungguh-sungguh supaya jangan sampai terulang kejadian seperti ini, dan secara keseluruhan, seluruh hotel di Indonesia bisa memperbaiki pelayanannya. Postingan ini akan menjadi postingan yang cukup panjang.

Sebagai seorang yang dulu sempat menghabiskan lebih banyak waktu di hotel dibandingkan dengan di rumah sendiri, saya sudah lumayan paham dengan standar pelayanan sebuah hotel sesuai dengan bintang yang ditawarkan, begitupun dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya. Untuk hotel di Indonesia sendiri, saya sudah berusaha menurunkan standar ekspektasi saya, dan memaklumkan diri untuk hal-hal yang kurang di sana sini. Tetapi berhubung pengalaman saya kemarin itu sudah sulit untuk dimaklumi, makanya saya berbagi.

Saat saya memutuskan untuk liburan singkat ini, hal yang langsung saya beli pertama adalah tiket kereta api, dan tentunya hotel untuk menginap. Berdasarkan review dari website-website travel ternama, persaingan ada di antara Ast*n Cirebon dan Swiss Belhotel Cirebon (saya singkat jadi SBC) sebagai sesama hotel bintang 4 (di Cirebon tidak ada hotel bintang 5). Jadi saya langsung bertanya ke Natalie yang asli orang Cirebon untuk kasih saya rekomendasi, terutama soal lokasinya. Saya juga tanya dengan teman-teman lain, dan semuanya rekomen SBC karena lokasinya nempel dengan mall Cirebon Super Block dan berada di tengah kota sehingga kalau butuh apa-apa tinggal ngesot. Saya pun langsung booking 4 deluxe room, karena kita ada 8 orang dewasa dan 1 orang bayi.

Setelah booking, saya langsung telepon ke SBC untuk meminta beberapa hal seperti connecting rooms, baby cot, untuk mengosongkan kulkas kamar saya (untuk tempat saya menaruh makanan Abby dan ASI), dan untuk meminta penjemputan dengan free shuttle dari hotel. Staffnya langsung bertanya kepada saya, berapa orang yang akan dijemput, naik kereta apa dan jam tibanya jam berapa. Hari Sabtu sore, 22 Maret 2014, seorang staff mereka menelepon saya kembali untuk konfirmasi jam kedatangan kereta saya, lalu mengatakan kalau mereka tidak bisa mengosongkan kulkas, malah dia menawarkan untuk menaruh barang-barang saya di chiller hotel. Saya tidak mau berdebat dengan dia, tetapi saya bilang kalau hotel lain (bahkan hotel bintang lima sekalipun) membolehkan kita untuk mengosongkan kulkas kamar untuk mendukung ibu menyusui karena saya harus menaruh alat-alat memompa, bukan hanya makanan bayi. Staff tersebut bilang kalau dia harus diskusi dulu dengan manajemen dan berjanji untuk telepon saya lagi hari itu.

Saya menunggu sampai hari Senin, 24 Maret 2014, tapi mereka tidak pernah menelepon saya kembali. Saya email ke SBC melalui request form mereka di website, untuk menjelaskan lagi request saya yaitu: connecting rooms, baby cot (yang seharusnya sudah merupakan standar hotel bintang 4 dan 5), dan pengosongan kulkas. Saya menunggu selama dua hari sampai tanggal 26 Maret 2014 tapi saya tidak pernah mendapatkan email balasan. Saya ingat pas saya kirim request lewat website, ada surat konfirmasi yang mengatakan kalau dalam dua hari tidak dibalas, saya bisa kirim email ke customer service pusat. Langsung saya email ke pusat, dan tiba-tiba tidak sampai dua jam kemudian sudah ada balasan dari SBC yang isinya: tidak bisa mengabulkan connecting rooms, tidak bisa mengabulkan baby cot, dan membolehkan untuk mengosongkan kulkas. Yang lucunya, mereka itu balas email saya setelah saya email ke pusat. Jadi kalau saya tidak email ke pusat, permintaan saya pasti dicuekin. Memangnya sesusah itu ya membalas email customer? Hotel lain yang pernah saya email, biasanya membalas dalam 30 menit, atau paling lama 1 hari loh! Dan pengalaman tidak nyaman soal email itu, masih tidak ada apa-apanya dengan pengalaman kita begitu sampai di Cirebon.

28 Maret, 2014, hari tiba kita di Cirebon. Kita naik Cirebon Ekspress dengan waktu tiba pukul 12.35 siang dan kita sudah menginformasikan ke pihak hotel berhari2 sebelumnya, bahkan telah dikonfirmasi. Pukul 12.45 siang, saya sama sekali tidak melihat ada penjemput dari SBC. Saya telepon ke hotel, dan staffnya bilang, "Nanti kami koordinasikan dan akan kami telepon kembali dalam 10 menit." Saya menunggu lebih dari 10 menit dan tidak pernah ada telepon masuk. Saya telepon lagi untuk kedua kali pukul 1.10 siang menjelaskan situasi saya. Saya datang dengan bayi, dan sudah sangat lewat waktu makan siangnya. Sangat tidak nyaman menunggu di stasiun dengan begitu banyak orang yang merokok. Tapi yang terjadi selanjutnya, staff SBC malah MEMUTUSKAN telepon saya! Sangat tidak sopan! Selanjutnya, papa mertua yang telepon dan meminta staffnya untuk hubungkan dengan General Manager karena ketidaksopanan staffnya dalam menangani saya. Apa yang terjadi selanjutnya? TELEPON MERTUA SAYA JUGA DITUTUP! Selanjutnya, mertua saya telepon sekali lagi, dan sebelum staff tersebut memutuskan teleponnya, mertua saya bilang, "Jangan berani-berani kamu tutup lagi teleponnya." Staff tersebut hanya bilang, tunggu saja untuk koordinasinya, tetapi hasilnya NIHIL. Sekitar pukul 1.25, saya kembali menelepon SBC. Ketika saya telepon itu, saya melihat ada satu mobil berlabel SBC masuk ke dalam stasiun, dan saya kira itu adalah mobil yang menjemput kami. Adik saya lari-lari sepanjang parkiran stasiun untuk mengejar mobil tersebut, hanya untuk menemukan kalau mobil tersebut bahkan tidak menjemput kami, melainkan menjemput tamu lain.

Saya sudah lelah sekali dan akhirnya kami mengambil dua taksi carteran sekitar pukul 1.30 siang, dengan biaya Rp. 100,000 untuk jarak yang begitu singkat. Rasanya kurang dari 10 menit, tapi kami tidak punya pilihan. Saat kami tiba di hotel, kita jelaskan situasnya kepada staff resepsionis, dan atasannya. Sebetulnya kami meminta General Managernya untuk menemui kami, tapi sepertinya mereka mencoba untuk menghalangi dengan bilang GMnya tidak ada di situ. Kami bilang kalau pihak hotel harus bertanggung jawab karena tidak menjemput kita, mutusin telepon kita seenaknya, dan juga seharusnya menanggung biaya taksi kita. Atasannya itu hanya bilang maaf-maaf saja berkali-kali tanpa ada tindakan apapun. Yang menarik itu, ternyata dia sadar kalau saya adalah Leony dan dia bisa tau soal email request saya, yang membuat saya bingung, bagaimana mungkin dia tidak membalas email saya walapun dia tau soal itu. Sekitar pukul 1.40 siang, saya menerima SMS dari sopir SBC, yang mengatakan kalau dia sudah tiba di stasiun. Bayangin deh, kereta saya tiba pukul 12.35 siang, dan sopirnya tiba pukul 1.40 siang! Masak kayak gitu dibilang koordinasi? Lebih dari satu jam itu sudah nggak bisa diterima. Hal gilanya lagi, si atasan tadi itu bilang, staffnya mutusin telepon customernya soalnya staffnya sibuk ngurusin orang yang checkout. Gak bener banget alasannya!

Dari 4 kamar yang saya order, hanya 3 kamar yang sudah siap. Jadi kami memutuskan untuk taruh barang dulu dan pergi ke mall di sebelah untuk makan siang yang benar-benar telat. Saya berharap, 1 ruangan lagi yang merupakan ruangan saya itu akan siap setelahnya. Sekitar pukul 4 sore, saya kembali ke hotel dan pergi ke resepsionis, dan ruangan saya belum siap! Mereka bilang saya bisa istirahat sementara di ruangan lain, dan akan kasih tau saya kalau ruangan saya sudah siap. Saya menolak karena itu sudah pukul 4 sore, dan dengan saya pindah ke ruangan lain, akan lebih lama lagi pastinya. Ternyata, tamu yang mestinya checkout siang itu, masih di Kuningan, dan nggak mindahin barangnya! Bayangin deh, masak udah tau mau jalan-jalan ke Kuningan, kan nggak mungkin toh jam 12 siang udah balik. Akhirnya saya dapat kamar saya pukul 5.30 sore, telat abis. Dan tebak deh... kulkasnya masih penuh dong. Jadi apa intinya saya request dijawab "oke" kalau pelaksanaannya nol? Tapi positifnya, saya dapat connecting rooms.

Karena nggak ada baby cot, saya request bantal tambahan untuk keamanan Abby, tapi staffnya bilang nggak ada bantal tambahan soalnya hotelnya penuh. Di mana-mana kalau hotel penuh itu bukan berarti kita tidak ada bantal tambahan kan? Semua hotel harus punya bantal tambahan untuk mengganti bantal rusak atau kotor. Kalau saya lihat, staff-staffnya itu tidak mau berusaha extra untuk memberikan hal yang baik untuk pelanggan.

Sore itu, salah satu staff SBC telepon ke kamar saya, bilang kalau dia minta maaf atas ketidaknyamanannya. Dia menawarkan saya konsolasi alias permintaan maaf yaitu DISKON SEBESAR 15% KALAU KITA MAKAN DI RESTORANNYA HOTEL! Buat saya, itu sangat-sangat MENGHINA. Itu adalah permintaan maaf termurah dari pihak hotel yang pernah saya terima dalam persejarahan saya nginap di hotel manapun. TITIK. Bayangin aja, dia yang minta maaf, tapi saya yang harus menghabiskan uang lebih banyak di hotel. Logikanya mana coba? Saya yakin dia juga pasti ngga ingat kalau saya sudah keluar biaya untuk taksi dan juga berbagai pengalaman buruk yang kita alami sejak siang. Makanya saat dia bilang begitu, saya langsung bilang, "Kamu tidak perlu urusin lagi kasus saya ini, nanti saya yang akan urusin langsung dengan manajemen pusat."Selama ini ya, setiap kali ada kesalahan dari pihak hotel, biasanya itu saya dapat upgrade 2 tier, voucher, atau bahkan kamarnya digratiskan. Ehhhh ini diskon 15% di PROPERTINYA DIA? Buat nutup pajak 21% aja nggak cukup toh?

Besoknya, saat saya nunggu di lobby, saya menjadi saksi bagaimana staff itu memutus telepon para customer-customernya. Keliatan sekali kalau situasinya mirip dengan situasi saya kemarin. Pihak hotelnya lupa untuk jemput customer di stasiun. Yang lucunya, saya melihat bagaimana staff-staff di resepsionis itu lempar-lemparan alias oper-operan telepon ke temennya dan kemudian teleponnya diputuskan. Sangat menyedihkan melihat staff hotel berbintang 4 mempunyai perilaku yang buruk seperti itu.

Hal-hal kecil lainnya, saat kami sarapan, saya dan suami saya minta teh. Waiternya itu menuang tehnya, dan setelah cup saya penuh, dia kehabisan teh. Dia bilang dia akan kembali lagi untuk mengisi cup suami saya. Yang terjadi selanjutnya, dia mengisi tekonya, taruh tekonya di pemanas, dan jalan aja ngeloyor lalu ngobrol dengan teman-temannya, dan sama sekali LUPA untuk mengisi teh suami saya. Benar-benar nggak fokus!

Hari terakhir, saya minta late checkout untuk salah satu kamar dari 4 kamar yang kita book, karena saya harus mompa asi sebelum kita meninggalkan Cirebon. Minta tolong begitu aja, sampai butuh 3 kali telepon dengan jarak 5 sampai 10 menit per call untuk menyetujui permintaan saya late checkout pukul 2.30 siang. Pertamanya ditawarin 12.30 siang, lalu jam 1 siang, padahal kalau diingat, hari pertama saja saya baru bisa masuk kamar pukul 5.30 sore. Bagaimana mungkin minta late check out 2.30 siang susahnya minta ampun. Ternyata nggak ada penghuni baru setelah kita karena itu sudah minggu siang. Itu kan permintaan yang mudah banget, tapi sampai lebih dari 30 menit cuma buat memutuskan. 

Oh iya, sehari sebelum kami pulang, saya sudah request shuttle hotel untuk antar kita ke stasiun. Saya sudah bilang kalau kereta kita itu pukul 6.15 sore, dan staffnya bilang kalau nanti mobilnya akan siap pukul 5.15 sore. Saat hari kepulangan, saya rekonfirmasi lagi dengan staffnya, dan staffnya bilang kalau mobilnya akan siap pukul 6.15 sore yang merupakan jam keberangkatan keretanya! Untungnya, mobilnya tersedia pukul 5.15 jadi kita tidak terlambat. Parah banget ngga sih komunikasi antar staff dan koordinasinya? Artinya notes aja tidak jelas sehingga begitu ganti shift, langsung salah pengertian. Sebelum pulang, dari kamar saya minta dipanggilkan room boy untuk mengambil koper-koper di kamar. Saya tunggu 15 menit, tidak ada yang datang. Akhirnya saya turun ke bawah, sekalian check out. Terus saya ingatkan, kalau koper saya belum diambil. Eh baru deh saat itu staffnya manggil room boynya untuk naik ke atas. Daritadi kemane aje, Bu? 

Note terakhir, saya kira hotelnya sendiri itu sebenarnya belum siap untuk buka. Staffnya tidak terlatih dalam hal hospitality. Kolam renangnya dibuka, tapi tidak punya kursi sama sekali alias blank, dan tidak ada lifeguard yang standby sama sekali. Elevatornya super slow, dan banyak tamu-tamu yang komplen. Positifnya, kamarnya cukup luas dan bagus, kamar mandinya juga luas. Tapi rasanya percuma kalau gedungnya bagus dan mewah tapi servisnya brantakan. Eh iya, yang juara banget nih, saat saya check out, staffnya kasih saya kartu, dengan tulisan "Don't forget to share your experience with us on Trip Advisor." Saya sampai ngikik sendiri bayanginnya kalau saya share semuanya di Trip Advisor. Apa mesti ya?? 

Pengalaman saya di atas itu, saya sampaikan langsung ke customer service pusat via email. Tentu saja di dalam bahasa Inggris yang rapi dan teratur. Besoknya saya mendapatkan email balasan dari General Manager SBC yang meminta maaf, dan memakai alasan kalau koordinasinya berantakan karena peak season. Jujur sih, kalau sudah tau peak season, mestinya mereka bisa memakai tenaga outsource dong. Kan orang tidak dadakan waktu mereka melakukan reservasi. Ya gak sih? Dan jujur saja, kalau dibilang peak season, hotelnya nggak penuh-penuh banget, kelihatan dari jumlah orang yang sarapan. Kemudian sebagai kompensasinya, mereka menawarkan saya menginap grats 1 malam di... eng ing eng CIREBON. Ya jelas saya nggak bisa terima kompensasi yang ditawarkan kalau di Cirebon. Siapa juga yang mau ke Cirebon dan cuma satu malam pula. Akhirnya saya minta supaya dialihkan saja ke properti Swiss Belhotel lain yang ada di Jakarta.

Pihak SBC pun menyetujui dan katanya akan mengirimkan voucher dalam minggu tersebut. Saya tunggu-tunggu vouchernya, dalam minggu itu, tidak datang juga. Saya tunggu beneran seminggu alias tujuh hari, tidak datang juga. Sampai akhirnya hari ke 10, saya memberanikan diri menanyakan lagi, kemudian dalam waktu kurang dari tiga jam, dibalas juga lengkap dengan hasil scan vouchernya, beserta alasan: " with no choice I have to sent our sales manager to Jakarta this morning just to get the voucher instead of using the correspondences."Gubrak.... Mosok seh sampe harus ngirim orang ke Jakarta buat scanning voucher. Terus kenapa baru dibalas di hari ke 10 itupun setelah kita request lagi? Kayaknya para staff termasuk GMnya ini raja lupa kali ya.... 

Ya akhirnya, saya mendapatkan kompensasi menginap 1 malam di salah satu properti Swiss Belhotel di Jakarta. Tapi liat dong effortnya seperti apa. Menulis email panjang lebar, menerima janji yang kalau ngga ditagih pun mungkin akan dilupakan. Bagaimana dengan orang lain yang juga punya pengalaman buruk, tapi tidak tau bagaimana cara menyalurkan komplen mereka? Saya berharap tulisan saya di blog ini bisa membantu juga supaya para penyedia hospitality service di Indonesia mulai paham dengan yang namanya standar pelayanan internasional, bukan cuma namanya yang ada embel-embel "international". Semoga Indonesia akan maju dan merata di bidang pariwisata, bukan hanya di kota-kota yang sudah terkenal sebagai tujuan wisata.

Capek ya bacanya? Iya, saya juga capek nulisnya hahahahah.... Nanti habis ini saya ceritakan lagi deh pengalaman selama liburan di Cirebon yang beberapa di antaranya pasti bakalan bikin kita bilang "cape dehhhh...."



Untuk Kawan-Kawan Saya yang Katolik (Dan Mungkin Juga Yang Beragama Lain Jika Minat Membaca)

$
0
0
Selamat Paskah!

Mungkin tulisan saya ini bisa saja disebelin sama pembaca, dan memberi kesan menggurui. Saya siap ambil resiko itu. Tulisan saya ini, semata-mata sebagai pengingat, betapa pentingnya untuk hadir ke semua misa di dalam Minggu Suci (Holy Week). Saya kembali diingatkan berkali-kali, termasuk juga oleh Romo di Paroki saya, bahwa Holy Week itu adalah satu minggu terpenting di dalam perayaan iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus. Bahkan kebesaran dan kesakralannya melebihi Natal. Romo Gilbert Keirsbilck, CICM di dalam Misa Sabtu Suci kemarin kembali mengingatkan, bahwa kalau perayaan Natal, kita semua sebagai manusia, bisa mengalaminya alias, kita pernah menyaksikan kelahiran dan merayakan ulang tahun orang-orang yang kita kasihi. Tetapi peristiwa Paskah, wafat dan kebangkitan Kristus itu, tidak bisa dialami oleh manusia biasa seperti kita. Itulah karya kebesaran Allah yang tertinggi, memberikan Putra-Nya disalib untuk menebus dosa manusia. Itulah puncak iman kita.

Kenapa saya berani menulis soal ini? Karena, saya sedih. Sedih sekali, karena kawan-kawan saya yang Katolik, saat Holy Week kemarin, bukannya memikirkan mau pergi ke misa jam berapa, melainkan malah banyak yang jalan-jalan keluar negeri dan keluar kota, karena berpikir itu hanyalah long weekend biasa, ataupun malah ke mall. Yang lebih menyedihkan lagi, di luar kota/ luar negeri pun sama sekali tidak menyempatkan diri untuk pergi ke misa. Saya tau ada teman saya yang karena tugasnya terpaksa berada di daerah lain, tetapi masih bisa menyempatkan diri untuk misa. Salut untuk mereka. Saya masih ingat, ketika saya baru selesai operasi di Singapura, dalam keadaan masih belum pulih benar, saya tetap mengikuti misa setiap minggu, merayakan Tri Hari Suci walaupun misanya lama (dan katanya membosankan, tapi sebenarnya nggak kalau dihayati). Tetapi mengingat kuasa penyelamatan Allah yang begitu besar dalam hidup saya, menyempatkan diri untuk misa itu tidak ada artinya dibandingkan dengan anugrah yang saya dapatkan. Saya yakin, anda semua juga pasti merasakan anugrah Tuhan yang besar, jadi sempatkanlah beberapa jam untuk Tuhan selama satu akhir pekan.

Tahun 2013 lalu, saya skip mengikuti Misa Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Suci. Itu karena Abby masih berusia tiga bulan, dan ASI saya yang pas-pasan menyebabkan saya harus menyusui satu jam sekali. Tetapi hari Minggu-nya, saya berusaha membawa dia ke Misa Anak-anak, supaya walaupun dia mungkin belum mengerti apa-apa, dia sudah bisa merasakan kemeriahan Paskah. Tahun 2014 ini, saya usahakan Abby mengikuti semua Misa, kecuali Sabtu Suci (karena bentrok dengan jam tidurnya). Saya dan suami tetap ikut seluruh perayaan Tri Hari Suci. Kalau sampai kita tidak bisa membawa anak kita, kitanya diusahakan tetap ke gereja. Rupanya walaupun dia masih kecil, tetapi karena terbiasa diajak ke misa setiap Minggu dari bayi, dia bisa survive perayaan Kamis Putih, Jumat Agung, dan Minggu Paskah. Jadi biasakanlah membawa anak-anak kita dari kecil, supaya dia mengerti kalau di Gereja itu adalah waktu berdoa.  Dengan membiasakan dia bertahan di gereja, kita (orang tua dan anak) sama-sama berlatih kesabaran, dan alangkah indahnya jika anak kita dari kecil bisa diperkenalkan dengan tradisi gereja. Banyak loh kemarin ini yang membawa anak ke Gereja, dan aman. Bener deh, ngga nyusahin. Worst case scenario, anak bisa dibawa ke belakang sebentar, lalu kembali lagi.

Lalu, buat yang sudah menjalankan Tri Hari Suci, apakah masih perlu untuk datang ke Misa Minggu Paskah? Ya tentu! Perayaan Sabtu Suci dan Minggu Paskah itu arti dan tradisinya beda. Untuk menyederhakannya, Romo Aloysius Hadi Nugroho, Pr bilang, ibaratnya Sabtu Suci itu Malam Takbiran, Minggu Paskah itu Sholat Ied. Masak orang cuma takbiran tapi nggak sholat ied? Nah, Sabtu Suci itu istilahnya tirakatan, persiapan berjaga-jaga menyambut kebangkitan Kristus dan merayakan kemenanganNya. Sementara hari Minggu Paskah, kita sungguh merayakan Kristus yang bangkit jaya. Liturginya sendiri sungguh jauh berbeda antara Sabtu Suci dan Minggu Paskah. Jadi sebisa mungkin, hadirilah keduanya.

Ya, saya sadar sekali, kalau mungkin orang-orang akan sebal, si Leony sotoy banget. Katekis bukan, suster bukan, romo apalagi, jauhhhhh.... Tetapi saya berusaha, supaya kita semua bisa menjadi umat Katolik yang bukan cuma Katolik KTP. Bukan cuma berbuat baik di luar, tetapi juga mengerti alasan perbuatan kita dan tradisi Gereja. Saya berani menulis ini, karena saya sangat peduli. Kebetulan saya mengajar Agama Katolik di sekolah, dan kemarin saat ujian akhir sekolah agama Katolik, ada beberapa anak yang tidak pass! Bukan berarti mereka anak yang jahat, tetapi mereka sama sekali tidak mengerti tradisi mereka sebagai pemeluk agama Katolik, dan tidak pernah membuka bacaan di Alkitab. Bahkan ada di antara mereka yang berpikir, berbuat baik = bagi-bagi uang ke lingkungan sekitar. Sayang banget kan ya? Generasi muda loh.

Jadi, marilah kita sebagai umat Katolik yang baik, mulai merintis kebiasaan untuk menghargai tradisi Gereja, jangan sampai di generasi mendatang tradisi ini perlahan luntur. Karena membangunnya tidak mudah, sudah pasti diperlukan orang-orang untuk menjaganya. Kita mulai latih diri kita sendiri, kemudian teruskan ke anak-anak kita, berapapun usia mereka. Sekali lagi, Selamat Paskah, yakinilah, bahwa Kristus yang bangkit, memberikan kekuatan bagi kita semua, untuk menjadi pewarta kasih yang nyata.

Abby Tamasya Ke Cirebon

$
0
0
Nah, setelah kita misuh-misuh soal hotel di postingan sebelumnya, sekarang mari kita ceritakan pengalaman baik yang menyenangkan maupun yang menyebalkan selama jalan-jalan ke Cirebon. Di perjalanan ini sengaja kita memilih naik kereta api, karena saya ingin memperkenalkan kereta api kepada Abby, dan kepada SAYA SENDIRI! Hahahahaha.... Percaya atau tidak, saya belum pernah naik kereta api di Indonesia sampai akhirnya ke Cirebon ini loh! Perasaan pertama kali naik kereta api tuh TGV di Paris, di tahun 1999. Padahal pada saat saya kerja di Amerika dulu, sering banget naik Amtrak kalau ada client di luar kota dan lagi malas nyetir. Jadi, perjalanan kali ini, selain pengalaman pertama untuk Abby, ini juga pengalaman pertama untuk emaknya. Siap-siap baca postingan panjang dan lama hihi.

Jumat, 28 Maret 2014

Pagi itu kita semua berangkat dengan menggunakan kereta Cirebon Ekspress kelas eksekutif, pukul 9.45. Eh iya, berhubung long weekend dan perencanaan trip yang tidak jauh-jauh hari, tiket pulangnya nggak dapet kelas eksekutif loh, cuma dapet kelas bisnis. Makanya sebelum berangkat sempet deg-degan dulu. Tapi udah nanya sana sini, katanya kelas bisnisnya sekarang lumayan alias sudah pake AC, jadi cuma bisa berharap-harap cemas. Rombongan pagi itu pada kumpul dulu di Stasiun Gambir, lebih tepatnya di Dunkin Donuts karena kalau di luar, selain panas, ada aja yang suka ngerokok (oh Indonesia).

Saat keberangkatan bisa dibilang lancar. Keretanya cukup bersih, ada TV LCD walaupun cuma dinyalain pas saat-saat akhir. Saya sendiri tidak ke wecenya, karena denger-denger sih mau kelas eksekutif juga gak terlalu bersih, jadi tahan-tahan aja deh. Abby sempet tidur nyenyak, dan ransum kita terjaga banget karena mama saya udah bawain home made snacksnya dia seabrek2. Ada pukis, arem-arem, dan risol. Yang nyeremin itu pas mau turun, mendadak banyak portir nyerbu ke dalam gerbong untuk ngangkatin barang kita, padahal kita kan tipe yang lumayan light traveler alias ngga sampe bawa koper gimana-gimana. Jadi ngagetin aja gitu.

Ini loh penampilan kabin...eh gerbong kereta eksekutif Cirebon Ekspress. Lumayan ya. Terlihat modern dan cukup bersih. 
Soal pengalaman pas sampai di stasiun yang lumayan nyebelin, sudah tau lah yeeee.... Baca aja cerita yang lalu, males ngulangnya. Setelah check-in di hotel, kita ke Mal Cirebon Super Block (CSB) yg tinggal ngesot dari hotel. Isi vendornya mirip lah dengan Jakarta, termasuk resto-restonya. Ada Excelso, J-Co, Breadtalk, Cuppa Coffee, Solaria, tapi kita malah menuju ke food courtnya dan excited banget pas nemu cabangnya Nasi Jamblang Mang Dul, dan Empal Gentong Mang Darma yang kesohor. Pukul 2-an itu, lauknya nasi jamblang sudah tinggal sedikit banget, bahkan empal gentongnya sisa 1 porsi. Tetapi cukup untuk mengobati hati yang luka hahahah (lebay bener). Nasi Jamblang itu sih sebenernya mirip-mirip sama nasi rames. Cuma bedanya porsi nasi dan lauknya secuit dan nasinya dibungkus daun jati. Buat laki-laki, minimal 3 porsi deh nasi putihnya. Eh iya, di sana sebenernya banyak stand-stand makanan yang lain kayak Mie Koclok dan Tahu Gejrot. Tapi entahlah penjualnya nggak ada semua.

Saking laparnya, dan capek kalau minta satu-satu lauknya ke si Mang, akhirnya kita inisiatif ngambil lauk sendiri, terus baru dihitung sama si Mang-nya hahaha... Cocok gak mertua saya jadi penjaga warung Nasi Jamblang? *menantu minta dikeplak*

8 Porsi Nasi Jamblang dengan berbagai lauk, siap disantap!
Selesai makan malah kita belanja-belanja, di... Kidz Station *tepok jidat*. Jadi malah beli jaket buat Abby yang di Jakarta gak ada ukuran dan sepatu baru, semua dibeliin dua neneknya. Selain itu, sore itupun saya telepon tempat penyewaan mobil untuk sewa Elf 8 seater, tetapi sayang sekali tak berapa lama kemudian dikabari kalau Elf-nya sudah habis. Akhirnya setelah kebat kebit sedikit, saya bikin deal dengan sopir taksi carteran kita tadi, untuk sewa mobil Avanza sebanyak dua unit untuk seharian (12 jam) besoknya, dimulai pukul 10 pagi. Jadi hari itu lumayan lah hati juga sudah tenang untuk urusan transport besoknya.

Ini loh kamar yang saya tunggu-tunggu supaya bisa masuk, dan akhirnya baru bisa masuk pukul 5.30 sore. Matahari aja hampir terbenam. Ckckckck.... Untung kamarnya lumayan.

Kamar mandinya juga bagus dan bersih, plus luas, kalau dibanding dengan hotel sekelasnya.
Setelah istirahat sore, kita nyebrang dikit dari hotel, dan makan malam di Seafood Haji Moel. Seafood Haji Moel ini salah satu restaurant seafood yang terkenal di Cirebon. Secara harga, walaupun lebih murah dari resto seafood di Jakarta macam Jemahdi, tapi nggak murah-murah banget untuk ukuran Cirebon. Rasanya lumayan enak, terutama Udang Lady Rose dan Bawalnya. Restaurantnya sih pake AC cuma masih anget hahaha. Karena porsinya gak terlalu besar (atau kami yang maruk), masing-masing menu kami pesan dua porsi.

Otak-otak yang sambel kacangnya enak dan unik, otak-otaknya sih sedang-sedang saja.

Ini loh yang disebut udang Lady Rose, rasanya manis2 enak.

Kangkung hotplate sapi. Enakan kangkungnya daripada sapinya hihihi...

Bawal bakar yang endeus dan segar

Kepiting Saos Bangkok yang juga endang
Sepulang dinner, kita bingung mau ngapain, akhirnya iseng-iseng nanya hotel tempat keramaian itu di mana, dan ditawarkan untuk ke alun-alun. Oh iya, pada saat saya check in, saya nanya, apakah mobil hotel boleh disewa untuk antar kita jalan-jalan. Kata resepsionisnya tidak boleh, hanya boleh dipakai untuk antar jemput stasiun. Tapi pas sebelum dinner, saya melihat 2 mobil dipakai oleh 2 keluarga untuk jalan-jalan! Gimana sih, gak konsisten banget. Akhirnya malam hari itu saya nanya sama penjaga pintu, apakah mobilnya bisa dipinjam untuk jalan-jalan ke area sekitar. EH KATANYA BOLEH LOH! Gimana sih ngga kompak antara door man dengan resepsionis. Nekadlah saya malam itu minta 1 unit Innova untuk anter kita ke alun-alun.

Pas dianter ke alun-alun, sepanjang jalan saya lihat gak ada apa-apa, cuma ada penjual kaki lima. Akhirnya kita minta didrop ke Mal Grage saja, yang jaraknya 500-meteran dari hotel kita. Mal Grage ini adalah mal pertama di Cirebon dan tidak punya saingan sebelum CSB. Dalamnya itu perpaduan antara ITC (alias tukang HP, Komputer, dan baju grosir) di bagian bawah, lalu mal di bagian atas. Jadi bisa dibilang inilah mal yang menyediakan untuk segala kalangan. Karena bingung mau ngapain, akhirnya kita mampir ke resto BMK yang ada di Grage untuk makan es. Pas pesan ternyata... Cincau habis, kelapa muda habis... lah abis jualan apaan dong? Udah duduk manis akhirnya kita pindah ke Es Teler 77. Haha, nyampe Cirebon akhirnya makan Es Teler lagi.

Suasana Mal Grage. Mirip nga sih sama di Jakarta? Lantai dua isinya banyak toko aksesoris ABG hihihi.
Pulangnya, mertua KEPINGIIINNNN banget naik becak. Ini beneran kepingin sampe perlu di-kapital semua hurufnya hahaha. Sama sopir hotel tadi dibilang, kalau naik becak itu cuma 5rb saja karena dekat sekali. Awalnya dia minta 7rb, lalu mertua tawar 5rb. Dia oke-in karena di situ banyak saingan alias temen-temennya sesama penarik becak. Tapi pas mertua udah duduk di becaknya, dinaikin lagi harganya jadi 7rb! Ini bukan masalah selisih 2rb-nya sih, tapi menurut saya ya gak sopan aja, cuma bilang iya untuk sekedar mendapatkan penumpang tapi habis gitu 'dipalak' lagi. Yang lain ya jalan kaki, lumayan liat-liat pemandangan sepanjang Jalan Cipto.

Sabtu, 29 Maret 2014

Selamat pagi, Cirebon!
Pemandangan Gunung Ciremai yang terlihat dari jendela kamar

Ini loh yang saya bilang kolam renang tidak siap. Tidak ada pool chair (cuma ada kursi2 sedikit, yang sebenarnya bukan untuk di pool) dan tidak ada life guard. Melompong! Hihihi...

Restaurant tempat breakfastnya, lumayan. Menu variatif dan suasana enak. Sayang pelayannya suka rada lambretta....
Pagi itu setelah sarapan, kami kembali ke kamar, sambil menunggu sopir carteran untuk jemput. Kira-kira pukul 9.30 pagi, sopirnya mendadak telepon, dan... MINTA NAIK HARGA! Bayangkan, sudah tinggal selisih 30 menit dari waktu pemesanan pukul 10 pagi, dia push kita untuk naik harga! Padahal harga awalnya itu saja sudah tinggi banget (kata Nat sih mahal loh). FYI, harga sewa mobil di Cirebon itu jauh lebih mahal dibandingkan di Bali ya! Alasan dia mau naikin harga katanya, temennya sopir yang satu lagi yg ga mau dibayar harga segitu. Coba dia kasih tau dari kemarin malam, kan mungkin kita bisa cari alternatif ya. Tapi ini nodong setengah jam sebelumnya. Saya nggak oke-in, jujur saya keki banget. Kok begini mental manusianya. Dia bilang iya dulu, tapi begitu kita sudah 'kejebak' malah dimahalin. Mirip sama tukang becak kemarin. Jujur saya mangkel minta ampun.

Gak tau dapat ilham dari mana, saya iseng-iseng kembali hubungi travel yang menyediakan mobil Elf yang kemarin sudah tidak tersedia. Ternyata eh ternyata, ada satu mobil yang available!! Katanya pagi itu baru tiba dari Bandung. Saya sampai mikir, mungkin memang ini jalan yang ditunjukkan sama Tuhan, kalau kita semua bisa bersama-sama di satu mobil besar. Yippieeee!! Langsung deh saya cancel yang carteran dua Avanza itu. Si pak sopirnya langsung rada stress sendiri, tapi ya mau gimana? Oh iya, biaya 1 mobil Elf dari travel tersebut lebih murah loh daripada sewa 2 Avanza, bahkan dari harga sebelum dia minta naik. Saya ordernya dari Happy Travel. Kira-kira pukul 11, mobilnya tiba, cukup bagus dan besar. Sopirnya pun juga kalem dan ramah. Saya tanya dia orang mana, eh ternyata orang Bandung hihihi (pantesan aja lebih kalem). Abby juga seneng banget naik Elf karena dia gak kesempitan, bisa jalan-jalan di lorong antar seatnya. Btw ini juga kali pertama loh saya naik Elf huahahaha *norak banget ya saya*.

Happy banget akhirnya bisa naik Elf setelah perjuangan dapetin mobil. Yippieee!

Ehhhh ada yang molor aje gituuuu... Nyenyak pula.
Tujuan kita pertama hari itu adalah beli oleh-oleh di Toko Manisan Sinta. Masuk ke pasarnya macet sekali. Tapi lagi-lagi kami beruntung, di tengah kemacetan dan hiruk pikuknya pasar, kami bisa dapat parkiran pas di dekat tokonya! Padahal tadinya kami pesimis. Mana cuaca lagi panas tak terkira. Di toko Manisan Sinta sendiri, menurut saya kita harus pintar-pintar juga memilih apa yang mau kita beli. Sebagian snack-snacknya banyak dijual di Jakarta, dan di Sinta ternyata lebih mahal. Sepertinya kalau di sana, kita harus lebih fokus ke arah krupuk-krupuk, emping, dan sajian yang asalnya dari laut, macam udang rebon, ebi, abon-abonan, terasi, ikan-ikanan. Selain itu juga manisan-manisan tradisional. Nah kalau yang begitu, memang Sinta berbeda dari yang ada di Jakarta. Dan uniknya, walaupun tokonya besar dan banyak pelanggannya, kasirnya masih pakai cash register manual loh, yang isinya cuma angka-angka tanpa ada nama barangnya. Lalu soal penimbangan juga pakai azas kepercayaan. Misalnya kita minta 2 ons dan sudah ditimbang oleh karyawannya. Sampai depan Kasir si Enci yang hitungnya cuma angkat-angkat dan dia bisa tau itu brapa ons. Harga juga dia hafal semua, padahal ya ampun barangnya banyak banget. Canggih lah!

Salah satu stand di Toko Manisan Shinta. Silakan Pak, Bu, Sambelnya. Selamat mules-mules

Selanjutnya kita mau makan siang di daerah Plered, yang terkenal dengan banyaknya restoran yang menyediakan Empal Gentong. Sebelumnya, kami diajak melewati Keraton Cirebon, just in case mau foto-foto. Tapi pas melewati, ya ampun Keratonnya sama sekali tidak terawat. Kayaknya Keraton yang paling menyedihkan nasibnya dari yang pernah saya lihat. Jadinya kita mengurungkan mampir, apalagi cuaca sangat panas.

Kasihan banget Keraton Cirebon. Selain tidak terawat, dipakai juga buat jemur pakaian sama warga sekitar
Lanjut ke Empal Gentong, sepanjang jalan daerah Plered, ternyata yang jualan banyak bener! Katanya sih yang paling terkenal itu Amarta. Tapi ternyata antrinya minta ampun, tempatnya pun sumpek dan agak gelap, tidak cocok untuk bawa anak bayi. Sopir kita menyarankan ke Empal Gentong Hj. Dian, yang tempatnya lebih bagus. Memang dibanding Amarta tempatnya jauh lebih bagus dan besar, serta bersih. Rasanya Empal Gentongnya juga lumayan enak. Apalagi kita sudah lapar, jadi sruput kuah panas-panas ditambah krupuk, sedapppp... Plus jangan lupa pesan Tahu Gejrot yang juga khas Cirebon. Bumbunya juga cukup sedap dan pas di lidah. Ternyata Empal Gentong Hj. Dian ini banyak dikunjungi sama artis-artis dan pejabat pemerintahan, dan mereka biasa difoto lalu membubuhkan tanda tangannya di kertas. Setelah itu framenya digantug di dinding hahahaha. Dan salah satu artis yang pernah mampir adalah .... Smash! Huahauhahaha...Penting bener deh.

Bukti nyata tukang empal gentong sepanjang jalan kenangan

Eh masih ada lagi donggg....

Nah ini dia tempat kita makan. Memang kelihatan paling bersih dan paling rapi juga.

Sayangnya kita ngga ada yang nyobain Empal Asem. Kapan-kapan deh pengen nyobain, katanya segerrr...

Yak, silakan Pak, Bu, jerohannya, just in case mau ngundang asam urat.

Tahu Gejrot dan Empal Gentong sedap
Setelah kenyang, kita lanjut ke tujuan utama kita ke Cirebon, yaitu ke Perkampungan Batik Trusmi. Banyak yang menyangka Trusmi itu adalah nama jenis batik, atau nama toko batik di Cirebon. Yang benar, Trusmi itu adalah sebuah perkampungan yang isinya pengrajin batik. Kalau boleh dibilang, sekarang isinya malah butik-butik batik. Walaupun seneng banget nemu perkampungan batik, hati-hati kalau ke daerah sini, contohnya adalah toko pertama yang kita mampir. Semua di sini ngakunya batik Cirebonan, ternyata ada yang barangnya dari Pekalongan loh! Beberapa motifnya bahkan sering saya temui di toko batik yang kelasnya agak kurang di Jakarta.
Perkampungan Batik Trusmi, sepanjang jalan, butik batik semuanya.
Ini toko yang saya bilang batiknya nyampur aduk sama batik Pekalongan. Jadi mesti ekstra hati-hati.
Di situ saya belajar juga, kalau toko batik Cirebonan yang berkualitas, biasanya mereka bahannya bagus, lapisannya rapih, paling mentok ada 1-2 ukuran dengan bahan yang sama karena dijahit sendiri oleh yang punya tokonya, bukan pasaran. Harga juga nggak bisa dibohongin, ada barang, ada harga. Ada 1 toko favorit saya di antara semua toko di situ (yang sempat kita masukin). Soalnya kalau ke semua toko, yang ada kita bisa jadi siwer-sesiwer2nya. Namanya kalau nggak salah Batik Cirebon. Tempatnya rapi dan bersih, mau milih bahan juga rasanya nyaman. Abby aja betah loh di situ, gara-gara pemiliknya punya anak kecil, jadi ada mainannya. Tapi mami mertua saya itu belum puas, tetap ke toko-toko lain juga, dan sebenernya kalau belum sore, mungkin dia masih mau menjelajah lagi. Konon terakhir dia pergi sebelum ini, belanjaannya beranak 1 koper. Bukan buat jualan loh, buat dipake sendiri hahaha. Mertua saya banyakan belinya bahan, sementara saya males beli bahan. Mendingan beli yang sudah jadi. Saya juga cuma dapet 1 dress kok. Abby yang dapat 3 baju anak-anak.
Ada yang dipaksa jadi model buat baju batik hahahaha...

Ini toko favorit saya. Tempatnya bersih, terang, rapih, dan baju-bajunya lebih classy

Mau beli bahan juga enak, suasananya nyaman.

Tuh buktinya Abby aja betah banget di sini. Di belakang Abby itu kemeja khas Cirebon, dengan motif Batik Mega Mendung.

Sore hari itu, kita kembali dulu ke hotel untuk istirahat dan pompa ASI sebentar sebelum melanjutkan itinerary untuk Misa Sore di Gereja Santo Yusuf. Konon gereja ini adalah gereja Katolik tertua di Jawa Barat. Sayangnya, gara-gara kelamaan nunggu restaurant hotel manasin makanan Abby (sebenernya microwave cuma 1 menit, tapi ngga tau kenapa lama banget gak keluar-keluar), akhirnya kita mepet sekali waktunya untuk misa pukul 17.00. Untungnya ada lagi gereja lain yaitu Gereja Bunda Maria yang misa pukul 17.30, jadi kita menuju ke sana. Gereja Bunda Maria ini dibangun karena Gereja Santo Yusuf sudah tidak mampu menampung banyaknya umat Katolik di Cirebon. Uniknya, gereja ini ada patung Bunda Maria dan jalan salib yang besar-besar di halaman belakang, jadi begitu sampai, kita sempatkan doa dulu sebelum misa.
Gereja Katolik Bunda Maria yang luas

Gerejanya indah. Romonya hari itu juga khotbahnya bagus. Sayangnya karena belum pakai AC jadi puanashhhh...
Sesudah misa, tujuan selanjutnya adalah makan nasi jamblang Bu Nur yang legendaris (selain Mang Dul). Sedihnya, sampai di sana, hampir semua lauknya HABIS! Tinggal sisa limpa, sambel, dan beberapa jerohan, tapi ya tetep saja penuh dan orang rela makan cuma dengan sisa lauk yang ada. Padahal itu masih belum jam 7 malam loh. Akhirnya kami mundur dan memilih ke tempat lain. Kemudian atas rekomendasi teman, kami menuju ke daerah Pekiringan ke RM. Kainama yang katanya terkenal dengan Mie Koclok khas Cirebon dan Siomay. Tadinya kami kira ini restaurant loh. Ternyata beneran rumah tua di pojokan, dengan beberapa stand makanan dan beberapa buah meja dan kursi. Dan kami rasanya kurang beruntung saat makan malam ini. Sudah berharap makan Mie Koclok, eh nggak taunya pedagang Mie Kocloknya nggak jualan gara-gara lagi melayani pesanan di hotel karena ada acara reuni gereja (gak tau gereja mana sih). Karena sudah lapar, kami jadi pesan siomay yang katanya juga legendaris. Enak sih, tapi tidak bisa dibilang istimewa. Boleh dicoba kalau lagi kangen makan siomay ikan. Kata bapak yang jualan, dia mulai dagang dari awal tahun 80-an sejak harga Siomaynya Rp.5 per potong, dan sekarang jadi Rp. 3,000 (600 kali inflasi!).

RM Kainama di pengkolan Karanggetas daerah Pekiringan. Tuh dia gerobak siomay legendaris.

Nah ini suasana dalam rumahnya. Rumah tua khas daerah pecinan dengan ubin hitam dan teralis klasik.
Berhubung terakhir sudah pasrah, akhirnya kami makan ke RM. Ampera di daerah Tuparev. Iya.. Ampera yang itu, yang cabangnya di mana-mana hahahah. Kasian yeee... Iyeee.... Empal Gentong sudah pada tutup semua kalau malam, dan ngga mungkin dong makan Empal Gentong lagi. Nasi Jamblang juga sudah ludes. Makan Seafood, kemarin udah. Mau Mie Koclok nggak kesampaian. Masak mau ke mall dan makan fast food? Ya udah deh, ke Ampera aja. Untungnya sampai sana masih ada beberapa jenis lauk, itupun sudah hampir ludes. Tapi kami asal ada ayam goreng atau bakar, sama tahu, tempe, dan bakwan, sudah cukup merasa aman. Sebelum jam 9 kami sudah kembali lagi ke hotel. Tapi namanya kaki masih gatel, sudah malam terakhir di Cirebon, kami jalan lagi ke CSB Mall hihihihi. Ternyata puenuhnya masih luar biasaaa....mungkin karena memang gak ada tempat hiburan yang menarik di Cirebon. Sementara, mama dan adik saya malah jalan ke arah Grage dan penasaran pingin lihat warung Nasi Jamblang Bu Pitri yang dikasih tau sama Natalie. Katanya sih bukanya malam dan dijamin ngantri. Pas sampai sana, mama saya malah kehilangan selera, gara-gara warungnya itu kaki lima, lalu makanannya digelar selevel sama aspal hauhahaha. Padahal itu kan ciri khasnya kali ya, jangan-jangan itu yang bikin enak. Intinya sih, kalau untuk hiburan dan kuliner malam hari, Cirebon itu hampir nggak ada apa-apa.

Minggu, 30 Maret 2014

Hari terakhir di Cirebon!

Ini loh caranya Abby tidur. Ranjang digeser ke pojokan, lalu bemper bantal di mana-mana hihihi. Tuh liat ngga anaknya nyempil di pojokan.
Habis sarapan kami bingung mau ngapain. Tau begini kan kita ambil kereta yang pukul 3 sore ya, bukan pukul 6 sore. Hihihi. Kalau saya sih milih santai-santai di kamar. Mama dan adik saya ke mal, sementara mertua dan ipar, naik becak ke daerah Grage. Masih penasaran rupanya sama batik, dan ngeborong lagi di salah satu butik di dekat situ. Kayaknya memang belum puas ke Trusmi kemarin. Makan siangpun kita bingung mau ke mana, akhirnya ke mal lagi, dan makan: nasi jamblang lagi dong! Hahahaha. Kali ini lauknya masih lebih banyak, tapi ya tetep menurut saya nggak terlalu istimewa. Apalagi paru-nya alot benerrr... Untungnya, penjual Mie Kocloknya nggak absen, jadi kita bisa nyobain deh tuh yang namanya Mie Koclok. Ternyata rasanya... oke lah, sedeng-sedeng aja. Agak mirip Mie Celor Palembang, tapi enakan Mie Celor.

Ini yang namanya Mie Koclok Penasaran hahaha. Maksudnya, Mie Koclok yang bikin penasaran gara-gara hari ketiga akhirnya baru dapet.

Yang lain makan, yang ini tetep aja: MOLOR....
Selesai makan siang, kami semua check out dulu dari hotel. Dan... sekali lagi balik ke CSB Mal hahaha. Bener-bener ngga ada kerjaan.

Pose dulu sekeluarga sehabis checkout. Ini yang motoin si Suster. Maklum, dianya ogah di foto.

Kiss-kiss dulu dari mama.

Akhirnya kita ngopi-ngopi di Excelso. Pelayanan di Excelso... SUPER SELOW! Bener2 deh slow banget.... Kita duduk udah lama aja nggak dikasih buku menu loh. Padahal staffnya kalo dilihat kagak kurang. Akhirnya kita minta, baru deh dibawain. Mereka saat itu lagi introduce menu baru, Apple Crumble. Jadi saya pesen itu, dan semuanya juga pesan minum plus fries. Bener aja, kalo dari ngasih buku menu aja udah lama, gimana dengan pesenan yang lain? Lama beeng, bo! Pesenan keluar satu demi satu... Tapi sampai sudah satu jam kemudian, pesenan saya si Apple Crumble belum keluar juga! Saya lihat meja depan yang datang belakangan dan pesan 6 Apple Crumble, malah sudah keluar semua Apple Crumble-nya. Saat saya tanya, dibilang akan di cek dulu. 10 menit kemudian (atau lebih kali ya), pelayannya keluar bilang, "Pesanannya lagi dibuat ya bu, 3 menit lagi."Lah lantas saya nanya, kok lama bener? Lupa kali ya? Dijawab, "Ngga kok bu, ngga lupa, cuma kelewat."GUBRAK! Kelewat itu LUPA KALI! ternyata Apple Crumblenya itu tipe yang udah jadi dan tinggal dipanasin doang kok di oven. Sedikitpun nggak ada loh permintaan maaf pesanan keluar 1 jam lebih. Makanya saya mikir, apa ini sifatnya orang lokal ya? Sama sekali ngga service oriented, dan cuek banget! Managernya aja padahal ada di situ, tapi kayaknya ngga ada efeknya. Ya untungnya tuh Apple Crumble lumayan rasanya. Btw, kalo pas minta bill sih, cepet! Hahahahah....
Biarpun bete nunggu pesenan gak dateng-dateng, yang penting ada fotonya haha.
Ada satu orang yang tetep aja seneng, ga terpengaruh sama keadaan apapun. Enak ya jadi anak-anak. 
Finally, sampailah kita di sore hari, dan siap-siap pulang juga. Oh iya, Stasiun Cirebon sebenarnya lumayan, tetapi memang tidak ada ruang tunggu yang mumpuni. Ada ruang tunggu ber-AC, tapi kecil sekali, dan...ehem... wecenya ALAMAKJAN jorok banget, plus di ruangan ber-AC dan sumpek itu, orang-orang banyak yang buka sepatu yang menyebabkan bau kakinya semerbak hihihi. Tapi serbasalah, kalau di luar malah ada orang yang merokok. Ya pasrah deh sama keadaan. Tapi yang menurut saya lebih menyesakkan adalah tingkah laku dari portir yang ada di sana. Saat kita sampai di stasiun, mereka semua mengerubungi kita, tetapi saat saya bilang kita tidak mau pakai jasa mereka, mereka bisa gitu dengan santai teriak (maaf), "SIALAN!" Saya shock banget. Terutama karena kami ini kan turis Indonesia, dan ngerti apa maksud kata tersebut. Benar-benar kasar dan tidak sopan. Mertua saya kebetulan meminta tolong 1 portir untuk membawa koper dia ke dalam kereta. Bukan bawa semua koper ya, cuma kopernya mertua, karena saya dan yang lain-lain semua narik sendiri atau bawa backpack. Saat sudah tiba di kereta, mertua saya kasih Rp. 20,000, ke portirnya, dia lihat uangnya, kemudian mendesah keluhan seakan-akan uangnya kurang, dan SAMA SEKALI TIDAK MENGUCAPKAN TERIMA KASIH, dan pergi begitu saja. Gimana ini Cirebon? Mau jadi kota wisata kok di stasiun saja tingkah laku  manusianya seperti itu sih?
Nih daerah tempat nunggu di Stasiun Cirebon. Liat aja, bener-bener area tunggu yang di luar itu ada tulisannya AREA MEROKOK. Cape deh...

Sebenernya kalau lihat begini bagus ya. Kelihatan suasana damai tenteram.
Pulangnya kita tidak dapat kelas eksekutif karena high season, jadinya kami naik kelas bisnis. Gimana sih kelas bisnis ini? Hmm... Gimana ya. Kursinya sih lumayan, dan bisa diputar. Gerbongnya juga sudah ber-AC dan cukup nyaman. Tetapiiiii... Ya ampun lapisan debunya. Langsung deh saya keluar senjata tissue basah dan lap-lap terutama di bagian jendela dan tempat taruh minuman. Soalnya Abby kan biasanya gak bisa diam dan dia maunya pegang sana sini. Pas dilap itu, lap saya langsung berubah jadi hitam legam. Tapi ya ditahan-tahan saja deh, untung cuma 3 jam sampai Jakarta. Eh iya, di kereta itu Abby juga ketemu teman seumuran loh. Saya lupa namanya. Tapi Abby dan si anak kecil itu happy banget ketawa-tawa. Tapi lama-lama anaknya mulai kurang ajar dan mukul Abby dan kayaknya ortunya nyantai saja tuh. Mana anaknya nyeker pula di dalam kereta nan kotor. Langsung deh saya selamatin si Abby. Eh iya, satu lagi, di kereta bisnis ini, saya jadi nyobain yang namanya Nasi Goreng Kereta Api nan kesohor itu hihihhihi. Ternyata beneran lumayan enak kok, apalagi malam itu lapaaarr.... Gak tau beneran enak atau faktor lapar, yang pasti serombongan kami semuanya ludes nasi goreng masing-masing sepiring.

Walaupun lagi difoto, tetep aja tangan saya lagi megang tissue basah dan ngelap :P

Nih loh anak kecil bandelnya hehe. 
Nasi Goreng Kereta Api...Tut tut tut... Tombo Lapar
Pukul 21.15-an kami tiba juga di Gambir. Pengalaman 3 hari yang ada serunya, ada senengnya, ada (banyak) jengkelnya, dan berbagai rupa perasaan campur aduk di dalamnya. Mungkin saya tidak akan kembali ke Cirebon dalam waktu dekat, kecuali kalau ada undangan, atau kalau ada keperluan khusus beli batik. Tapi saya yakin, suatu hari akan kembali. Dari pengalaman ini, saya menyadari, untuk mengubah satu kota menjadi kota wisata itu, sangat tidak gampang. Bukan cuma hotel mewah, infrastruktur, dan objek wisata yang penting, tetapi juga sumber daya manusianya. Dalam hal ini, Cirebon harus banyak belajar dari kota-kota lain yang lebih dahulu terkenal sebagai tujuan wisata, terutama Yogya dan Solo dengan segala keramahannya. Yuk Cirebon, banyak berbenah ya.

Demikianlah cerita panjang lebar dengan banyak foto-foto, sekalian buat yang kangen sama Abby. Semoga ceritanya menghibur dan banyak memberi ide kalau nanti seandainya mau jalan-jalan ke Cirebon.

Sedikit tips dari saya, terutama saat bawa anak kecil:

1. Sebaiknya pergi saat low season untuk memastikan kalau bisa mendapatkan kereta kelas eksekutif. Percaya atau tidak, harga tiket pulang saya yang kelas bisnis itu harganya sama dengan tiket pergi kelas eksekutif. Tetapi kenyamanannya beda jauh.

2. Untuk transportasi, ada baiknya kita pesan saja lewat travel yang dipercaya dari awal-awal sebelum berangkat. Membuat deal di tempat dengan orang lokal, malah membuat sakit kepala.

3. Pilih penginapan yang lokasinya baik, karena Cirebon itu bukan daerah dengan transportasi publik yang mumpuni. (Kecuali anda mau kemana-mana naik becak, becakpun adanya cuma di daerah keramaian).

4. Mungkin ada baiknya wisatanya diteruskan sampai ke Kuningan, karena kalau ke Cirebon saja, kurang mantab alias kurang banyak yang bisa dilihat.

5. Siapkan diri anda untuk sabar hati menghadapi sumberdaya manusianya. Kalau punya penyakit darah tinggi, mendingan minum obat dulu hahahahaha.... Tips terakhir ini becanda loh! Tapi kalau dianggap serius, ya silakan :P

Sekian dan terima kasih :D

Saya Pro UN loh!

$
0
0
Ya ya... saya tau banget, tulisan saya ini pasti bakalan menimbulkan pro dan kontra. Apalagi sekarang lagi rame banget yang namanya gerakan "Tolak UN", sampai khusus ada websitenya, lalu didukung oleh orang-orang yang hmmm... kalo boleh saya bilang sih lagi ngetop-ngetopnya saat ini dan dianggap cerdas. Nggak usah disebutin deh ya orangnya, pokoknya salah satu stand up comedian yang lagi hits lah saat ini, dan juga banyak tokoh-tokoh lainnya.

Kemarin, salah satu orang yang sangat mendukung gerakan tolakUN, sebutlah namanya si Bokek, sempat adu argumentasi sedikit di Facebook dengan saya. Sebenarnya saya ingin copas benar-benar tulisan orang tersebut, yang konyolnya, setiap saya tulis satu komen, dia membalas dengan tiga komen berendeng-rendeng ditambah link-link dari website dengan alasan research dan lain-lain, demi mendukung gerakan tolak UN tersebut. Saya sih jawab simpel saja, kalau dia cuma berani kasih saya link dari website yang sama, yang jelas-jelas websitenya itu adalah website yang mendukung tolak UN, ya jelas saja isinya semua soal hal-hal yang mendukung pernyataannya dia. Tulalit.com deh ah. Ujung-ujungnya saya gak ladenin lagi, males dengan orang yang kelewat fanatik dengan gerakan dan tokoh tertentu, tanpa melihat dari sisi seorang praktisi pendidikan yang terjun langsung ke lapangan. Pas saya baca profile FBnya dia, isinya tuh cuma gerakan tolak UN, dan ada disisipkan jualan software yang katanya bisa untuk tes kemampuan anak. Hi hi hi...

Intinya, si Bokek berargumen, kalau dia tolak UN, karena UN membuat standardisasi, padahal anak-anak kita bukan batu bata yang dicetak, dan sekolah bukan pabrik yang perlu ada quality control. Saat saya membicarakan tentang standardisasi, dia bisa melenceng ke soal biaya UN yang besar yang seharusnya bisa dipakai untuk yang lain-lain. Padahal saya sendiri fokus mengenai pentingnya standardisasi tersebut.

Sebagai seorang praktisi pendidikan, yang kebetulan ikut melihat dan memantau pelaksanaan UN di sekolah, dan kegunaan UN itu sendiri, saya mau memberikan beberapa argumen dari sisi saya. Tapi tolong, jangan diliihat dari sisi pelaksanaan UN yang mekanismenya memang suka berantakan ya, ataupun jual beli soal yang terjadi. Di manapun yang namanya tidakan itu kan tidak sesuai dengan maksud dan tujuan UN, dan sekali lagi itu menurut saya tidak bisa dijadikan argumentasi bahwa UN-nya sendiri jelek. Ibaratnya, kalau kita punya barang bagus banget, tapi pas sampai ke tangan konsumer sudah dipreteli oleh orang yang tidak bertanggung jawab, apakah berarti barang kita awalnya jelek? Saya akan membahas dari satu-persatu sisi yang dipaparkan oleh si Bokek sebagai argumen dia dalam menolak UN.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. UN Dianggap Mencetak Orang Seperti Batu Bata

Saya tidak pernah merasa dengan adanya UN, manusia dicetak menjadi manusia yang kaku dan tidak berkarakter. Dari dulu saya dan kawan-kawan saya mengikuti ujian apapun, kami tidak pernah merasa kalau kami ini dicetak untuk menjadi sama. Kami merasa ujian itu perlu, sebagai tolak ukur kami setelah mengikuti proses belajar mengajar. Kalau ada opini yang bilang gara-gara ada UN, semua guru cuma fokus mengajarkan materi UN kepada anak-anak, saya kira itu berarti pengaturan kurikulum di sekolah yang belum rapi pemetaannya, dan kurangnya kontrol mengenai materi-materi yang harus dicakup. Saat kita SMA-pun, kita bisa memilih jurusan yang kita mau sesuai dengan bakat dan minat kita. Jurusan yang diakui ada IPA, IPS, dan Bahasa, dan anak kita bisa memilih pengetahuan dasar apa yang dia inginkan untuk bekalnya ke depan nanti. Soal UN sudah dibuat sedemikian rupa sesuai dengan jurusan yang diambil. Apakah dengan demikian kami semua dibentuk jadi sama?

2. UN Membuat Sekolah Menjadi Seperti Pabrik Yang Butuh Quality Control

Si Bokek mengemukakan, UN itu tidak boleh menjadi standar kelulusan. Sekolah sendirilah yang harus menentukan standar kelulusan anak-anaknya, karena sekolah yang tau kemampuan anak-anak tersebut. Bayangkan, kalau semua sekolah boleh menentukan standar kelulusannya sendiri. Sekolah A 100% lulus! Tetapi ternyata anak-anaknya tidak mampu melakukan hitungan dasar dan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan jenjang umurnya. Bagaimana nasib anak tersebut ke depannya? Tau sendiri kan bagaimana kualitas sekolah-sekolah di Indonesia, termasuk sekolah yang memakai label Internasional di namanya? Kebanyakan hanya berorientasi kepada bisnis, dan mencoba menyenangkan customernya (alias murid dan orang tua murid). Pada tau nggak sih, kebanyakan para expatriate yang mengajar di sekolah-sekolah international itu menganggap UN adalah sampah! Mereka mendoktrin anak-anak kalau mereka tidak perlu UN, yang penting belajar saja lalu ambil ujian international (yang seringkali ternyata tidak diakui). Sekolah jadi seperti tempat les, anak-anak hampir tidak ada yang tidak naik kelas karena kalau sampai tidak naik, mereka dengan mudah pindah ke sekolah lain yang bisa menyebabkan pendapatan sekolah berkurang.

Giliran mereka mau kuliah, mereka tidak punya dokumen apapun yang resmi, yang menandakan kalau mereka itu kompeten. Yang ada cuma rapor sekolah, yang seringkali juga nilainya belum tentu murni karena standar sekolahnya lain-lain (lagi-lagi banyak nilai yang dibagus-bagusin cuma buat pleasing the parents). Saya sendiri melihat, bagaimana anak-anak murid saya banyak yang sebelumnya tidak ikut UN, dan sekarang benar-benar struggling saat mau masuk kuliah dan mencari kampus. Ujung-ujungnya, banyak dari mereka yang akhirnya masuk ke kampus kurang baik di luar negeri, atau cari kampus lokal yang bisa disogok masuknya. Sedih kan? FYI, hasil UN itu lebih diakui loh di kampus di Amerika daripada IGCSE dan AS.

Katanya si Bokek, sekarang setiap kampus di Indonesia juga mulai banyak yang tolak UN, dan punya ujian masuk sendiri. Kalau menurut saya, ini dia yang akhirnya sekarang juga bikin banyak praktek kotor di beberapa kampus besar. Anak-anak yang tidak punya dokumen, tapi pingin kuliah, dengan alasan tolak UN dan ngga perlu UN, jadi gampang bisa masuk ( tentulah dengan "imbalan secukupnya". Ini saya jujur loh). Nah, kalau kampus di luar negeri gimana? Selain TOEFL/ IELTS/ Test standard yang diakui, juga butuh dokumen penunjang dari Indonesia kan? Mana ada test-test-an lagi? Apa kita mau datang ke sana cuma buat test, terus ditolak dan balik lagi ke Indonesia gitu?

3. Anak-anak Yang Tidak Lulus UN Akhirnya Drop Out dan Masa Depannya Suram

Oke, sekarang, kalau pelaksanaan UN tidak curang, tidak jual beli soal, alias pelaksanaan UN sesuai dengan maksud dan tujuan awal, seandainya anak tersebut sampai tidak lulus UN, yang notabene adalah pendidikan dasar jenjang SMA sesuai dengan bidang studi yang sudah dia pilih, itu salah siapa? Salah UN-nya kah? Anak-anak yang saya lihat mendukung gerakan tolak UN itu rata-rata justru anak-anak (maaf) alay, yang memang MALAS belajar! Mereka menolak UN, karena yaahhh... sekolah aja jarang! Kerjaannya demo, ngerjain guru, main-main, ngebolos. Bahkan, ada yang satu sekolah kompak tolak UN, dengan sengaja tidak datang pada saat ujian, sehingga tingkat kelulusannya nol persen. Kalau sampai mereka gagal, I think they deserve it! Kalau dia masa depannya suram, apakah karena salah UN? Ya salah dia sendiri dong. Kenapa gak belajar dengan tekun? Kenapa tidak berusaha? Mana daya juangnya?

Lain cerita kalau dia gagal UN karena misalnya sehari sebelum UN bapak/ ibunya sakit keras sehingga dia tidak bisa konsentrasi, itupun masih bisa ikut UN susulan dengan keterangan resmi dari sekolah. Amerika sendiri punya SAT, dan tidak membatasi umur dalam mengambil test tersebut. Apakah sistem pendidikan di Amerika jelek? UK punya IGCSE. AS/A Level. Apakah sistem pendidikan di Inggris buruk? Indonesia kasih kesempatan dengan Kejar Paket A, B, dan C. Kurang baik apa sebenarnya sistem ini kalau dijalankan dengan mekanisme yang benar sesuai dengan tujuan awalnya?

4. Menurut Laporan Hasil Pemetaan PISA, setelah 11 tahun UN, Indonesia Masih Termasuk Nomer Buncit, Bukti UN Tidak Efektif

Yang tidak efektifnya itu, sistem pendidikan di Indonesia, atau UN-nya? PISA itu juga hanya mencakup beberapa negara saja, lalu bagian mana di Indonesia yang mereka tes? Kemudian, apakah hasil dari PISA itu menandakan kalau orang Indonesia bodoh? Saya inget banget sampai ada yang nulis artikel dengan tulisan, remaja Indonesia salah satu yang terbodoh di dunia. Aduhhh sakit hati saya dengernya. Yang sempit itu pemikirannya siapa ya? Jadi menurut saya, membandingan secara langsung UN dengan PISA itu, rada-rada gimanaaaa gitu deh ya.

Kalau menurut saya, PISA itu lebih menganalisa dari kemampuan kognitif dan problem solving para remaja Indonesia yang dinilai kurang. Pemerintah tidak tinggal diam kok, mereka juga melakukan perombakan kepada kurikulum yang dinilai memang kurang memberikan pendekatan itu. Kurikulum 2013 yang akan mulai dilaksanakan ini terlihat sudah mengalami perbaikan dari segi partisipasi murid dan kemampuan problem solving.  Saya sendiri terus terang agak deg-degan, terutama untuk kesiapan para guru. Kita doakan saja semoga para guru-guru juga siap untuk mengajar dengan metode yang lebih baik.

5. UN Hanya Buang-Buang Uang, Mendingan Uangnya Dipakai Untuk Hal Lain Seperti Perbaikan Nasib Para Guru

Nah, kalau saya lihat, pas si Bokek mulai melenceng kemari, saya merasa dia sudah mulai melakukan pengalihan issue. Issue awalnya tadi kan mengenai UN yang membuat anak seperti batu bata, jadi kan lagi ngomongin isu standardisasi nih, eh mendadak dia lompat ke masalah habis-habisin uang. Kalau saya sih sistemnya sederhana, UN-nya sendiri tidak salah, karena UN dipakai juga untuk melihat standar di daerah-daerah lain, bagaimana mutu pendidikan di daerah, apakah sudah mengalami perkembangan, fasilitas apa yang masih dibutuhkan oleh daerah-daerah lain di Indonesia, apakah guru-gurunya sudah ditrain secara kompeten. Kalau sampai ada daerah yang benar-benar parah keadaannya, IDEALNYA pemerintah turun langsung untuk melihat ke lapangan, dan menjadikannya jauh lebih baik. Jangan salah loh, banyak juga sekolah-sekolah di daerah yang ternyata mutunya luar biasa baik dengan guru-guru berdedikasi, dan menghasilkan manusia-manusia unggul. Mengenai pengalokasian dana, ya itu dikembalikan lagi ke pemerintah. Tapi apakah UN perlu? Ya menurut saya sih masih.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jadi kesimpulannya apa? Menurut opini saya (opini saya loh ya..pribadi nih..) yang salah bukan UN-nya!! Kenapa kita harus tolak UN? Yang ngaco itu adalah sistem pendidikan yang kurang memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menjadi anak2 yang critical, analytical, dan mampu melakukan problem solving, sehingga bisa mengerjakan soal secara standar UN yang katanya hampir mendekati standar internasional, bahkan beberapa soalnya juga bersumber dari PISA. Tapi buktinya, beberapa sekolah bisa kok menerapkan itu, dan tidak pernah ada masalah kelulusan. Berarti sekolah-sekolah yang seperti itu harus dijadikan sekolah percontohan, dan pemerintah tidak boleh tinggal diam. Saya terus terang senang dengan adanya kesadaran pemerintah untuk kurikulum yang lebih baik. Saya berharap pelaksanaannya di lapangan juga mengikuti kurikulum yang berlaku. Contoh nih ya, guru SMP dan SMA kalau ngajar jangan kayak robot! Sebel saya kalau lihat guru cuma bisa copy and paste dari buku, lalu ngajar sesuka hati tanpa ngikutin standard harus ngajar sampai mana. Guru jaman sekarang harus lebih bisa memberikan contoh ke dalam real life situation. Dijamin, anak-anak bakalan lebih engaged dalam belajar, dan mereka langsung bisa relate ke dunia nyata. Nah, berarti pemerintah juga harus mengadakan lebih banyak training, seminar, dan sertifikasi untuk para guru. Pakai sistem lelang jabatan kalau perlu (tapi testnya dilihat dari berbagai sisi ya: skill test, aptitude test, personality test, and group test). Biar bisa dilihat apakah guru benar-benar bisa ngajar atau nggak. Lalu tolonglah adanya standar alat-alat yang dibutuhkan, terutama untuk sekolah-sekolah negeri di daerah. Btw, kemarin saya senang loh mendengar banyak sekolah-sekolah negeri sekarang punya fasilitas yang wow banget. Sekolah swasta aja kalah! Ayo Pak/ Bu Mendikbud (siapapun nanti) supaya bisa mulai disamaratakan di seluruh Indonesia.

Duh, tulisan saya kali ini serius banget ya? Gak apa-apa toh ya. Soalnya terus terang saya peduli banget dengan pendidikan bangsa ini dan nasib anak-anak kita. Saya sedih banyak sekali sekolah, yang makin lama makin mengedepankan strategi "pemasaran" macam: mengembangkan karakter anak lah, memberikan kesempatan kepada anak untuk berkembang sesuai individu lah, membuat anak merasa kalau mereka istimewa lah, padahal sebenernya tujuannya cuma untuk menjaring murid, tetapi akhirnya tidak mempunyai standar kelulusan yang mumpuni. Siapa korbannya? Ya anak-anak kita sendiri! Anak-anak jadi tidak punya kemampuan dasar yang sesuai usianya. Kecuali anak anda luar biasa bakatnya dari awal, dan keliatan sebagai child prodigy alias wonder kids, boleh lah anda tidak ikutin anak anda ke ujian apapun (And I think even a wonder kid needs to know how to do multiplication hahahaha).

Sekian dan terima kasih!

Kisah Orang Kepo Nan Rese

$
0
0
Mungkin beberapa dari pembaca di sini, masih inget dengan cerita si Omde (alias Omong Gede). Kalau belum baca dulu di sini. Walaupun saya sudah lama nggak denger berita soal dia, tetapi cerita ajaib itu emang menarik untuk dikenang (a.k.a digosipin). Anggeplah ini hiburan semata, udah lama kan saya nggak ngegosip? Huahahahaha... Mari kita mulai!

Waktu saya lagi persiapan nikah, dia ini keponya luar biasa. Dia nanyain semua vendor-vendor saya, sampai detail, bahkan sampe maksa nanya harganya! Saya tuh paling sebel kalau ditanya soal harga, apalagi kalau vendor tersebut adalah vendor yang tipenya subjektif (misalnya dekor, baju) tentulah ada barang ada harga. Kalau vendor-vendor yang sudah punya price list tetap, tentulah saya akan senang hati memberi tahu. Saya tuh mikir, nih orang kok keponya minta ampun. Eh, nggak taunya dia itu lagi nyiapin perkawinannya dia juga yang jaraknya lebih kurang tiga bulan setelah perkawinan saya. Jadilah kalau dia tanya, saya coba bantu-bantu sedikit.

Saat dia menerima undangan pernikahan saya, bisa-bisanya gitu di depan orang-orang sekantor, dia nyamperin meja saya, terus nanya:  

"Le, ini undangan lo harganya brapa?"

Ya ampun, bukannya itu nggak sopan banget ya? Diundang, terus nanya harga undangan di depan orang yang baru aja ngundang. Akhirnya saya jawab dia japri di YM. Sebenernya sih males banget ngejawabin dia, tapi ya karena berusaha berbaik hati aja, akhirnya saya bales. Terakhir, karena dia kebanyakan nanya ini itu, saya bilang aja,  

"Ya udah, nanti lu dateng aja ke kawinan gue sama calon istri lu. Lu liat aja vendor2 gue yang lu suka, terus nanti lu bisa tanya gue deh."

Dan pas kawinan saya, DIA NGGA DATENG DONG! Sebagai orang terkepo, bisa ngga dateng ke kawinan saya, nitip angpao dan selamat aja kagak loh! Padahal dia ini kan tipe yang omde dan selalu membanggakan diri gitu. Pas saya balik kantor dari short honeymoon, dia juga ngga nyamperin saya ke meja dan ngasih ucapan selamat. Tapi siangnya dia kebetulan lewat di depan meja saya terus bilang,

"Eh selamet ya, Le. Sorry ya, gue gak bisa dateng ke acara lu. Soalnya besoknya gue ulang tahun, jadi gue harus bersih-bersih rumah." --> Kurang absurd apa sih nih alesannya.

Beberapa bulan kemudian, tibalah saatnya dia bagi-bagi undangan kawinannya dia. Ternyata dia nikah di salah satu hall yang tidak terlalu besar di Jakarta Barat. Dari undangannya aja udah ketauan nih orang meditnya minta ampun. Bukan karena undangannya jelek ya, tetapi di undangan itu, ada sebuah kertas kecil banget diselipin, yang intinya, kalau nggak bawa kertas itu, nanti nggak bisa dapat souvenir. Bos saya yang nerima itu sampe geleng-geleng. Saya juga lumayan geleng-geleng. Bos saya nyeletuk,

"Untung kamu kasih tau saya, Leony. Kalau ngga beneran saya gak dapat souvenir."

Kita semua penasaran, souvenirnya itu apaan, mungkin kerennya minta ampun sampai dia ngeri kalau souvenir gak sesuai dengan jumlah undangan.

Kebetulan, saya hari itu ada dua undangan pernikahan, jadi saya cuma titip angpao saja ke teman yang pergi. Bukan balas dendam sama dia ya hehehe. Saya masih nitip kok. Dan yang paling bikin penasaran adalah... souvenirnya... eng ing eng... Photobooth selembar dan notes kecil. Kirain apaan, Ceu! Bukannya saya tidak menghargai ya. Tapi rasanya dibandingkan omongannya yang selangit itu, mestinya nggak usah sampai serempong itu buat bikin notes kecil-kecil demi menjaga souvenir. Bos saya pas ketemu di kantor nyeletuk lagi,  

"Berapa banyak sih penyusup yang mau dateng ke acaranya dia? Ngasih notes ke penyusup juga nggak bikin susah!"

Ini sih belum apa-apanya. Setelah dia kembali ke kantor sehabis acara pernikahannya, kerjaannya cuma ngomongin biaya-biaya perkawinan. Dia ngoceh kemana-mana kawinannya dia habis empat ratus juta. Saya sih nyengir aja, katanya dulu mau kawin di Hotel Mulia, sekarang giliran empat ratus juta kok rempong. Kemudian setelah ditelusuri, dia cerita ke temen saya yang cowok, kalau jumlah itu termasuk untuk beli ranjang dan lemari baru. GUBRAK! Tolong deh! Namanya mau nikah, masak mau tidur di lantai? Nggak sekalian itung biaya beli gorden? (eh apa jangan-jangan diitung juga?? #masihmisteri). Dan ternyata, setelah kekepoannya yang najubilah min jalik soal vendor-vendor saya itu, nggak ada satupun vendor saya yang dipakai. Dekor dari toko bunga milik maminya, baju ngejahit di Bandung, WO saja pakai teman kantor. Terus ngapain nanya2 sampe bikin keki? Cuma buat mbanding-mbandingin thok rupanya.

Kegeloan belum berakhir. Di kantor kita itu kan karyawannya tentulah dari berbagai kalangan ya. Ke orang-orang yang ngga mengerti soal harga, dia itu bisa nyebutin angka fantastis nan ajaib. Misalnya, dia cerita kalo baju pengantin istrinya itu, bikinnya di Bandung. Saya tanya,

"Siapa designernya?"

Dijawab,  

"Gak tau, pokoknya yang bikin bajunya Krisdayanti.". 

Ke orang-orang, dia bilang, kalau dia bikin baju pengantin istrinya harganya sembilan puluh juta, terdiri dari harga bahan sebesar tujuh puluh juta, dan ongkos jahit dua puluh juta. Dalam hati saya, kasian juga nih orang, udah bayar segitu, nama designernya aja kagak tau hihihi. Ngomong gede kok gak kira-kira. Lagian, kalo total biaya nikah empat ratus juta, termasuk ranjang dan lemari, masak baju aja seperempat biaya nikahnya? Nah yang lebih lucu, orang-orang yang dia omongin begitu memang orang-orang yang memang ngga ngerti. Kalo ke saya kagak berani dia nyebut harganya. Ibaratnya mereka cuma bisa mengagumi... Woww.. keren ya si Omdeee... Ngek!

Terakhir saya bener-bener ketemu dia sebelum akhirnya resign adalah saat saya mengantarkan Manyue (bingkisan sebulanan) si Abby ke kantor buat orang-orang yang sudah dateng dan kasih gift ke Abby. Ya bisa ditebak lah, dia nggak mungkin participate kado buat Abby. Tapi pas baru nyampe aja, gak pake ngucapin selamat, dia langsung nembak:

"HARGANYA BRAPA, LE?" 

 Metong deh nih orang keponya. Terus karena udah tau sifatnya dia, saya langsung jawab dengan tatapan melengos,

"Napa? Mo mesen? Ini gue bikin sendiri, kagak dijual."

Ehhhh masih dia jawab lagi loh,  

"Kalo bikin sendiri, nanti kan gue bisa pesen sama elu buat sebulanan anak gue."

Dalam hati saya... yeah rite!

Setelah setahun lebih ngga ketemu si Omde, tiba-tiba aja keingetan sama dia. Kangen kali ye. Alias kangen buat gosipin dia sama temen-temen kantor. Atau mungkin lebih tepatnya, saya kangen sama suasana gosip temen-temen di kantor, yang sebagian ya isinya soal si Omde hihihi. Apa kabar ya tu orang? Ada yang punya temen ajaib kayak gini juga gak sih? Mau dong gosip! #hausdrama

Award Baru (Bikin Sendiri)

$
0
0
Pasti para blogger sudah tau lah ye soal Liebster award yang syarat-syaratya sebagai berikut:

  1. Post award ke blog kamu
  2. Say thanks buat yang ngasih award dan link back ke blog dia
  3. Share 11 hal tentang diri kamu
  4. Jawab 11 pertanyaan yang ditujukan ke kamu
  5. Pilih 11 blogger lainnya dan ajukan 11 pertanyaan yang ingin kamu tanyakan
Nah, berdasarkan blog roll saya dan dikasih tau sama orang lain, sampai saat ini, saya dapet si Liebster ini dari empat blogger yaitu Angela, Nyonya Kecil (Teph), Ribka, dan Tiana. Gile, rada pressure kudu nulis nih. Disempet-sempetin deh. Makasih ya kawan-kawanku. Eh iya, kalau seandainya ada yang ngasih juga, tapi saya belum ada nama kamu di blogroll, mohon maaf ya.

Kalau saya ngikutin aturan sih Liebster ini, saya kudu pilih-pilih blogger lagi. Nah saya bingung mau milih siapa, gara-gara kenalan saya rata-rata sudah punya award ini. Kalau saya mau stop rantainya, nanti dianggep ngga memenuhi syarat, jadilah, saya persembahkan, award baru, bikinan saya sendiri, yang terinspirasi dari Liebster award.

Saya persembahkan dengan bangga....


Prok prok prok prok prok.... Ayo semua tepuk tangannnn... Itu foto Abby yang paling galak yang saya temuin, dan cocok banget buat logo award-nya kan? Nama Lobster sendiri itu celetukannya si Mamipapa (Felicia). Dia WA saya bilang, "Le, lu dapet Lobster award tuh..." Nah, saya sempurnakan namanya jadi Lobster (Kepo) Award. Soalnya si Liebster itu kan intinya nanya-nanya orang toh? 

Nah, syaratnya juga saya bikin sendiri, tetep terinspirasi dari Liebster Award.
  1. Saya akan ceritain 11 hal soal diri saya.
  2. Saya bakalan jawab pertanyaan yang dikirimkan oleh para pemberi award di atas sebagai ucapan terima kasih karena sudah milih saya buat dapat award. Hore!
  3. Saya nggak akan kirim pertanyaan lagi ke orang lain.
  4. Kalau ada yang mau nanya sama saya (alias kalau mau kepo), silakan tulis pertanyaan apa saja di komen, saya akan usahain jawab kalau masih dalam kapasitas saya, dan selama ngga melanggar privacy. (Contoh pertanyaan yang bukan kapasitas saya: "Berapakah harga kentang mutu ABC hari ini?"Hihihi...). 
Semoga dengan adanya Lobster (Kepo) Award ini, segala kekepoan anda terjawab. Sekarang, marilah kita mulai!

11 Hal Mengenai Diri Saya --> Ini bakalan panjang banget! ASLI PANJANG!

1. Saya ini bayi yang hadirnya kecepetan (kata mama). Tadinya mereka masih mau menikmati masa-masa honeymoon, tapi nggak sampai dua bulan setelah orang tua saya menikah, mama saya tekdung, jadilah Natal 1981 mama saya ke gereja dalam keadaan  mabok berat, dan Agustus 1982 saya lahir ke dunia. Waktu mama saya melahirkan saya dulu, karena posisi bayi yang kurang pas, terpaksa akhirnya saya lahir dengan cara divakum. Mama saya sempet maksain ngga mau divakum karena takut nanti anaknya jadi bego *mitos banget deh*. Buktinya sekarang saya ngga bego-bego amat tuh. Tapi mungkin kalau saya lahirnya nggak divakum, saya bakalan pinter banget dan juara olimpiade sains. --> Ngehayal kok gak kira-kira.

2. Dari kecil saya dibiasakan untuk bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dulu waktu saya masih kelas 3 SD, walaupun di rumah ada ART, saya diwajibkan oleh mama untuk beresin ranjang sendiri, lap-lap meja belajar dan meja pajangan, lalu nyapu kamar, dan ngepel sendiri. Terkadang suka sedih, soalnya biasa kan kalau orang punya ART, yang kerjain hal-hal kayak gini kan ART-nya. Ini kok saya sihhhh!! Sekarang saya baru ngeh, kalau hal tersebut sangat-sangat membantu saya di saat saya mulai dewasa memasuki jenjang kuliah. Bersihin rumah sendiri? Hayuk! Nyuci mobil sendiri? Hayuk! Nyetrika setumpuk? No problemo! Masak-masak tiap hari? Ngga susah, tinggal improvisasi doang. Saya ngga mengalami yang namanya panik atau adjustment process yang berlebihan kalau saya pindah dari tempat satu ke tempat lain. Saya berharap bisa meneruskan apa yang orang tua saya lakukan dulu dan tidak memanjakan anak berlebihan. I know that it will be tough, probably my kid(s) will call me "Meanie Mom". But I don't care. I used to hate the chores too when I was a little, and look, I got all the advantages.

3. Waktu saya SMP kelas satu, saya pernah jadi korban bullying. Maklum, asal saya dari SD yang bisa dibilang nggak ada top-topnya, bahkan terkesan SD "orang susah", lalu masuk ke sekolah favorit di Jakarta, dimana saya cuma sendirian dari sekolah asal saya, sementara teman-teman lain asalnya dari sekolah top-top, bahkan mereka sudah punya geng sendiri alias teman-teman dari sekolah lama. Padahal prestasi saya di sekolah itu cukup bagus, masuk lima besar di kelas, dan bisa dibilang aktif. Saya ngerasain gimana saya dikucilkan, nggak dijadikan anggota kerja kelompok, sampai akhirnya supaya saya masuk ke salah satu kelompok, para ketua kelompok harus gambreng, dan yang kalah harus menerima saya jadi anggotanya. Hati saya nangisnya luar biasa saat itu. Untung ada wali kelas saya bu Nenny yang bilang ke teman-teman sekelas, "Lihat nanti di masa depan, kalau Leony jadi dokter, lalu kamu berobat dan digratisin sama dia, kalian akan malu!" Hal itu menguatkan saya banget, untuk menjalani hari-hari "kelabu" selama satu tahun ajaran. Tapi intinya saya nggak menyerah, terus buat hal yang terbaik di sekolah. SMP kelas dua, situasi berubah total, saya punya kelompok kecil yang kalau kerja kelompok nilainya A terus, sampai orang-orang harus ngantri kalau mau jadi anggota kelompok saya HAUHAHAHAHA. *Ketawa nenek lampir*. Dan sampai saya lulus SMA, kuliah, sampai sekarang, temen saya termasuk banyak. Tapi saya paling gak mau punya geng. Saya ngga mau dianggap anggota geng apapun, karena saya tau bagaimana rasanya "diundi" cuma buat jadi anggota. Mendingan berteman santai-santai saja. Back to the case, intinya sih, bullying itu menyakitkan. Makanya sekarang sebagai wali kelas, saya paling ngga tahan kalau ada situasi bullying di sekolah.

4. Saat saya kuliah, milih jurusan itu paling ribet. Bukan kenapa-napa, sebagai anak IPA, tentunya ada harapan keluarga untuk saya menjadi seorang scientist atau anak teknik. Saat tes psikologi, dua jurusan utama yang keluar adalah Teknik Industri dan Kedokteran. IPA banget kan tuh? Tapi sebenarnya kalau ditanya cita-cita utama saya jadi apa, saya kepingin jadi chef! Cuma siapa yang mau ngirim saya ke luar negeri kalau mau sekolah chef? Tukang masak dianggap profesi yang kurang penting, apalagi di tahun itu belum ada reality show macam Masterchef atau Top Chef. Saya saat itu sempet nangis2, "Mama, Noni ngga mau jadi dokter, Noni mau jadi tukang masak" -->; Efek jetlag juga sih abis liburan kelas 3 SMA haha. Akhirnya saya memilih jurusan Computer Science. Tahun pertama masih oke, tahun kedua, saya makin ngga suka! Nggak bisa bayangin jiwa saya yang berkobar-kobar ini, harus stuck di lab bawah tanah selama berhari-hari, ditemani orang Cina daratan dan Indiahe yang suka ngga mandi. Saya banting setir, pilih jurusan yang saya suka dari sejak saya SMA, tapi terputus di kelas 3 karena jurusan IPA, yaitu Accounting. Saat saya pindah jurusan, omongan orang ngga enak, saya dianggep "kurang pinter", bahkan ada keluarga yang nyeletuk, "Ngapain jauh-jauh keluar negeri, cuma jadi akuntan." Tapi saya nggak gubris omongan orang. Saya enjoy sekali, aktif di organisasi Beta Alpha Psi (Professional Accounting Fraternity), dan ujungnya, saya dapat offer pekerjaan di salah satu Big 4 Accounting Firm sebelum saya lulus. Itu juga yang saya tekankan ke murid-murid saya sekarang, pilihlah jurusan karena kamu enjoy, bukan karena gengsi. 

5. Saya tinggal di keluarga yang sangat "terbuka" terhadap segala pendapat. Kalau biasanya di Indonesia itu anak pokoknya denger aja kata orang tua (trus tau-tau udah gedenya berontak), di keluarga saya itu dari kecil kami dibiasakan untuk berpikir kritis dan melakukan pembicaraan layaknya orang berdiskusi. Tetapi bukan berarti kurang ajar macem si Bart ngomong sama Homer. Jadi kalau anak-anak tidak setuju terhadap suatu hal, kami boleh mengemukakan asal alasannya jelas dan logikal. Orang tua pun bukan berarti tidak boleh dikritik dan dikasih masukan. Orang tua juga harus bisa menerima pendapat anaknya dan mengakui kalau ada benarnya. Kami juga suka berdebat loh, dan debat ini bukan berarti kami perang bintang berhari-hari. Kadang di WA saja kami bertiga (saya, mama, adik) bisa adu argumentasi, sambil mencari solusi. Setelah semua orang mencerna baik-baik, tidak berapa lama suasana panas bisa langsung reda dan haha hihi. Gak usah nunggu 1 jam, sebentaran juga sudah beres. Yes, we are that close, no hard feeling at all. Buat orang yang baru masuk ke keluarga saya, pasti bingung! Termasuk suami saya, juga suka rada bingung, dan pernah bilang, "Kok kalau keluarga kamu ngobrol, rame banget, brisik!" Tetapi sekarang dia sudah ngerti, kalau berisik tapi terbuka itu jauh lebih asyik daripada manis-manis dan lembut di depan, tapi sebenernya dalamnya dongkol lantaran nggak bisa bersuara. 

6. Waktu kecil, saya nggak suka yang namanya urat dan lemak-lemak. Kayaknya hal itu disebabkan oleh mama saya yang sama-sama geli kalau ngeliat daging yang ada urat dan klenyer2. Dia juga paling anti makan babi kecuali babinya sudah digiling halus, atau bentuknya sudah diubah jadi processed food macam smoked ham dan Ma-Ling. Sampai menjelang remaja, saya mulai diekspose oleh papa saya yang suka berpetualang makanan, dan saya mulai mencoba yang namanya sate babi komplit mulai dari daging, urat, kulit, hati, usus kecil, usus besar, dan ternyata semuanya SEDAP BANGET! Belum lagi kuping babi temen makan nasi campur. Kemana aja saya selama ini?? Lalu yang biasanya makan daging sapi has dalam melulu, mulai jadi suka makan daging sengkel yang kalau digigit menimbulkan sensasi yang nyam-nyam. Oh iya, orang yang paling suka berpetualang makan adalah papa saya. Kalau saja mama saya nggak nikah dengan papa saya, mungkin perbendaharaan makan mama saya berputar di masakan Indonesia, masakan Indo-Belanda, masakan peranakan, dan mentok ke Chinese food macam capcay, puyunghai, dan siomay hihihi. Gara-gara ada papa saya, jadi mulai makan haisom, hisit, wong san, dan lain-lain. *nelen ludah*

7. Hobi saya selain nyanyi dan masak, adalah menggambar. Sayangnya hal terakhir itu sudah tidak saya tekuni lagi. Saat saya kuliah dan mengambil kelas menggambar, nilai saya bagus terus. Bahkan gambar perspektif saya "Monona Terrace" pernah dipamerkan sebagai one of the best students' work di art building-nya sekolah. Waktu itu gambarnya pakai 100% pensil. Guru saya saat itu meminta saya untuk mengambil art sebagai tambahan minor dan meneruskan kelas menggambar. Tetapi saya nggak mau, karena kelasnya benar-benar membutuhkan waktu yang panjang dan pekerjaan rumahnya seabrek-abrek, sementara saat itu saya sudah mengambil double major juga. Bisa pingsan berdiri, kemudian koprol, kemudian celentang. Terkadang saya mikir, sebenernya saya ini bakatnya di mana sih? Mungkin harus psikotest sekali lagi untuk mastiin. Eh iya, saya juga suka ballroom dancing. TUH KAN? BINGUNG KAN?

8. Saya pernah ikut Audisi American Idol di Chicago tahun 2005, dan Audisi Indonesian Idol di Indonesia tahun 2008. Alesannya? ISENG! Jelas-jelas ditulis, yang boleh ikut audisi itu Permanent Resident dan Citizen Amerika Serikat. Tapi saya nekad aja gitu, bahkan sampe sewa hotel segala di Hampton Inn-Chicago supaya bisa ngejar audisi pagi-pagi. Kalau mau tau cerita lengkapnya, bisa dibaca di sini. Maklum lah, usia saat itu masih muda belia, masih punya energy untuk ngantri dan nunggu audisi berjam-jam di Soldier Field Stadium. Kalau suka nonton American Idol, mungkin masih inget pas adegan orang menerobos pintu stadium. Sebenernya dilakukan berulang-ulang, ada sutradaranya, dan ada Ryan Seacrestnya donk hihi. Hasil audisinya, gagal maning lah! Yang penting hepi hihi. Kalau ikut yang di Jakarta, itu karena ditantangin temen kantor hahaha. Jelas-jelas males banget melihat kualitas Indonesian Idol tahun-tahun segitu gimana (macem tukang ngamen haha). Ceritanya bisa dibaca di sini. Tapi ya berhubung memenuhi tantangan dan rasa penasaran, boleh lah dijabanin, mumpung usia belum uzur dan lewat batas. Hasilnya? Ya gagal dong! Hahahaha. Tapi lumayan lah, bisa ngeliat mas Anang lewat sambil dadah-dadah. Padahal kalau soal suara, saya ini lumayan loh. Lumayan buat bikin orang menganga, karena beda tipis sama Mariah Carey KW 3 alias Mari Ah Kere.

9. Sebelum saya ketemu suami saya, saya pernah punya hubungan serius dan hampir ke jenjang pernikahan sama (mantan) sahabat saya. Orang itu sudah saya kenal bertahun-tahun lamanya, dan saya pikir saat kita akhirnya memutuskan pacaran, lalu orang tuanya kepingin kita cepet-cepet nikah, itu karena kita jodoh. Tapi rupanya, ada udang di balik siomay. Mending kalo udangnya seger dan enak, ini mah udang busuk. Intinya, saya sempat terbuai janji-janji palsu, yang membuat saya percaya kalau dia dan keluarganya itu baik adanya. Sampai suatu hari, Tuhan membukakan mata saya, dan akhirnya walaupun dipenuhi dengan banyak drama dan air mata, saya benar-benar diselamatkan. Kalau saya bilang diselamatkan Tuhan, ini nggak main-main, karena buat yang tau ceritanya, urusannya udah bukan antar keluarga lagi, tetapi sudah melibatkan pihak negara lain hahahaha. Tolong hal yang ini jangan dikepoin ya, saya tulis di sini sebagai salah satu pengalaman yang berharga buat saya. Intinya, kalau kita dekat dan berserah pada-Nya, pasti Tuhan akan tunjukkan jalan yang unik dan luar biasa untuk upaya penyelamatan itu, walaupun harus ada rasa sakitnya dulu.

10. Saya adalah penganut casual dating. Alias, kalau misalnya kita mau kenalan sama cowok dan kita ada interest sedikit aja sama dia dan menurut kita patut untuk dicoba jalan berdua, ya jalan aja. Asal kita tau background orang tersebut (alias ngga asal ketemu di tempat umum tanpa referral), saya sih oke-oke aja pergi berdua untuk sekedar lunch, dinner, or watch movie. Tapi kalau kita sama sekali ngga ada interest alias nol persen, ya mendingan jangan. Tar kita disangka PHP hihihi. Pergi bareng berdua itu buat saya bukan patokan kalau kita lagi pacaran. Mungkin ada orang yang mikir kesannya kita cewek gampangan kalau suka pergi sama cowok berdua, especially di Indonesia ya. Tetapi kalau kita tidak pernah nyoba pergi bareng, terus ngeliat komitmen seorang cowok dari berbagai sisi misalnya: apakah kita dianter jemput, lalu liat sikapnya saat ketemu orang tua kita, lalu bagaimana dia treat kita selama kita jalan sama dia, lalu apakah dia pelit atau ngga selama jalan sama kita, hal-hal tersebut bisa menjadi konsiderasi kita loh dalam menentukan apakah kita mau lanjut sama dia ke hubungan yang lebih serius alias pacaran. Kalau kita ngga pernah jalan bareng, lalu begitu jalan pertama langsung memutuskan untuk pacaran, ya saya sih ngga pernah mau ya hihihihi. Serem malah, apalagi kalau yang nekad langsung mau ngajak kawin. HIIIIYYYY!!!

11.Saya pernah dua kali pengalaman dikenalin (alias buat dijodohin) sama anak dari temennya mama saya. Yang pertama tahun 2006, saat saya lagi liburan ke Indonesia. Waktu itu mamanya dia ngebet banget pingin ngenalin anaknya, jadilah saya beberapa kali dijemput sama anaknya itu dan diajak jalan untuk dinner bareng, termasuk juga pernah dinner bareng sama mamanya juga. Tapi sebenernya saya ngga sreg sama cowok tersebut, karena buat cowok tersebut, saya kurang gaul. Alesannya karena saya nggak suka clubbing. Hiyah! Kisah perjodohanpun tidak berlanjut. Si cowok ini akhirnya pacaran sama adik kelas saya. Saat itu saya sudah balik ke Indonesia. Karena orang tuanya harapannya masih tinggi sama saya, sampai dia udah pacaran pun, mamanya masih "maksa" dia untuk jalan sama saya. Mamanya ngundang saya dan mama saya untuk makan bareng, pake dijemput pula. Karena saya sudah tau dia sudah pacaran sama orang lain, ya jadinya awkward dan isinya basa basi doang. Repot deh kalau mamanya yang lebih ngebet daripada anaknya. Ujung-ujungnya kami berdua ya nikah dengan pasangan masing-masing, dan kami hadir di pesta nikahan masing-masing hihihi. Yang kedua, adalah anak temen gereja. Katanya mamanya cowok tersebut tertarik sama saya karena suka ngelihat saya nyanyi di gereja. Awalnya, saya diundang ke rumahnya dulu, buat ketemu dan ngobrol sama ortunya lantaran anaknya lagi di Canada. Kemudian dikasih lihat deh tuh foto-foto anaknya (yang sebenernya sih saya udah males banget dan pingin kabur pulang tapi nggak bisa, lagian ngga enak sama mama saya). Suatu hari, anaknya pulang untuk liburan. Mamanya dan anaknya itu dateng dong ke rumah saya, bawainnya bukan oleh-oleh dari Canada atau apa kek, tapi mangga harum manis hahahaha. Duh untung basa-basinya kagak lama-lama. Phew... Dan yang paling bikin ilfeel, hari jumat, jam 10 malam, anaknya telepon saya, ngajak keluar ke club! JAM 10 MALEM SODARA-SODARA! Jelas-jelas saya tolak mentah-mentah. Kan akyu bukan anak malam, emangnya Batman keluarnya jam 10? Batman aja keluar malem buat lawan musuh, bukan buat clubbing.

UDAH 11 YA? HOREEEEE!!! Tuh kan, kalo saya udah nulis, malah jadi seabrek, padahal awalnya mau mulai aja susah bener. Nah sekarang saya mau jawabin pertanyaan orang-orang dulu nih. 

Dari Angela:

1. Apa yang akan kamu kerjakan pertama kali jika jadi Presiden Republik Indonesia?
Mengangkat suami saya jadi First Gentleman. Huahahaha...Ya ya, itu gak serius. Itu kan otomatis toh hihi. Kalau saya jadi Presiden Republik Indonesia, saya mau sujud syukur sama Tuhan YME, akhirnya ada juga presiden yang: Wanita, Keturunan Tionghoa, Katolik pula. Artinya Indonesia sudah maju pesat, dan yang jelas saya akan bikin kabinet yang isinya murni orang-orang yang kompeten dan merakyat, plus bekerja sama dengan DPR untuk bikin undang-undang yang menindak tegas kekerasan berlatarkan SARA. Eh kok jadi banyak sih?

2. Tiga tempat yang harus kamu kunjungi sebelum meninggal?
Percaya atau ngga, ngga ada kepikiran sama sekali hehe. Kalau kata harus kok kesannya nanti jadi memaksakan diri. Tetapi kalau kepingin, saya kepingin ke Fatima.

3. Kalau bisa memilih tinggal di kota atau negara mana saja di dunia ini, mau tinggal dimana dan kenapa?
Melbourne, Australia. Jaminan kesehatan baik, secara jarak, tidak terlalu jauh dari Indonesia, jadi kalau kangen sanak saudara bisa beberapa kali bolak balik dalam setahun. Cuaca tidak terlalu extreme, dan udaranya bagus. Secara akademik juga banyak universitas yang baik. Eh, gak ditanya kenapanya ya? Huahahah.

4. Share satu resep favorit dong!
Nasi uduk. Simpel banget. Beras, santan, lada, garam, sereh, daun salam, lengkuas, daun pandan, air. Cemplungin semua ke dalam rice cooker. Voila! Hidangkan dengan  telur dadar dan bawang goreng. Endeus!

5. Pengalaman paling tidak terlupakan sepanjang hidup?
Happy: Waktu pertama kali suami jemput ke rumah saat hari pernikahan, dan dia tersenyum lebar lalu bilang, "Kamu kok lain banget sih?"--> Baru tau ya istrinya ini cakep?
Sad: Waktu terima kabar kalau papa sudah nggak ada lagi saat saya usia 18 tahun.

6. Impian yang belum tercapai?
Punya dapur dengan konsep open kitchen, dengan alat masak komersial, dan buka usaha kuliner haha.

7. Kalau bisa switch body ke orang lain, pengen jadi siapa dan kenapa? 
Nggak kepingin jadi siapa-siapa. I am happy with what I am now. After all that I have been through, having a condition like this is a miracle.

8. Ajaran-ajaran apa yang akan kamu teruskan ke anakmu suatu hari nanti?
Karena anak saya baru satu alias Abby, saya ingin kasih tau dia, untuk selalu berserah dan dekat pada Tuhan. Sebagai perempuan harus bisa mandiri dan tegar, tidak gampang menyerah atas keadaan.. Kita tidak akan pernah tau kapan keluarga kita akan meninggalkan kita, bahkan pasangan hidup kita (berkaca dari mama saya). 

9. Serial TV favoritmu?
How I Met Your Mother

10. Kalau nggak menjalani profesi sekarang, kira-kira jadi apa?
Jadi tukang bikin kueh.

11. Misalnya nggak putus sama mantan sebelum pasangan sekarang, dan terus pacaran/menikah dengan si mantan. Kira-kira hidupmu akan seperti apa?
MISERABLE!

Dari Stephanie:

Pertanyaannya sama dengan Angela, hanya diganti nomer 4 dan 5.

4. Apa sih yang disuka dari pasangan dan dulu bikin jatuh cinta?
Tentunya yang awal, karena dasar sudah terpenuhi (seiman, faktor keluarga, pendidikan, dan pekerjaan). Eh iya, saya gak bisa jatuh cinta on the first sight. Kemudian yang bikin saya tambah cinta adalah, dia itu geeky dan apa adanya.

5. Pengalaman paling memalukan sepanjang hidup?
Apaan ya? Saya ngga pernah sampe merasa malu gimana sih. Beneran nggak ada deh rasanya, atau urat malu saya udah putus.

Dari Ribka dan Tiana:

1. Kapan pertama kali mulai ngeblog? 
Tuh, bisa diintip di pinggiran, May 2003! (11 years ago!)

2. Pertama kali ngeblog nulis tentang apa? 
Hal pertama yang ditulis adalah cerita pengalaman habis jalan-jalan ke Purdue University, dan isi belanjaan. NGGA PENTING BANGET!! Maklum, dulu ngga ngerti kalau blog itu salah satu social media ihiks...

3. Kenapa suka ngeblog? 
Waktu awal-awal sih seneng aja bisa sebagai diary buat disimpen online. Lama-lama kok bisa jadi nambah temen dan pembaca ya? Kok saya tambah ngetop ya? HUAHAHAHA *gila, parah pede banget*

4. Paling seneng nulis tentang topik apa? 
Paling seneng saat bisa mengemukakan pendapat dan mendapat respon dari banyak orang. Seru aja bisa mendapat pandangan yang berbeda dari orang-orang.

5. Apa kegiatan favorit di waktu luang? 
Tidur! Soalnya sejak ibu dan jadi guru, waktu luangnya hampir nggak ada hihihihi.

6. Apa mimpi yang masih belum tercapai? 
Udah dijawab ya di atas

7. Sebutkan 3 hal yang paling kamu suka dalam hidup. Mencintai, dicintai, dan berbagi

8. Sebutkan 3 hal yang kamu ga suka dalam hidup. 
Hipokrit, serakah, hedonisme

9. Kalau dikasih cash 10 juta, mau dipake buat apa? 
Disimpen dulu. Tau-tau juga ludes buat grocery hahahaha. *Darn, biaya hidup tambah berat...*

10. Ada buku yang menjadi inspirasi gak buat kamu? 
Ada. Buku Fikir (Catatan Seorang Pendidik)-nya Sr. Francesco Marianti, OSU

11. Kalau 1 hari hidup tanpa listrik dan gadget mau ngapain?
Ya nyantai aja, jalanin aja hidup seperti biasa. Masak bisa pake kompor gas. Lampu bisa pake solar cell atau lilin. Palingan yang repot gara-gara kulkas mati, daging beku pada meleleh semua. Di luar Jakarta malah bisa berhari-hari gak ada listrik kan? Cuma 1 hari doang sih, not too bad (sambil kipas2 kepanasan).

Eh, udah kelar! Nah, sesuai peraturan Lobster (Kepo) Award yang saya bikin ngasal di atas, kalau masih ada kekepoan yang belum ditanyakan, boleh ditanyakan di kolom komentar. Hidup Kepo!
Viewing all 297 articles
Browse latest View live